Mohon tunggu...
A Iskandar Zulkarnain
A Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Bankir - SME enthusiast, Hajj and Umra enthusiast, Finance and Banking practitioners

Iskandar seorang praktisi Keuangan dan Perbankan yang berpengalaman selama lebih dari 35 tahun. Memiliki sejumlah sertifikat profesi dan kompetensi terkait dengan Bidang Manajemen Risiko Perbankan Jenjang 7, Sertifikat Kompetensi Manajemen Risiko Utama (CRP), Sertifikat Kompetensi Investasi (CIB), Sertifikat Kompetensi International Finance Management (CIFM) dan Sertifikat Kompetensi terkait Governance, Risk Management & Compliance (GRCP) yang di keluarkan oleh OCEG USA, serta Sertifikasi Kompetensi Management Portofolio (CPM). Iskandar juga berkiprah di sejumlah organisasi kemasyarakatan ditingkat Nasional serta sebagai Ketua Umum Koperasi Syarikat Dagang Santri. Belakangan Iskandar juga dikenal sebagai sosok dibalik kembalinya Bank Muamalat ke pangkuan bumi pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sinergi BRICS dan Kabinet Merah Putih, Mendorong Kemandirian Ekonomi Indonesia

30 Oktober 2024   05:57 Diperbarui: 30 Oktober 2024   10:49 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Visi Asta Cita, yang menjadi fondasi pemerintahan Prabowo-Gibran, menegaskan komitmen untuk membangun Indonesia yang lebih berdaya saing dan mandiri di kancah global. 

Salah satu prioritas dalam Visi Asta Cita ini adalah memperkuat posisi Indonesia dalam rantai ekonomi dunia melalui diplomasi dan kemitraan strategis yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. 

Dalam konteks ini, Kabinet Merah Putih memiliki tugas penting untuk merangkul peluang global, termasuk di dalam BRICS (Brazil, Russia, India, China, dan South Africa), guna mewujudkan tujuan Visi Asta Cita menuju Indonesia yang lebih tangguh dan berdaya saing.

BRICS, sebagai organisasi internasional yang beranggotakan lima negara berkembang dengan perekonomian terbesar, berfokus pada upaya mengurangi ketergantungan pada negara-negara maju, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa. Di sisi lain, Kabinet Merah Putih, sebagai representasi dari pemerintahan Indonesia, bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia di tengah percaturan ekonomi global yang semakin kompetitif. 

Sinergi antara BRICS dan Kabinet Merah Putih diharapkan dapat memperkokoh peran Indonesia dalam perekonomian global melalui diplomasi ekonomi yang berkelanjutan sesuai dengan visi nasional yang digariskan dalam Asta Cita.

BRICS: Upaya Pembentukan Kekuatan Alternatif di Kancah Global

Sejak didirikan pada 2009, BRICS telah mengalami transformasi signifikan, berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang menantang dominasi ekonomi negara-negara maju. 

Kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan mekanisme ekonomi dan keuangan yang mandiri, seperti New Development Bank (NDB), yang berperan penting dalam pembiayaan proyek infrastruktur di negara-negara anggota. 

Peran ini memungkinkan negara anggota BRICS untuk mengembangkan perekonomiannya dengan lebih independen, tanpa harus bergantung pada institusi keuangan global seperti IMF dan Bank Dunia yang sering kali membawa persyaratan ketat.

Dalam konteks geopolitik, BRICS juga merupakan alat bagi negara-negara anggotanya untuk meningkatkan pengaruh di arena internasional. Melalui pertemuan tahunan dan berbagai inisiatif kolaboratif, BRICS menawarkan model kerjasama multilateral yang egaliter di tengah ketegangan ekonomi antara kekuatan besar dunia.

Terlebih, keinginan beberapa negara seperti Indonesia untuk bergabung sebagai anggota baru BRICS menunjukkan besarnya daya tarik organisasi ini, terutama sebagai alternatif bagi negara-negara berkembang untuk memperkuat posisi dalam negosiasi global.

Kabinet Merah Putih: Diplomasi Ekonomi dalam Pusaran Global

Kabinet Merah Putih, sebagai eksekutif pemerintah di bawah Presiden Indonesia, berperan penting dalam merumuskan kebijakan nasional yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global. Dengan visi untuk memperkuat ekonomi domestik, menciptakan lapangan kerja, dan menurunkan ketimpangan sosial, Kabinet Merah Putih berupaya untuk menjalankan strategi diplomasi ekonomi yang memperkuat posisi Indonesia di antara negara-negara berkembang. 

Salah satu target utama dalam Visi Asta Cita adalah mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Untuk mencapai target ini, pemerintah berfokus pada beberapa sektor kunci, termasuk pembangunan infrastruktur, peningkatan investasi asing langsung, dan pengembangan sektor UMKM yang berkelanjutan.

Salah satu strategi utamanya adalah dengan memperluas jangkauan kerja sama internasional, termasuk dengan BRICS, untuk menarik investasi dan memperluas pasar bagi produk-produk Indonesia. Kabinet Merah Putih memandang kemitraan dengan BRICS sebagai langkah strategis untuk mempercepat pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% melalui pembiayaan proyek infrastruktur, peningkatan kapasitas energi bersih, dan transformasi digital. 

Pendanaan dari New Development Bank (NDB) dan peluang kolaborasi dengan anggota BRICS dapat mempercepat realisasi proyek infrastruktur yang berdampak besar pada ekonomi dan menggerakkan pertumbuhan sektor-sektor produktif di Indonesia.

Dalam konteks BRICS, Indonesia memiliki peluang besar untuk mendapatkan dukungan ekonomi melalui NDB maupun dari negara-negara anggotanya. Kerjasama di sektor infrastruktur, energi, dan digitalisasi merupakan area yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. 

Kabinet Merah Putih juga dapat mengoptimalkan peran diplomatik dalam memperjuangkan kepentingan Indonesia pada isu-isu perdagangan internasional dan perubahan iklim, mengingat negara-negara BRICS juga memiliki kepentingan yang serupa.

Tantangan dan Potensi Kolaborasi BRICS-Kabinet Merah Putih

Namun, menjalin hubungan dengan BRICS juga menghadirkan tantangan tersendiri. Kabinet Merah Putih perlu mempertimbangkan dinamika geopolitik dan ketegangan antara negara-negara anggota BRICS dan kekuatan Barat. 

Indonesia harus bijak dalam mengambil posisi yang seimbang antara kerja sama dengan negara-negara BRICS tanpa menimbulkan gesekan dengan mitra-mitra strategis lainnya seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Hal ini penting mengingat Indonesia memiliki posisi strategis dalam berbagai organisasi internasional seperti ASEAN dan G20.

Secara strategis, Indonesia dapat memainkan peran sebagai middle power yang menjembatani kepentingan antara negara-negara besar. Melalui pendekatan ini, Kabinet Merah Putih dapat meningkatkan pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara dan memperkuat ketahanan ekonomi melalui diversifikasi pasar. 

Indonesia juga dapat mengambil pelajaran dari negara-negara anggota BRICS dalam hal pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan teknologi digital yang inklusif.

Sinergi antara BRICS dan Kabinet Merah Putih dapat membawa manfaat strategis bagi perekonomian Indonesia, baik dari segi diplomasi ekonomi maupun pengembangan infrastruktur domestik. Dengan mengambil langkah-langkah kolaboratif yang bijak, Kabinet Merah Putih memiliki potensi untuk memperkuat posisi Indonesia dalam kancah ekonomi global. 

Dalam konteks ini, BRICS dapat menjadi platform yang efektif bagi Indonesia untuk menjajaki peluang kerjasama yang lebih luas serta memperkuat posisi tawarnya dalam menghadapi dinamika ekonomi dan politik dunia yang semakin kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun