Mohon tunggu...
Aisiyah AndiniRahmasari
Aisiyah AndiniRahmasari Mohon Tunggu... Lainnya - Dini/Andini

Dini/Andini

Selanjutnya

Tutup

Money

Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Terbuka pada Neraca Pembayaran di Tengah Kondisi Covid-19

13 Mei 2020   23:12 Diperbarui: 13 Mei 2020   23:47 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bank Indonesia juga telah menginjeksi likuiditas perbankan. Terkait penurunan GWM Rupiah, Bank Indonesia menaikkan Rasio Penyangga Likuiditas Makropridensial (PLM). Hal tersebut wajib dipenuhi melalui pembalian SUN/SBN yang diterbitkann oleh pemrintah di pasar perdana.

Saat ini, defisit transaksi berjalan diperkirakan pada kuartal I-2020 akan lebih rendah dari 1,5$ PDB. Neraca perdagangan juga diperkirakan membaik akibat dari penurunan impor. Akan tetapi, ekspor juga mengalami penurunan sejalan dengan menurunnya permintaan dan harga komoditas dunia.

Pada defisit neraca jasa diperkirakan akan mengalami penurunan karena didorong oleh turunnya devisa pada biaya transportasi impor dan penurunan devisa di bidang pariwisata. Defisit neraca primer juga menurun, akibat berkurangnya penurunan kepemilikan modal asing pada instrument keuangan domestic.

Aliran modal asing diperkirakan akan kembali masuk ke Indonesia apabila kepanikan pasar keuangan global yang semakin mereda dan perekonomian domestic yang semakin membaik. Posisi cadangan devisa dinilai cukup dalam menuhi kebutuhan impor serta pembayaran utang luar negeri pemerintah dan juga guna stabilitas nilai tukar rupiah.

The Fed telah melakukan kerja sama dengan Indonesia. The Fed sepakat mengenai penyediaan fasilitas repurchase agreement line (repo line) untuk Bank Indonesia dan hal ini dimanfaatkan jika Bank Indonesia memerlukan likuiditas dolar. Walaupun repo line tidak menambah cadangan devisa, akan tetapi sangat membantu dalah penyediaan kebutuhan dolar ditengah kondisi saat ini.

Secara keseluruhan, proyeksi defisit transaksi berjalan, berada di level 2,5% hinga 3% PDB. Hal tersebut juga sudah diperhitungkan dampak COVID-19 terhadap devisa pariwisata maupun travel. Karena COVID-19 memang sangat berdampak pada sektor pariwisata Indonesia sehingga mampu melemahkan kondisi devisa di sektor tersebut.

Penyebaran COVID-19 ini, dinilai mampu melemahkan perekonomian dunia. Seluruh negara di penjuru dunia saling bahu-membahu dalam mengatasi perekonomian masing-masing. Pemerintah pun juga berhati-hati dalam mengambil langkah dan terus memantau perkembangan kondisi ekonomi baik secara nasional maupun secara global yang saat ini juga mengalami permsalahan yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun