Mohon tunggu...
laras sarah
laras sarah Mohon Tunggu... -

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kebanggan Indonesia di Bulan Bahasa

28 Oktober 2014   04:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:30 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa ASEAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman suku dan budaya. Keberagaman suku dan budaya di Indonesia memunculkan kekayaan bahasa dan sastra. Pada Kongres Bahasa ke-9 yang digelar tahun 2008, menyebutkan sedikitnya terdapat 442 bahasa yang dimiliki Indonesia. Pada 2012, hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebutkan jumlah bahasa dan sub bahasa di seluruh Indonesia mencapai 546 bahasa. Jumlah tersebut masih dapat bertambah[1]. Keberagaman bahasa yang ada menjadikan Indonesia membutuhkan bahasa persatuan yang berfungsi sebagai sarana komunikasi. Maka, Indonesia memilih Bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu.

Saat ini, penggunaan bahasa Indonesia cenderung dikalahkan oleh bahasa asing. Pengutamaan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.

Bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan Bahasa. Banyak orang yang tidak mengetahui apa itu bulan Bahasa. Kebanyakan peringatan bulan Bahasa hanya dirayakan atau dilaksanakan oleh sebagian orang, sehingga hanya kalangan tertentu yang mengetahui apa itu bulan Bahasa terutama kalangan akademis atau pemerhati bahasa Indonesia dengan mengadakan kegiatan semacam lomba baca puisi, pidato, seminar, workshop, dan sebagainya. Kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra yang diselenggarakan setiap tahun adalah upaya BPPB untuk membina dan mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia, serta bertekad memelihara semangat dan meningkatkan peran serta masyarakat luas dalam menangani masalah bahasa dan sastra.

Penetapan bulan Bahasa didasarkan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Bunyi butir ketiga Sumpah Pemuda “Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatuan, Bahasa Indonesia” menjadi sebuah pengakuan kelahiran bahasa pemersatu. Butir ketiga memiliki makna bahwa pemuda Indonesia bersumpah menempatkan Bahasa Indonesia lebih tinggi dibanding bahasa-bahasa lain dan mengakui bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa.

Sebelum menjadi bahasa pemersatu, bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang berakar di pantai timur Sumatera. Sejarah perkembangan kehidupan ekonomi mendorong bahasa Melayu meluas ke batas-batas regional menjadi batas nasional karena itu bahasa Melayu kaya dalam logat, dialek, peristilahan, idiom dan sintaksis[2]. Dalam perkembangannya kemudian bahasa Melayu sebagai lingua-franca tidak sekedar mendukung peranan ekonomis saja, tetapi juga peranan-peranan sosio-kultural dan politik yang tumbuh sebagai lingua-franca bagi Indonesia. Bahasa Indonesia berkembang dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan terbuka dengan bahasa-bahasa lain. Terbukanya bahasa Indonesia dengan bahasa lain terbukti dengan banyaknya kata-kata serapan dalam kosa kata bahasa Indonesia. Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah sudah diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum[3]. Contohnya Kata yang diserap dari bahasa Belanda advokat (advocaat), brankas (brandkast), demokrasi (demokratie). Bahasa Indonesia berada di peringkat 15 dunia sebagai bahasa tersulit dari segi gramatikal dan kompleksitivitasnya. Di Asia, bahasa Indonesia menempati urutan ke-3 sebagai bahasa tersulit setelah Jepang dan Korea[4].

Dalam bulan bahasa ini kita dapat berbangka karena bahasa Indonesia sedang diusung-usung menjadi bahasa resmi di kawasan ASEAN. Sidang ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) ke-32 yang dilaksanakan di Kamboja, delegasi Indonesia dipimpin oleh ketua DPR Marzuki Alie. Dalam pidato resminya, Marzuki mendorong bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi dalam sidang parlemen ASEAN tersebut. Marzuki menilai bahasa indonesia, malaysia, dan melayu adalah bahasa yang terbanyak digunakan di kawasan ASEAN.

"Dalam momen yang berharga ini, dalam semangat memperbarui statuta AIPA agar sesuai dengan perkembangan saat ini, kami juga ingin mempromosikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam AIPA. Bahasa Indonesia adalah bahasa modern yang telah melalui beberapa sinkronisasi sejak pertama terkenal sebagai bahasa resmi Republik Indonesia pada tahun 1945. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling banyak digunakan keenam di dunia setelah Mandarin, Inggris, Hindi, Spanyol dan Arab,"usul marzuki. Hal ini disampaikan Marzuki dalam siaran pers kepada detikcom, Selasa (20/9/2011).[5]

Dalam pertemuan-pertemuan resmi tingkat ASEAN, bahasa Inggris menjadi satu-satunya bahasa resmi, hal itu mencerminkan tidak ada bahasa nasional yang mewakili kawasan ASEAN yang bisa menjadi pendamping bahasa Inggris. Di Eropa bahasa Inggris harus bersaing dengan bahasa nasional lainnya seperti bahasa Prancis, bahasa Spanyol, bahasa Jerman dan bahasa Rusia. Sekedar tambahan di benua Eropa, bahasa Inggris hanya dijadikan bahasa resmi di kawasan Britania Raya yang meliputi Inggris Raya dan Irlandia[6]. Bahasa Indonesia atau bahasa Melayu dapat dijadikan sebagai pendamping bahasa Inggris karena bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi setidaknya di 5 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand Selatan, dan sebagian Filipina Selatan. Bahasa Melayu merupakan cikal bakal dari bahasa Indonesia modern. Bahasa ini digunakan dalam percakapan sehari-hari di negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand Selatan, dan sebagian Filipina Selatan[7]. Faktor lain yang menjadi alasan bahasa Indonesia layak dijadikan bahasa resmi kawasan ASEAN yaitu bahasa Indonesia merupakan bahasa yang paling banyak di gunakan di kawasan ASEAN. Dari sekitar 550 juta lebih penduduk ASEAN, sekitar 300 juta mereka bertutur menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Melayu[8]. Banyaknya penduduk Indonesia yang bermigrasi ke negara-negara lain baik bertujuan menetap atau hanya mencari lahan pekerjaan seperti TKI, berperan dalam memperluas dan menambah penutur bahasa Indonesia.

Usulan delegasi Indonesia masih direspon negatif oleh delegasi Filipina. Marzuki menjelaskan bahwa pada dasarnya Filipina tidak menentang tapi yang diperkarakan masalah biaya tinggi dalam realisasinya[9]. Sebelumnya, usulan berbeda diutarakan Menteri Penerangan, Komunikasi dan Budaya Malaysia Rais Yatim. Ia mengusulkan Bahasa Melayu sebagai Bahasa ASEAN. “Baik sekali kalau ada usaha kita untuk menyandingkan bahasa Melayu dengan Bahasa Jerman, Bahasa Perancis, Bahasa Arab, agar dia menjadi suatu lingua franca (bahasa pengantar),” kata Rais Yatim di Aula Gubernur Sumbar, di Jalan Sudirman, Padang, Jumat 23 September 2011[10].

Keputusan disetujui atau tidaknya bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN, akan dibahas dalam pertemuan ASEAN di Kamboja pada bulan September mendatang. Keputusan yang akan diambil tidaklah mengurangi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia. Seperti yang telah disampaikan, kesadaran akan seberapa eksistensi atau peran bahasa Indonesia menjadi alat komunikasi sangatlah penting karena dengan eksistensi, suatu bahasa akan dianggap dihargai. Hanya beberapa orang yang memperingati dan memaknai bulan bahasa sebagai suatu kebangkitan Indonesia.

Kemajuan teknologi dan sumber daya tidak seharusnya membuat Bangsa ini melupakan identitas dirinya yang tercemin dalam Sumpah Pemuda. Peringatan bulan Bahasa seharusnya menjadi ajang untuk menunjukkan perkembangan dan eksistensi bahasa Indonesia. Sudah saatnya pemerintah memperhatikan bulan Bahasa di Bulan Oktober ini. Perlu ada semacam perubahan aturan atau kurikulum yang mempertegas pelaksanaan kegiatan di Bulan Bahasa. Pendidikan Sekolah dan perguruan tinggi sebagai salah satu sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tempat yang paling efektif untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia. Melalui kegiatan yang atraktif, menarik dan melibatkan semua pihak untuk belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

[1] http://nasional.kompas.com/read/2012/09/01/12030360/Mau.Tahu.Jumlah.Ragam.Bahasa.di.Indonesia

[2] http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20110509/proses-pembentukan-bahasa-nasional-indonesia-1.html

[3] http://www.academia.edu/4636935/Kata_serapan

[4] http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20110509/proses-pembentukan-bahasa-nasional-indonesia-1.html

[5] http://news.detik.com/read/2011/09/21/021850/1726871/10/bahasa-indonesia-didorong-jadi-bahasa-resmi-asean?n991103605

[6] http://www.desisachiko.com/2013/05/21/bahasa-indonesia-pantas-menjadi-bahasa-resmi-asean/

[7] http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20110509/proses-pembentukan-bahasa-nasional-indonesia-1.html

[8] http://handiavolo.blogspot.com/2013/08/mencanangkan-bahasa-indonesia-sebagai.html

[9] http://news.detik.com/read/2011/09/21/021850/1726871/10/bahasa-indonesia-didorong-jadi-bahasa-resmi-asean?n991103605

[10] http://news.detik.com/read/2011/09/21/021850/1726871/10/bahasa-indonesia-didorong-jadi-bahasa-resmi-asean?n991103605

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun