Mohon tunggu...
Ira Chandra Puspita
Ira Chandra Puspita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Takkan habis dunia ini dikejar, dan biarlah dunia saja yang mengejarku...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Makes Me Fool!

21 Agustus 2012   07:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:29 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


by Aishka Az Zahra Fillah/Ira Chandra Puspita on Monday, August 13, 2012 at 11:54pm ·

Azka merapikan kamarnya setelah sholat subuh. Memang benar hari ini hari Minggu dan Azka libur sekolah. Meski tidak terlalu rapi, Azka sangat bersemangat dalam membantu pekerjaan bundanya sehari-hari. Bunda pernah bilang kalau merapikan kamar Azka sendiri sudah termasuk salah satu hal yang membantu pekerjaan bunda, jadilah Azka berusaha merapikan sendiri kamar tidurnya. Bahkan tidak jarang Azka akan mengomel panjang lebar ketika melihat kamar Syarif, kakaknya, masih berantakan dan ditinggalkan begitu saja.

Tentu Syarif tidak mau kalah  begitu saja. Ia selalu dan akan menjawab, "Adheeeee, mas kan kreatif. Dan berantakan adalah ciri dari orang yang kreatif. Meski berantakan, mas kan nggak jorok dheeeee....! Lihat aja, cuma buku, kertas tugas, spidol, pensil, penggaris,... dan nggak ada sampah ikut bersyerakhan di kamar mas. Malah itu menunjukkan mas ini rajin dan cerdas kayak Einstein gitcuuuu...!" Azka sampai bosan mendengarnya. Ketika Syarif memulai pidato pembelaannya, Azka akan memandang kakaknya sebal atau langsung mencubit pipi kakaknya sampai Syarif meringis kesakitan. Dan Bunda? Bunda hanya tertawa mendengar ucapan si sulung. Ketika melihat Azka tampak kesal dan mungkin akan timbul keributan, Bunda akan segera membawakan sapu dan peralatan perang lainnya ke kamar Syarif dan memintanya untuk membereskan kamarnya.

Hari ini Azka tidak main dengan teman-temannya seperti biasa. Fauziah sempat datang dan mengajak Azka bersepeda keliling komplek dan Azka hanya menjawab, "Nggak ah... fauziah main sama yang laen aja... Azka lagi pingin di rumah aja neh." Seharian ini Azka tinggal di rumah. Meski membantu banyak pekerjaan Bunda, Azka tampak gelisah. Tentu saja Bunda menangkap gelagat tidak biasa itu dari sang putri. Yang mengherankan, Azka bersemangat menjawab semua telpon hari ini, tetapi kemudian ia akan murung ketika menyerahkan gagang telepon kepada Bunda atau Syarif. Azka sedang menunggu telpon dari siapa ya?

Menjelang sore, Azka tampak tidak bersemangat. Bunda lebih heran lagi dibuatnya.   "Mas, D' Azka kenapa ya?" tanya Bunda pada Syarif sambil mengamati putrinya dari dapur.

"Au ah Bunda, gelab!"

"Hush! Bunda tanya serius mas..."sahut Bunda gemas.

"Nunggu telpon ayah. Minggu  kemaren ayah janji sama Azka, katanya mau nelpon Azka. Mau denger gimana ujian matematika Azka di sekolah. Makanya adhe nggak mau diajakin maen Bunda...."

Ooooo.... Bunda mengangguk faham. 'Jadi ayah belum nelpon Azka ya...'

Bunda mendekati Azka yang duduk sambil menopang kepalanya di depan pintu, murung.    "Adduuuuh, jeleknya anak bunda kalo lagi murung gitu.... Ada apa siiiiih?? Cerita doooooonk...." Bunda mengambil posisi duduk di samping Azka.

"Azka kayak orang bodoh ya Bunda? Nggak punya kerjaan yang berarti, nggak melakukan hal-hal yang bermanfaat, ah, pasti hari ini pahala Azka sedikit banget...." Azka bertutur lirih.

"Siapa bilang Azka nggak melakukan sesuatu yang bermanfaat? Azka kan baaaaanyak membantu bunda hari ini. Apa aja yaaaa...? Tadi Azka ngapain aja cinta?" tanya bunda memancing keceriaan si bungsu.

"Azka udah ngerapiin kamar Azka. Azka udah bantu ibu bawa belanjaan ibu. Azka juga ngebantuin ibu motongin sayur. Trus Azka udah ngerapiin koran-koran di samping meja. Azka juga udah berantem sama mas Syarif tadi pagi. Habisnya, mas Syarif kalo waktunya ngeberesin kamar, pasti adaaaaaaaa aja alasannya. Azka kan sebel jadinya. Mata Azka kan sedih ngeliat yang berantakan-berantakan gitu...."

"Trus kenapa Azka bilang hari ini pahala Azka sedikit? Emangnya Azka bisa ya ngitung pahala?" tanya bunda dengan mimik keheranan.

"Itungin punya mas Syarif juga dooooooonk...." Syarif muncul dengan tiba-tiba dan mencubit pipi Azka. "Balesan buat pipi mas tadi pagi. Heheheee..." Azka mengaduh kesakitan sambil mengusap pipinya. Bunda menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak-anaknya.

Tiba-tiba Azka memeluk bunda dan menangis. "Ayah boong sama Azka. Ayah jahat sama Azka. Azka jadi kelihatan kayak orang bodoh, dari tadi nungguin telponnya bunyi. Dari tadi semangat banget ngangkatin telpon. Ayah boong! Padahal Ayah udah janji mo nelpon Azka." Bunda tersenyum dan memeluk putrinya erat. Syarif memandang adiknya gemas. 'cengeng!'

"Sayang, mungkin ayah sedang sibuk dengan kerjaannya. Dan saking sibuknya, ayah sampai lupa nelpon Azka. Bukan berarti ayah boong kan sayang?"

"Emang Azka mau cerita apa aja sama ayah?" Bunda tersenyum merangkum wajah imut kemerahan di depannya.

"Azka dapet nilai seratus bunda. Azka pingin bilang Azka dapet nilai seratus sama ayah. Azka belajar bener-bener lho bunda. Azka pingin ayah seneng denger Azka nilainya bagus... tapi ayah nggak nelpon Azka." Azka mulai sesengukan lagi. Bunda terharu mendengar penuturan putrinya. 'Duwh ayaah, masa mau kau kecewakan putrimu ini??'

"Azka sayang, putri bunda yang pinter dan sholehah. Azka nungguin telpon ayah, dan ayah belum telpon sampe sore gini, bukan berarti Azka sudah melakukan hal yang sia-sia. Justru menurut Bunda, Azka sayang sama ayah. Makanya Azka nggak mau kalo ayah nelpon, Azka nggak ada di rumah dan ayah kecewa. Azka juga udah belajar dengan rajin, juga rajin membantu bunda, ayah pasti senang mendengarnya. Jadi, siapa bilang Azka kayak orang bodoh?" Bunda mencubit hidung putrinya gemas.

"Adhe tuwh yang bilang gitu...!" sahut Syarif.

"Azka jangan marah dan kecewa sama ayah, nanti kalo ayah telpon terus Azka marah-marah sama ayah, ayah pasti jadi sedih. Padahal Azka udah belajar dan dapet nilai bagus biar ayah seneng. Ya kan? Senyum donk sayang..." Bunda memancing cerah raut muka Azka. Perlahan, mendung itu memudar.

"Adheeee!!! Ayah telpon neeeeeeeeh!!! Buruaaaaan!!" Syarif berteriak mengagetkan Azka dan bunda. Azka segera mengusap sisa air mata di pipinya dan bergegas menjawab telpon ayah.

"D' Azka bis nangis yaaaaaaah!! Adhe cengeng...!" Teriak Syarif lagi saat Azka mulai mengobrol dengan ayahnya.

"Ayaaaaaaaaah, mas Syarif nggangguin Azka lagi yaaaaah" Azka merajuk dan mengadu pada ayahnya di seberang sana.

'Dasar tukang ngadu!'

Published on http://www.facebook.com/notes/aishka-az-zahra-fillah/serial-azka-again-makes-me-fool/10151770053302366 and republished at Kompasiana, today

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun