"Meong!"
Seekor kucing berwarna oranye-putih melompat keluar dari tasnya Arya ke pangkuan Arya. Tentu saja itu si kucing dari stasiun tadi! Bagaimana bisa si kucing berakhir di pangkuan Arya sekarang?
Arya seketika panik, apakah dia baru saja melanggar salah satu peraturan kereta api? "Cing, cepat masuk lagi ke dalam tasku sebelum ada yang lihat!", ujar Arya dengan panik. Si kucing kerap mengeong keras-keras, membuat Arya makin panik.
Apalagi ada CCTV..
Pada akhirnya, si kucing tadi berdiam diri dalam tasnya Arya hingga mereka sampai di stasiun Gambir di Kota Jakarta. Tentu saja Arya tetap memberi si kucing makanan.Â
Arya keluar dari keretanya dengan waspada, takut jika diketahui dia membawa kucing dalam tasnya. Ia segera memesan taksi untuk mengantarnya ke tempat kos yang ia tempati. Untung saja supir taksi yang ditumpangi Arya tidak terlalu memperhatikan tas Arya sehingga supir taksi itu tidak tahu kalau ada kucing dalam mobilnya.
Sesampainya mereka di kamar kos Arya, Arya segera membuka tasnya agar si kucing bisa keluar. Arya ingat si kucing memiliki luka kecil pada tubuhnya, maka dari itu Arya dengan segera mengambil P3K dekat lacinya, lalu membersihkan luka si kucing.
Sejak hari itu, mereka menjadi teman terbaik yang pernah ada, setiap Arya pulang dari kuliahnya, ia selalu disambut oleh si kucing yang ia namai Oyen. Â Mereka hidup berdua bersama di dalam kamar kos minimalis Arya dengan bahagia. Oyen sekarang sudah menjadi gemuk dan terawat sejak bersama Arya. Arya benar-benar terampil dalam mengurus dan merawat Oyen.
THE END.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H