Halo, namaku Wawa. Aku berumur 14 tahun, aku bersekolah di SMP ternama dekat rumahku.
Pada Hari Minggu malam, aku baru saja membeli photocard dari sebuah grup boyband favoritku menggunakan uangku sendiri yang sudah aku tabung selama beberapa bulan terakhir ini. Photocards nya aku beli banyak dari toko online, dan beruntungnya barang itu sampai waktu malam di hari Minggu. Aku benar-benar tidak sabar untuk memberi tahu temanku tentang photocards yang aku beli besok di sekolah!
Malam itu, aku sedang merapikan tas ku, mengisinya dengan buku pelajaran untuk besok, sekaligus aku memasukkan photocards nya ke dalam tas ku secara diam-diam. Aku berharap ibuku tidak akan mengetahui itu.Â
Tiba-tiba, ibuku memanggilku untuk turun ke bawah, untuk makan malam bersama keluargaku. Aku segera turun, dan dengan cepat pergi ke ruang makan keluargaku.
"Wawa, kamu tidak membawa foto-foto itu ke sekolah, kan?" Ibuku bertanya ketika beliau melihatku datang ke ruang makan. Aku dengan cepat menggeleng, "Tidak, ibu. Aku tidak membawa photocards ku ke sekolah." Ujar ku. Aku berbohong pada ibu agar aku bisa membawanya dan memberi lihat teman-temanku di sekolah! Ibuku mengangguk dengan senyuman khas pada wajahnya.
Tentu saja, setelah itu aku segera duduk di kursi meja makan, di hadapanku sudah ada satu piring berisikan nasi, sayur, dan beberapa lauk lainnya. Di meja makan juga ada Ayahku dan Adikku yang masing-masing melakukan kegiatan mereka sendiri. Seperti Ayah yang masih lanjut bekerja pada ponselnya, dan Adik yang sedang bermain tablet. Begitu Ibuku duduk dan memimpin kita untuk membaca doa makan, semuanya menaruh elektronik mereka di meja makan, dan menyantap makanan buatan Ibu dengan lahap. Suasana ruang makan begitu tenang.
Esoknya, aku bangun pagi lalu mandi dan memakai seragam sekolahku dengan cepat. Setiap aku pergi ke sekolah, aku selalu diantar oleh Ayahku, terkadang juga berangkat bersama Adikku. "Wawa, kamu sudah menyiapkan semuanya?" Tanya ayahku sebelum kita berangkat. Aku menjawab, "Sudah, Ayah. Kalau adik?" Adikku mengendikkan bahunya tak acuh sambil bermain tabletnya, "Iya kak, Sepertinya sudah aku siapkan semua"
Aku memutar bola mataku malas mendengar jawaban tak acuh dari adikku. Ayahku tertawa lalu melerai kita berdua. "Ya sudah, ayo berangkat." Kata Ayahku. Aku dan Adikku mengangguk kemudian masuk ke mobil.
Sesampainya aku di sekolah ku, aku segera dengan cepat pergi ke kelas ku dan bertemu teman-temanku. "Selamat pagi! Teman-teman, mau lihat photocards ku gak?" Aku berkata sembari menaruh tasku dan mengambil photocards ku keluar agar teman-temanku bisa melihatnya. Banyak yang berkata, "Wah, keren banget!" , "Ih, mau dong!", dan masih banyak lainnya.
Bel masuk berbunyi, menandakan sudah waktunya pelajaran pertama dimulai.
Pagi itu pelajaran berjalan dengan normal, tidak ada hal yang mencurigakan, dan yang lebih penting, foto-fotonya aman!
Setelah beberapa jam berjalan, akhirnya datanglah waktu untuk semua murid sholat dhuhur berjamaah di masjid sekolah. Aku dan teman-temanku pergi sholat bersama. Waktu itu masih berjalan dengan lancar.
Namun, saat aku kembali ke kelas setelah sholat dhuhur, saat aku mengecek ke dalam lokerku, photocards ku menghilang!Â
"Hey, apa ada yang melihat foto-foto ku?" Aku bertanya dengan panik pada teman-teman sekelasku. Hasilnya nihil, tidak ada yang tahu. Aku semakin panik saat foto-fotoku tidak ada dimana-mana. Aku mencari ke seluruh penjuru kelas, tapi nihil.
Kemudian, bel berbunyi, namun ini bukan menandakan sudah berganti jam pelajaran, ini menandakan adanya pengumuman dari BK. "Assalamualaikum, ingin menginformasikan bahwa disaat pelaksanaan sholat dhuhur, kami sempat merazia beberapa kelas. Jika salah satu barang kalian tidak ada, maka itu telah kami sita. Mohon diambil bersama orang tua pada saat pengambilan raport. Terimakasih." itulah isi pengumuman tersebut.
Mulutku menganga mendengar pengumuman itu, berarti foto-foto ku di razia?! Lalu, bagaimana aku memberi tahu ibuku tentang ini?
Salah satu temanku bernama Anggi menghampiriku dan berkata, "Aneh aneh aja sih. Di peraturan sekolah kan sudah ada aturan kalau tidak boleh membawa apapun yang tidak berkaitan dengan sekolah. Malah melanggar." Anggi menghela nafasnya dan memandangku dengan tatapan lelah.Â
"Ya gimana, Nggi. Aku mau memberi lihat teman-teman kalau aku punya photocards!" Ucapku dengan sedikit marah. Aku sangat kesal dengan ini, mengapa foto-fotoku diambil?
Anggi tertawa sembari memegang perutnya. "Makanya, jangan pamer. Sudah pamer, ditambah melanggar aturan. Haduhh.."
Sekarang, aku benar-benar merasa bersalah sudah membohongi ibuku, sekaligus merasa sedih karena foto-foto yang kubeli sekarang sudah disita.
Moral : Janganlah berbohong pada siapapun, Janganlah pamer akan barang yang kita punya, Dan janganlah melanggar peraturan yang sudah ditetapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H