Mohon tunggu...
AISHA KAMILA HADI
AISHA KAMILA HADI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kelas Bukan Lagi Kerajaan Guru: Tantangan Baru Dunia Pendidikan

3 Desember 2024   01:10 Diperbarui: 3 Desember 2024   01:14 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia Pendidikan terus bergerak maju, dan begitu pula hubungan antara guru dan murid. Jika dulu kelas dianggap sebagai “kerajaan” kecil dengan guru sebagai rajanya, kini lanskapnya berubah. Suara murid semakin lantang terdengar, menantang pola relasi kuasa yang selama ini berjalan.
Hal ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi, media sosial, dan kesadaran akan hak asasi manusia yang semakin tinggi. Generasi saat ini, yang sering disebut Generasi Z dan Alpha, tumbuh dalam budaya yang mengajarkan keberanian menyuarakan pendapat dan semakin kritis. Mereka tidak lagi ragu untuk mengkritik, menyampaikan ide, atau bahkan menantang kebijakan sekolah yang mereka anggap tidak adil.

Kasus Viral: Suara Murid di Media Sosial
Baru-baru ini, media sosial dihebohkan dengan video yang memperlihatkan adab seorang murid yang terlihat sedang berdebat dengan gurunya. Murid tersebut tidak mengerjakan tugas nya dengan baik, alih-alih meminta maaf, murid tersebut melawan gurunya dengan nada tinggi dan bahasa yang kasar. Unggahan tersebut justru mendapat dukungan dari teman-temannya dan bahkan orang tua murid lainnya. Ini menunjukkan bahwa kelas tidak lagi menjadi ruang tertutup; interaksi di dalamnya bisa dengan mudah terekspos ke publik.
Perilaku murid dari video terebut menarik perhatian penonton, terutama yang mencoba memahami dari sudut pandang murid itu sendiri. Beberapa pihak berpendapat bahwa tindakan buruk yang dilakukan oleh murid tersebut mungkin dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, terutama teman sekolah atau kelompok sebaya. Lingkungan yang kurang positif dapat menjadi pemicu, terutama bagi siswa yang memiliki kecenderungan sifat pemberontak atau tidak hormat. Tekanan dari teman nya atau keinginan untuk diterima oleh kelompok sebaya sering kali mempengaruhi perilaku tidak hormat atau menentang aturan.

Guru sebagai Fasilitator, Bukan Penguasa
Guru berperan sebagai pendamping yang membantu siswa menemukan minat dan potensi, serta menyediakan variasi metode pembelajaran yang menyesuaikan dengan gaya belajar masing-masing muridnya. Di era sekarang, guru berperan sebagai pendamping, bukan lagi “pemegang kendali” dalam proses belajar murid-muridnya. Tidak hanya dituntut menguasai materi ajar, tetapi guru juga harus mampu memahami psikologi generasi muda yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Agar menciptakan keakraban diantara hubungan murid dan guru, sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolah berjalan dengan harmonis.
Peran guru di era modern ini lebih memberikan ruang bagi murid untuk lebih aktif berpartisipasi, berpikir kritis, maupun berani berbicara. Hal ini terlihat dari meningkatnya kualitas dan metode pembelajaran, seperti diskusi kelompok dan juga pemanfaatan teknologi sebagai alat pembelajaran. Fokus utama bukan lagi sekadar menghafal materi, melainkan mendorong murid untuk berpikir kritis, mengajukan pertanyaan, dan mencari solusi. Selain itu, penggunaan teknologi sebagai alat pembelajaran telah membuka peluang baru bagi murid untuk belajar dengan cara yang lebih interaktif dan menarik. Dengan pendekatan ini, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, relevan, dan sesuai dengan kebutuhan generasi muda saat ini.

Pengaruh Lingkungan dan Teknologi
Remaja di era sekarang ini berpegang erat dengan teknologi dan memainkan peran besar dalam sehari-hari. Media sosial sering menjadi tempat murid mengekspresikan pendapat atau keluhan mereka terhadap sistem pendidikan. Video debat murid dan guru yang viral baru-baru ini adalah salah satu contohnya. Di satu sisi, ini memberikan murid ruang untuk menyuarakan pendapat, tetapi di sisi lain, juga dapat memperburuk hubungan guru-murid jika tidak ditangani dengan baik.
Ketergantungan remaja pada teknologi juga membuat mereka lebih mudah dipengaruhi oleh opini publik, yang terkadang memperkuat tindakan atau sikap tertentu tanpa mempertimbangkan dampaknya secara mendalam. Ketika konflik antara murid dan guru terekspos di media sosial, isu tersebut sering menjadi bahan perdebatan yang melibatkan berbagai sudut pandang, baik yang mendukung maupun mengkritik. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan yang bijak dalam menangani permasalahan di kelas, agar tidak semakin memicu kesalahpahaman. Guru, murid, dan orang tua perlu bekerja sama untuk menciptakan komunikasi yang lebih baik, sehingga teknologi dan media sosial dapat digunakan sebagai alat untuk membangun hubungan positif, bukan memperburuknya.

Harapan untuk Masa Depan
Meski penuh tantangan, perubahan ini juga membuka peluang besar untuk menciptakan pendidikan yang lebih inklusif dan relevan. Guru dan murid harus bekerja sama membangun hubungan yang saling menghormati. Dengan pendekatan yang tepat, guru dapat tetap mempertahankan otoritas mereka sambil memberikan ruang bagi murid untuk berpartisipasi aktif. Metode seperti pembelajaran berbasis proyek, diskusi kelompok, dan pemanfaatan teknologi sebagai alat pembelajaran dapat menjadi solusi. Kuncinya adalah menciptakan lingkungan kelas yang mendukung dialog, keterbukaan, dan kolaborasi.

Perubahan ini mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga membentuk manusia yang berpikir kritis, kreatif, dan mampu berkontribusi dalam masyarakat. Dunia pendidikan memang bukan lagi kerajaan guru, tetapi kolaborasi antara guru dan murid kini menjadi pondasi masa depan. Hubungan yang saling menghormati antara keduanya dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan dinamis. Dengan membuka ruang dialog, guru dan murid dapat bersama-sama menghadapi tantangan era modern yang penuh dengan perubahan cepat. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan sejati adalah perjalanan bersama untuk tumbuh, belajar, dan menciptakan dampak positif bagi dunia.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun