Sejuk udara pagi kota Blitar menyambut tubuh lelah yang baru saja tiba dari Surabaya. Hijau pepohonan berbaris rapi di tepi jalan yang tidak begitu lebar. Sawah dengan padi yang mulai menguning, menyejukkan mata yang setiap hari bertemu gedung-gedung tinggi dan kepadatan jalan.
Nuansa indah pemandangan membuat perut keroncongan menjadi berteriak minta diisi. Perjalanan yang melewati jalan-jalan kecil berhenti di depan sebuah warung sederhana di sebuah desa bernama Jatinom. Warung sederhana ini bernama 'Warung Mak Ti'.
Warungnya lumayan bersih dan luas, ada beberapa meja panjang yang cukup untuk menampung sekitar 200-an penikmat makan. Di sebelah kanan pintu masuk adalah dapur dan tempat membuat minuman. Di sampingnya lagi adalah tempat pengunjung mengambil makanan. Memang warung ini bergaya prasmanan alias pengunjung mengambil sendiri makanannya.
kuliner yang satu ini.
Ruang prasmanan yang tidak begitu luas ini berisikan makanan yang diwadahi ember-ember klasik atau ember lurik. Menyenangkan sekali melihat beraneka sayur yang disediakan. Menu yang disajikan sederhana tapi memiliki ciri khas makanan pedesaan. Bagi penyuka makanan rumahan yang khas desa, layak untuk mencoba
Perut yang sudah bernyanyi, melihat makanan yang banyak membuat bersemangat segera mengambil piring dan mengisi dengan makanan yang disukai. Pilihan saya adalah ikan wader kering, urap-urap, oseng lompong, dan botok lamtoro. Minumannya saya memilih teh hangat. Tidak lupa, krupuk.
Menurut Mak Ti, sang pemilik warung, saat proses memasak tidak memakai bumbu penyedap. Tidak mengherankan jika enak. Warung Mak Ti dengan menu yang sederhana tapi nikmat tadi dibandrol harga sangat murah Rp. 15.000,-. Sudah termasuk minuman dan boleh nambah berulang. Murah dan nikmat, bukan?
Sesuatu yang sederhana belum tentu sederhana, pasti ada yang tersembunyi di dalamnya. Seperti Warung Mak Ti, sederhana tapi nikmat dan menyenangkan. Jangan lupa saat ke kota Blitar mampir ke warung sederhana yang enak dan nikmat ini.