Mohon tunggu...
Aishah Wulandari
Aishah Wulandari Mohon Tunggu... Freelancer - Writing for legacy

Belajar Belajar Belajar Instagram @aishahwulandari

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Episode September

13 November 2021   21:22 Diperbarui: 13 November 2021   21:45 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

September tersenyum padaku, mengucapkan salam hangat. Semoga Septembermu diliputi kebahagiaan. Kuberikan seringai pada September, entah bahagia atau duka lara. Hanya kalbuku yang tahu.

Bagiku, September tak lagi bulan ceria, tapi kelabu. Kamu tahu saat itu bunga tabebuya berwarna merah muda, sedang mekar-mekarnya. Keramaian jalan tak mampu menghentikan romantismu. Kamu katakan parasku merona serupa kembang. Mendengarnya, jantungku bertalu seperti bedug adzan. Betapa manis untaian diksimu, kau lambungkan aku ke galaksi bima sakti. 

Kau hempaskan aku kembali ke ruang tak berpenghuni. Sendiri menatap harap lalu hirap. Kamu pergi bersama seorang puan jelita, entah kemana. Kini, tiada lagi malam bersama jurai elok aksara. Lenyap, terdampar di pulau tanpa insan. Bayangmu berlalu bersama sang bayu. Jejakmu hilang bersama rinai hujan.

Aku termangu menatap keindahan tabebuya yang serupa sakura. Warnanya bukan lagi merah muda tetapi kuning cerah. Senyumku mengembang. September, ijinkanlah kalbu kembali cerah serupa bunga bewarna kuning ini. Jangan biarkan atma diri terkungkung dalam ratap. Biarkan aku melangkah hidup penuh harap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun