Tren makanan dan minuman selalu berganti setiap waktu. Selalu ada makanan dan minuman yang menjadi tren setiap tahun. Dewasa ini, masyarakat Indonesia masih diterpa tren makanan pedas dan minuman manis. Sebelumnya, masalah pola konsumsi ini berputar pada makanan siap saji atau junk food. Namun, sekarang ini muncul jenis lain seperti seblak, mie super pedas, maupun bubble tea yang sangat digemari oleh masyarakat kita terutama remaja.
Pada awalnya, makanan dan minuman tersebut mulai viral dan trending karena naiknya penggunaan media sosial sebagai media promosi saat pandemi Covid-19. Keunggulan yang membuat masyarakat langsung tertarik karena tampilannya yang unik, lucu, dan menggugah selera. Selain itu, harga yang murah dengan berbagai promo menarik juga menjadi kunci penyebab viralnya makanan dan minuman tersebut.Â
Ditambah dengan adanya influencer-influencer yang turut membuka peluang usaha dari makanan dan minuman tersebut. Banyak remaja yang kemudian tertarik pada makanan dan minuman tersebut karena mereka sering menggunakan media sosial dan masih dimasa yang lebih mementingkan kenikmatan rasa dibandingkan dengan khasiat dari yang dikonsumsi sehingga para remaja menjadi sasaran dari pemasaran kuliner tersebut.
Kemudian, remaja pun mulai menikmati rasa dari makanan dan minuman tersebut dan memamerkannya di sosial media yang mereka punya supaya terlihat tidak tertinggal oleh tren yang ada. Hal tersebut dilakukan secara terus-menerus, yang salah satunya disebabkan karena adanya hormon andrenalin yang merupakan endrofin atau pereda nyeri alami yang juga menimbulkan efek rasa bahagia, yang muncul setelah peredaan nyeri yang menyika. Makanan pedas memiliki rasa yang menyiksa jika dikonsumsi diluar daya tahan tubuh kita akan rasa pedas tersebut. Itulah sebabnya, makanan pedas yang banyak cabai sangat digemari. Bahkan, ada juga yang menjual paket makanan dengan harga terjangkau yaitu paket nasi dan mie goreng instan, maupun ditambah dengan lauk ayam geprek pedas. Makanan-makanan, seperti mie, seblak, dan basreng, tersebut tentunya sudah tidak sehat karena sangat tinggi karbohidrat,tinggi lemak dan natrium (garam) karena dimasak dengan cara digoreng dengan bumbu pedas gurih yang berlebihan.
Selain itu, menurut suatu penelitian, ketika tubuh kita sedang kelelahan atau kekurangan asupan energi, yang mana sering kali dialami remaja akibat stres dan beban pendidikan, menyebabkan otak merangsang rasa lapar dan dorongan untuk mengonsumsi makanan atau minuman yang manis. Hal tersebut merupakan respon alami tubuh untuk mencukupi kebutuhan energi. Selain adanya hormon andrenalin dan faktor kekurangan energi, pola makan tidak sehat dengan makan atau minum-minuman manis bisa disebabkan oleh sugar craving. Manusia yang menderita sugar craving pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengonsumsi makanan atau minuman manis sekalipun tidak sedang lapar. Hal tersebut tentunya dapat berdampak negatif pada kesehatan tubuh kita.
Makanan atau minuman manis kekinian yang tinggi gula, Â seperti bubble tea (Boba) dan kopi kekinian dengan berbagai topping yang satu gelasnya biasa dijual dengan ukuran 500 ml mengandung 325 kkal, dapat menyebabkan kerusakan gigi dan obesitas jika tidak diimbangi dengan mengurangi kalori tubuh. Obesitas sendiri merupakan masalah serius yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia yang berpola hidup tidak sehat. Obesitas juga bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya seperti diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung, dan lain-lain. Oleh karena itu, konsumsi minuman manis yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Adapun konsumsi makanan pedas yang berlebihan juga bisa menyebabkan penyakit pencernaan seperti gastritis atau peradangan pada dinding lambung (biasa disebut maag), diare, GERD (naiknya asam lambung ke kerongkongan), dan masih banyak lagi. Penyakit tersebut, terutama maag, termasuk penyakit kambuhan sehingga dapat mengurangi kemampuan pencernaan kita dalam mencerna suatu makanan ditambah gejala yang merepotkan. Hal tersebut tentu dapat membuat kita berpikir ulang dalam mengatur pola konsumsi sehari-hari.
Dengan demikian, boleh saja kita mengonsumsi makanan pedas dan minuman manis yang kekinian tersebut. Namun, tidak boleh dikonsumsi secara terus-menerus dalam jumlah yang berlebihan. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Permenkes No. 30 Tahun 2013, juga telah memberikan anjuran batas konsumsi gula harian, yakni sekitar 10% dari total kebutuhan kalori per harinya (200 kkal/hari). Jumlah ini setara dengan 4 sendok makan atau 50 gram gula.
Jika kita sudah merasa memiliki pola makan yang tidak sehat, solusinya harus mengurangi konsumsi kuliner yang kurang menyehatkan itu secara perlahan atau menggantinya dengan makanan dan minuman lain yang berasa sama, tetapi memiliki kadar cabai dan gula yang lebih rendah. Bisa juga dengan diolah menjadi kuliner yang lebih sehat, misalnya ditambah dengan serat (sayur dan buah) serta mengurangi kadar karbohidrat dan natriumnya. Akan lebih baik lagi jika konsumsi tersebut ditambah dengan konsumsi serat, olahraga, tidur dan minum air putih yang cukup, serta pengelolaan stres yang baik agar kita tetap bisa menikmati kuliner kekinian tersebut dengan asupan pedas dan gula harian tetap dalam batas aman dan terkontrol dengan baik.
Referensi:
- Verywellmind
- World Health Organization
- http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/1603-manfaat-dan-bahaya-mengonsumsi-makanan-pedas