Mohon tunggu...
Aisditaniar Rahmawati Jarwanto
Aisditaniar Rahmawati Jarwanto Mohon Tunggu... -

Sorot mata merupakan miniatur yang menggambarkan isi hati dan nurani seorang pribadi manusia :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mungkinkah? Entah!

21 Oktober 2014   14:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:17 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa ini yang disebut bahwa aku harus pergi untuk mengalah?

Mengapa harus kurasakan bahagia ini hanya sementara?

Bagaimana aku harus menyikapi semua yang ada?

Lalu dengan apa aku harus menyembuhkan sesuatu yang kusebut itu luka?

Mungkin kau sedang bimbang

Kau tak tau kemana harus membawa kapal pesiarmu

Yang didalamnya berisi ribuan bahkan jutaan canda tawa cinta

Yang didalamnya tersedia tumpukan karung pujian manis

Kau tak tau kemana harus menghentikan kapal pesiarmu bukan?

Saat tiba-tiba badai ombak masalalu mu menerjang hatimu

Yang kala itu (mungkin) sedang bahagia bersamaku

Apa yang salah?

Dimana letak kesalahannya?

Mungkinkah saat awal memulainya?

Kala itu memang hanya iseng, hanya main-main kau singgahkan pesiarmu itu dihatiku

Aku yang awalnya ragu pun perlahan mulai tenggelam dan berani melangkahkan kakiku untuk menyambutmu

Namun mungkin itu hanya dulu

Sebelum kau ragu karena hadirnya masalalu mu

Sebelum kapal pesiarmu goyah karena terjangan badai itu

Ku hanya bisa diam

Terduduk lesu sambil menunggu

Dalam rinai airmataku, kuselalu memohon pada Penciptaku

Agar muncul  jawaban atas segala tanyaku

Jika kapal pesiar itu pantas untuk kusentuh, aku ingin kau kembali menjemputku

Namun jika aku tak pantas bahkan tak layak ada di dalamnya, maka usirlah aku ..

Detikmenit hariku berlalu begitu cepat

Jawaban yang ku tunggu pun tak kunjung terlihat

Hingga perlahan lelah menghampiriku

Berjuta kata menari-nari  dalam otakku

Merangkai kata yang ku sebut itu entah

Akankah kau hentikan deru kapal pesiarmu lalu berputar balik pada (mungkin) pahitnya masalalumu?

Atau kau lanjutkan deru kapal pesiarmu itu berjalan terus kearah hatiku yang (mungkin) menjadi masadepanmu?

Atau tidak keduanya? Dan justru kau akan mencari pelabuhan indah yang baru?

Entah ...

Hanya itu yang menjadi jawaban dari gundahnya hatiku kini

Entah ...

Akan sekuat apa aku, sampai kapan luka itu

Jika pahit kenyataan harus mengghampiriku

Lagi-lagi Entah ...

Biar waktu yang menjawab segala kelabu ku

Agar segera kembali menjadi mejikuhibiniu

Dan untuk Entah yang terkahir ,

Biarkan luka yang perlahan mendewasakanku

Yang mengajarkan aku apa itu arti berjuang seperti katamu dulu ....

Mungkinkah? Entah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun