Mohon tunggu...
Aisah Kurniawati
Aisah Kurniawati Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Saya seorang guru, memeiliki hobi menulis dan bercerita, saya sering juga gemar bermain volly

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran dan Tanggung Jawab dalam Manajemen Berbasis Sekolah

30 Desember 2024   06:07 Diperbarui: 30 Desember 2024   06:07 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia mulai memberlakukan desentralisasi tata kelola sistem pendidikan dasar dan menengah sebagai bagian dari pengalihan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah (kabupaten/kota). Sekolah-sekolah diberi otoritas untuk mengelola operasional mereka secara mandiri sesuai dengan kebutuhan siswa dan pihak sekolah diminta turut melibatkan masyarakat setempat untuk memperbaiki kualitas pendidikan.Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki potensi untuk berkembang lebih jauh di masa depan dengan berbagai peluang dan tantangan yang perlu dihadapi.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) muncul akibat ketidakpuasan pengelola pendidikan atas keterbatasan kewenangan mereka untuk mengatur sekolah secara mandiri. Sebagai pemimpin pendidikan, kedudukan kepala sekolah seolah tidak ada artinya karena urusan administratif dan birokrasi yang menumpulkan semangat kreativitas mereka dalam memunculkan ide cemerlang untuk mengelola sekolah. Kepala sekolah seakan tak berdaya karena dikekang aturan dan ketergantungan akan birokrasi pendidikan. Mereka tidak memiliki kelonggaran untuk mengatur sekolahnya sendiri dan cenderung menerima apa adanya terkait apa yang sudah diputuskan pemerintah. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi pribadi yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, tangguh, kreatif, mandiri, demokratis, dan profesional pada bidangnya masing-masing. Kompetensi tersebut diperlukan, terutama untuk mengantisipasi era globalisasi

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pendekatan manajemen pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengelola sumber daya secara mandiri demi meningkatkan mutu pendidikan. Dalam implementasinya, terdapat berbagai peran dan tanggung jawab yang melibatkan pemangku kepentingan di sekolah. Berikut adalah peran dan tanggung jawab utama:

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah suatu pendekatan dalam pengelolaan sekolah yang memberikan kewenangan lebih besar kepada sekolah untuk mengatur dan mengelola sumber daya serta proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan potensi sekolah tersebut. Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pelibatan berbagai pihak terkait, termasuk kepala sekolah, guru, komite sekolah, orang tua, dan masyarakat. Berikut adalah peran dan tanggung jawab dalam penerapan MBS:

1. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Sekolah

  • Kepala sekolah berperan sebagai pemimpin strategis yang bertanggung jawab mengelola sekolah secara keseluruhan dan mengimplementasikan kebijakan MBS.
  • Menyusun dan menyampaikan visi, misi, serta tujuan sekolah yang sejalan dengan kebijakan pendidikan nasional dan kebutuhan lokal.
  • Merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi program-program pengembangan sekolah, termasuk rencana jangka pendek, menengah, dan panjang.
  • Mengelola sumber daya sekolah (SDM, keuangan, sarana-prasarana) secara efektif dan efisien.

2. Guru sebagai Pengelola Proses Pembelajaran

  • Guru bertanggung jawab untuk merancang dan melaksanakan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
  • Guru dituntut untuk mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif guna meningkatkan hasil belajar siswa.
  • Melakukan evaluasi dan refleksi terhadap proses pembelajaran serta hasil belajar siswa, kemudian memberikan masukan untuk perbaikan.

3. Komite Sekolah sebagai Pengawas dan Penasehat

  • Komite sekolah berperan dalam memberikan masukan serta berpartisipasi aktif dalam penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).
  • Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan sekolah, penggunaan anggaran, dan pencapaian target yang ditetapkan.
  • Menjadi penghubung antara sekolah dan masyarakat, serta membantu mengkomunikasikan kebutuhan dan aspirasi masyarakat kepada pihak sekolah.

4. Orang Tua sebagai Mitra Pendidikan

  • Orang tua berperan aktif dalam mendukung proses belajar anak di rumah, serta memberikan masukan kepada sekolah mengenai perkembangan anak.
  • Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sekolah seperti rapat, kegiatan komite, serta mendukung pengembangan sarana dan prasarana sekolah.
  • Bekerja sama dengan pihak sekolah dalam membantu penyelesaian masalah yang dihadapi anak dan memberikan dukungan terhadap kebijakan sekolah.

5. Siswa sebagai Subjek Utama

  • : Siswa memiliki tanggung jawab untuk aktif dalam proses belajar, baik di dalam maupun di luar kelas.
  • Siswa dapat berpartisipasi dalam menyampaikan aspirasi, ide, dan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran dan lingkungan sekolah.
  • Menjadi bagian aktif dari kegiatan ekstrakurikuler, organisasi siswa, dan komunitas yang mendukung pengembangan kepribadian.

6. Masyarakat sebagai Pendukung dan Pengawas

  • Masyarakat dapat berperan dalam memberikan dukungan berupa sumber daya, seperti bantuan materi, keahlian, atau waktu untuk membantu pengembangan sekolah.
  • Masyarakat berperan dalam mengawasi proses pengelolaan sekolah agar transparan dan akuntabel.
  • Masyarakat juga dapat berperan dalam mendukung kebijakan dan program yang diterapkan di sekolah agar tercipta sinergi antara sekolah dan lingkungan sekitar.

7. Peran Pemerintah sebagai Pembuat Kebijakan dan Fasilitator

  • Pemerintah bertanggung jawab menyediakan kebijakan yang mendukung pelaksanaan MBS, termasuk regulasi, pedoman, dan pengawasan.
  • Pemerintah memberikan bantuan berupa pelatihan, pendampingan, dan sumber daya untuk mendukung peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah.
  • Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan MBS di sekolah-sekolah serta mengevaluasi dampak dan efektivitas program tersebut.

8. Pengelolaan Sumber Daya yang Mandiri dan Transparan

  • Sekolah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan keuangan, penentuan program pembelajaran, serta pengelolaan sarana dan prasarana.
  • Sekolah harus dapat mempertanggungjawabkan setiap keputusan dan penggunaan dana secara transparan kepada stakeholder, termasuk komite sekolah, orang tua, dan pemerintah.
  • Pelaporan yang Transparan: Menyusun laporan secara berkala mengenai perkembangan sekolah, termasuk kinerja akademik dan non-akademik, penggunaan dana, serta pencapaian tujuan.

Dengan pelibatan semua pihak tersebut, MBS bertujuan untuk menciptakan sekolah yang lebih responsif terhadap kebutuhan lokal, memiliki tata kelola yang lebih baik, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Implementasi MBS yang sukses akan menciptakan lingkungan sekolah yang dinamis, demokratis, dan berorientasi pada pencapaian mutu pendidikan yang optimal.

Berikut adalah beberapa prospek masa depan MBS yang dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan:

1. Peningkatan Kemandirian Sekolah

  • Pengambilan Keputusan yang Lebih Fleksibel: Di masa depan, sekolah akan semakin memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan terkait kebijakan kurikulum, anggaran, dan pengelolaan sumber daya. Ini akan memungkinkan sekolah untuk menyesuaikan program pendidikan dengan kebutuhan lokal dan spesifik siswa.
  • Pengelolaan Sumber Daya yang Efektif: Kemandirian sekolah dalam mengelola sumber daya akan lebih optimal dengan dukungan pelatihan dan teknologi, sehingga alokasi anggaran dan tenaga dapat lebih tepat sasaran.

2. Kolaborasi yang Lebih Kuat antara Sekolah dan Komunitas

  • Partisipasi Komunitas yang Lebih Intensif: MBS akan terus mengedepankan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sekolah, termasuk orang tua, komite sekolah, dan pihak-pihak terkait di luar sekolah. Kolaborasi ini akan memperkuat dukungan eksternal terhadap proses pendidikan dan memperluas jaringan kemitraan.
  • Pemanfaatan Sumber Daya Lokal: Dengan kolaborasi yang baik, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya dari komunitas setempat untuk mendukung kegiatan pembelajaran, baik dalam bentuk tenaga ahli, fasilitas, maupun kontribusi finansial.

3. Integrasi Teknologi dalam Pengelolaan Sekolah

  • Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Sekolah (SIMS): Di masa depan, sekolah akan semakin mengintegrasikan teknologi untuk manajemen sekolah, seperti sistem informasi manajemen sekolah untuk pemantauan keuangan, absensi, kurikulum, dan evaluasi.
  • Pembelajaran Digital: MBS dapat mendorong penggunaan teknologi dalam pembelajaran, seperti e-learning, platform pembelajaran daring, serta aplikasi manajemen kelas untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.

4. Pengembangan Profesionalisme Guru dan Staf

  • Pelatihan Berkelanjutan: Guru dan staf akan semakin dilibatkan dalam program pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi mereka, baik dalam hal pengajaran maupun manajemen. Hal ini penting agar guru mampu menerapkan metode pengajaran yang inovatif dan relevan dengan perkembangan zaman.
  • Peran Guru sebagai Inovator: Guru akan lebih didorong untuk berperan sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran yang kreatif, sesuai dengan kebutuhan siswa dan tantangan global.

5. Transparansi dan Akuntabilitas yang Lebih Baik

  • Peningkatan Transparansi Pengelolaan Keuangan: Dengan kemajuan teknologi dan dukungan masyarakat, pengelolaan keuangan sekolah dalam MBS akan lebih transparan dan akuntabel. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah dan memastikan bahwa dana pendidikan digunakan dengan benar.
  • Pengawasan yang Lebih Efektif: MBS akan memungkinkan adanya sistem pengawasan dan evaluasi yang lebih efektif dari pihak-pihak eksternal seperti komite sekolah dan pemerintah, sehingga hasil kinerja sekolah dapat diukur secara objektif.

6. Penyesuaian dengan Kurikulum Merdeka

  • Sinkronisasi dengan Kurikulum Merdeka: MBS akan semakin sinkron dengan pendekatan Kurikulum Merdeka, di mana sekolah memiliki otonomi untuk menyesuaikan kurikulum sesuai kebutuhan lokal dan karakteristik siswa. Hal ini akan memberi ruang lebih besar untuk inovasi dalam proses pembelajaran.
  • Kreativitas dan Kemandirian dalam Proses Pembelajaran: Sekolah yang menerapkan MBS dapat memanfaatkan kebebasan kurikulum untuk menciptakan program pembelajaran yang lebih kreatif dan sesuai dengan kebutuhan siswa, tanpa terlalu terikat dengan standar yang kaku.

7. Peningkatan Peran Orang Tua dan Komite Sekolah

  • Peningkatan Keterlibatan Orang Tua: Di masa depan, peran orang tua dalam MBS akan semakin diperkuat melalui keterlibatan yang lebih aktif dalam proses pengambilan keputusan dan evaluasi pendidikan. Hal ini akan meningkatkan sinergi antara sekolah dan rumah dalam mendukung perkembangan anak.
  • Peran Komite Sekolah yang Lebih Strategis: Komite sekolah akan berperan lebih besar dalam pengawasan dan penyusunan kebijakan sekolah, termasuk dalam penggunaan anggaran dan pengembangan program-program baru.

8. Tantangan Global dan Lokal

  • Respon terhadap Globalisasi: Sekolah dengan sistem MBS akan lebih fleksibel dalam menanggapi tantangan global, seperti perkembangan teknologi, tuntutan keterampilan abad 21, dan persaingan global. Sekolah dapat merancang program yang membekali siswa dengan keterampilan kritis, kreatif, dan adaptif.
  • Menjawab Kebutuhan Lokal: MBS juga memungkinkan sekolah untuk lebih responsif terhadap kebutuhan lokal, seperti pengembangan potensi ekonomi, budaya, dan sosial di komunitas setempat. Sekolah dapat membuat program yang relevan dengan kondisi lokal, seperti pendidikan kewirausahaan atau pelestarian budaya lokal.

9. Peningkatan Kualitas Pendidikan di Daerah Terpencil

  • Akses ke Sumber Daya yang Lebih Baik: Di masa depan, MBS diharapkan dapat meningkatkan akses pendidikan di daerah terpencil dengan memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengelola sumber daya yang ada secara lebih efisien dan mengadopsi teknologi pendidikan jarak jauh.
  • Penyusunan Program Khusus: Sekolah di daerah terpencil dapat menyusun program khusus yang sesuai dengan kondisi dan potensi daerah, sehingga mutu pendidikan dapat lebih merata dan relevan dengan kebutuhan lokal.

10. Inovasi dalam Pendanaan Sekolah

  • Pendanaan Berbasis Komunitas: MBS dapat membuka peluang bagi sekolah untuk mencari sumber pendanaan alternatif di luar anggaran pemerintah, seperti melalui kerja sama dengan perusahaan lokal, lembaga swadaya masyarakat, atau kontribusi dari alumni dan masyarakat setempat.

Manajemen Anggaran yang Lebih Efektif: Dengan otonomi yang lebih besar, sekolah dapat mengelola anggaran dengan lebih efisien dan menyalurkannya sesuai dengan prioritas pendidikan yang telah disepakati bersama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun