Mohon tunggu...
Aisah Anastasia
Aisah Anastasia Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030030_UIN Sunan Kalijaga

PRACTICE MAKES PERFECT

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Waspada! Indonesia Menyandang Peringkat ke-3 "Father Hunger - Fatherless Country"

2 Maret 2023   06:38 Diperbarui: 2 Maret 2023   06:44 4204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FATHERLESS COUNTRY, FATHER-"HUNGRY" DAUGHTERS

"Fatherless" merupakan kondisi seorang anak yang tumbuh tanpa ayah atau dengan keterlibatan ayah yang minimal dalam pengasuhan sehingga tidak ada kelekatan (bonding) antara ayah dan anak.

Indonesia berada di peringkat ke-3 dalam menyandang "Fatherless Country". Salah satu penyebab utamanya ialah sudut pandang tradisional di mana tugas seorang ayah adalah mencari nafkah, sedangkan mengurus anak adalah tanggung jawab sang ibu.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa ketiadaan sosok ayah akan berdampak pada rapuhnya anak perempuannya dan dampak ini lebih besar dibandingkan dampak pada anak laki-laki, terutama dalam aspek perkembangan seksualitas.

"PATERNAL INVESTMENT THEORY"

Paternal investment theory menjelaskan mengenai vitalnya peran ayah dalam perkembangan seksualitas anak perempuannya. Anak perempuan memandang sikap atau perilaku ayahnya sebagai faktor penting dalam membuat keputusan-keputusan terkait kehidupan seksualitasnya (mating strategy).

Dalam teori ini, "hadirnya" orang tua dalam hidup anak diibaratkan sebagai sebuah "investasi". Jika sosok ayah "hadir" dalam hidup anak perempuan, hal ini memberi pesan bahwa dalam berkeluarga, "investasi" dari laki-laki maupun perempuan adalah sama pentingnya. Anak akan lebih fokus untuk meningkatkan kualitas dirinya agar ketika saatnya bereproduksi ia bisa memberikan "investasi" terbaik untuk anaknya. la juga akan mencari laki-laki yang dapat "berinvestasi", yakni yang berkualitas.

Sebaliknya, jika sosok ayah tidak "hadir", anak perempuan akan berpikir bahwa "investasi" laki-laki tidaklah penting dalam berkeluarga. la lebih memikirkan kuantitas, lebih fokus untuk mencari kesempatan untuk berhubungan seksual dibandingkan "berinvestasi" pada kualitas keluarga dan keturunannya kelak.

DAMPAK FATHER HUNGER DALAM ASPEK SEKSUALITAS

Dari berbagai penelitian, father hunger pada anak perempuan meningkatkan risiko:

1. Masuk ke dalam pergaulan bebas

2. Berhubungan seksual sebelum berusia 16 tahun

3. Kehamilan di usia remaja

4. Menderita penyakit menular seksual

5. Mencari figur "ayah" pada laki-laki di sekitarnya (object hunger)

6. Menjadi korban eksploitasi laki-laki, mengalami kekerasan seksual

7. Kesulitan untuk mempertahankan hubungan dengan pasangannya

Father hunger juga berimbas pada perkembangan seksual yang lebih cepat, ditandai dengan usia menarche yang lebih dini dibanding anak perempuan yang ayahnya "hadir". Selain itu, father hunger berkorelasi dengan tingginya maskulinitas pada anak perempuan.

PERAN AYAH DALAM AL-QUR'AN DAN HADITS

Di dalam Al-Qur'an, terdapat 17 dialog antara orang tua dan anak. Sebanyak 14 dialog di antaranya adalah antara ayah dan anak. Laki-laki memang sedikit dalam berkata. Akan tetapi, dari yang sedikit itu, penting bagi seorang ayah untuk mencurahkan kepada anaknya dalam bentuk kalimat yang sarat nasihat dan kasih sayang.

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Abu Hurairah bercerita bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah, kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi."

Dalam redaksi bahasa Arab-nya, kata "orang tua" dalam hadits ini disebut dengan lafadz "fa abawaahu". "Abawaahu" berasal dari kata "abaa" yang berarti "ayah". Hal ini menandakan besarnya peran ayah untuk menjaga fitrah anaknya.

BELAJAR DARI KISAH NABI YUSUF 'ALAIHISSALAM

Dalam QS Yusuf ayat 23 dikisahkan bahwa ketika digoda olah seorang perempuan, hampir saja Nabi Yusuf 'Alaihissalam mengikuti syahwatnya. Namun, dalam ayat tersebut dikatakan bahwa ia "melihat tanda dari Tuhannya".

Dalam tafsirnya, cara Allah Subhanu Wa Ta'ala "memberi tanda" kepada Nabi Yusuf 'Alaihissalam adalah dengan cara menghadirkan wajah ayahnya, yaitu Nabi Ya'qub 'Alaihissalam. Ia teringat akan apa yang ayahnya telah ajarkan kepadanya.

Ini adalah pesan bagi para ayah agar "hadir" sebagai sosok yang mengajarkan batasan- batasan syari'at pada anaknya, yang ia turunkan dalam aturan-aturan yang berlaku dalam keluarganya.

Pesan ini selaras dengan berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa dalam keluarga yang ayahnya berdiskusi terkait seksualitas dan menjalankan peran kontrol, anak jadi lebih mampu menunda hubungan seksual pertamanya.

PESAN UNTUK LAKI-LAKI: JADILAH QAWWAM

Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam QS An-Nisa ayat 34 secara tegas mengatur bahwa seorang laki-laki adalah pemimpin atas perempuan, "qawwamun 'ala an-nisa".

Arti "Qawwam" secara bahasa adalah: Kokoh Meluruskan apa yang salah, memperkuat yang (tegak berdiri) lemah, menjadi penopang/sandaran. Adil dan seimbang, mampu menempatkan sesuatu sesuai proporsi yang tepat didasari pemikiran yang rasional. Pemimpin atau tuan, berada di depan, mengetahui tujuan (visi misi), memiliki semangat juang, mengayomi dan melindungi yang ia pimpin.

"Qawwam" adalah karakter seorang lelaki muslim sejati yang diterapkan di mana pun ia berada, terlebih jika di depan keluarganya.

PESAN UNTUK PEREMPUAN: DO NOT SETTLE FOR LESS

Menikah memiliki dampak jangka panjang, tidak hanya berpengaruh pada diri, namun juga keturunan yang dihasilkan. Sebab itu, memilih pasangan adalah perkara yang sangat penting.

Bagi perempuan, memilih suami berarti memilih seseorang yang diyakini mampu memimpin keluarga, mampu menjaga keluarganya agar tidak sedetik pun merasakan siksa api neraka, sesuai dengan tujuan pernikahan dalam QS At-Tahrim ayat 6.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berpesan dalam HR Tirmidzi no. 1085 bahwa hendaknya perempuan melihat dua hal: agama dan akhlaknya. Berarti, pilihlah laki-laki yang sudah menjalankan agamanya dengan baik dan perilakunya pun sudah terbukti baik. bukan sekadar "janji akan berubah".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun