Urgensi pendidikan di Indonesia saat ini begitu menarik untuk diperbincangakan, mulai dari perjalanan pemerintah mengubah kurikulum hingga pelatihan-pelatihan profesi guru yang diprioritaskan untuk kemajuan kualitas guru dalam mengajar.
Pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar yang terprogram dan bersifat formal. Pendidikan berlangsung di sekolah atau di dalam lingkungan tertentu yang diciptakan secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan sekolah.
Secara kodrati tanggung jawab pendidikan anak berada pada orang tua, namun dalam pendidikan di sekolah dasar guru pun bertanggung jawab atas pendidikan anak didiknya. Karena itu antara guru dan orang tua anak didik perlu menjalin kerjasama yang baik dalam rangka menyelenggarakan pendidikan di SD agar guru dapat memperoleh berbagai masukan sebagai dasar pertimbangan dalam membantu anak didik mengembangkan kepribadiannya.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 yang menyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.Guru sebagai orang tua kedua di sekolah mempunyai peran memberi bantuan dan dorongan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak dapat mempunyai rasa tanggung jawab dengan apa yang dilakukan.
Guru juga berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup untuk menarik minat anak. Mengingat peranannya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai pendidik. Dalam suatu pembelajaran guru tidak hanya mendidik dan mengamati kegiatan peserta didik, guru mendesain kegiatan belajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 13 tahun 2015. Pasal 1 ayat 15 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pada awal tahun pembelajaran 2016 kurikulum di indonesia sudah berganti dari kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013, dan sekarang berubah lagi menjadi kurikulum Nasional, namun pada hakikatnya kurikulum Nasional sama dengan kurikulum 2013 hanya saja yang berubah nama dari kurikulum tersebut.
Kurikulum 2013 merupakan seperangkat pembelajaran yang menekankan kepada kompetensi inti dan kompetensi dasar bersifat tematik melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa. Pembelajaran tematik sangat menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan mengembangkan bahan ajar, tidak hanya itu siswa pun harus mampu mengikuti pembelajaran dengan pendekatan scientific (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mencoba, dan mengkomunikasikan). Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah .
Penyelenggaraan pendidikan khususnya di Indonesia dari awal kemunculannya hingga saat ini banyak mengalami pasang surut, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas, semakin menjamurnya lembaga pendidikan di Indonesia, baik pada jalur formal, nonformal, maupun informal.
Data statistik perkembangan lembaga sekolah tersebut tentu merupakan jumlah yang sangat banyak. Akan tetapi, apakah julmah lembaga sekolah yang terus bertambah tersebut sejalan dengan peningkatan kualitas pendidikan?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut berikut ini akan di berikan beberapa hasil laporan yang menunjukkan mutu pendidikan negara didunia termasuk didalamnya Indonesia.
Akan tetapi dari sekian banyak faktor yang muncul, ada satu hal yang mendasar lemahnya mutu pendidikan di Indonesia. Menurut Pryitno persoalan mutu pendidikan bukan hanya disebabkan oleh kurikulum yang sering berganti, sarana dan prasarana yang kurang memadai, dan gaji guru yang rendah. Tetapi lebih mendasar dari itu, ada hal lain yang paling mendasar yang perlu mendapat perhatian. Menurut Prayitno, hal yang paling mendasar tersebut adalah tidak dipraktikkannya ilmu pendidikan dan merajalelanya kecelakaan pendidikan. Berkaitan dengan tidak dipraktikkannya ilmu pendidikan (pedagogik) dalam praktik pendidikan Prayitno mengungkapkan bahwa pendidikan kita memerlukan pemenuhan basic need-nya pendidikan, yaitu ilmu pendidikan. Sejalan dengan tidak terpenuhinya basic need tersebut secara langsung mengerdilkan kehidupan pendidikan, ibarat anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya sehingga kurang gizi, terkena busung lapar, penyakitan, dan lain sebagainya.
Banyaknya para pendidikan yang tidak paham dan kurang mempraktikkan ilmu pendidikan dalam pendidikan ini banyak memunculkan beberapa kejadian yang melecehkan hakikat pendidikan itu sendiri. Inilah yang menurut Prayitno disebut sebagai kecelakaan dalam pelaksanaan pendidikan. Kecelakaan pendidikan dapat berbentuk pelecehan dan penganiayaan terhadap peserta didik yang berakibat lambatnya bahkan hilangnya kesempatan hak-hak pendidikan peserta didik. Tidak boleh masuk sekolah karena tidak bayar SPP, tidak memakai baju seragam, dimarahi dan dihukum karena terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, di skors atau dikeluarkan dari sekolah, semuanya merupakan kecelakaan dalam pendidikan.
Kedua faktor sebagaimana yang diungkapkan oleh Prayitno diatas sudah selayaknyalah menjadi perhatian yang serius bagi kita jika ingin membangun pendidikan yang berkualitas dan bermartabat. Mengingat kedua faktor tersebut sangat mendasar, maka paradigma pendidikan idealnya berorientasi pada penguatan kompetensi para pendidik secara teoritis maupun praktis yang meliputi pemenuhan ilmu pendidikan. Selain itu juga, praktik pendidikan juga seharusnya memandang sisi humanisme setiap individu (peserta didik), sehingga akan meminimalisir munculnya dehumanisasi dalam pendidikan.
Urgensi Pendidikan atau pentingnya pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah kondisi dimana pendidikan menjadi sesuatu hal yang sangat penting  untuk dilaksanakan sehingga dapat memaksimalkan semua unsur yang ada dalam pendidikan untuk mengembangkan potensi diri sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara"
Pendidikan di Indonesia tampaknya masih menjadi salah salu polemik yang selalu terjadi secara terus menerus. Eksistensi dunia pendidikan di Indonesia dianggap kurang memiliki konsistensi dan semangat juang yang tinggi, hal tersebut dapat dirasakan melalui adanya regulasi kurikulum baru yang selalu berubah ubah pada tiap zamannya.
Pendidikan itu harus fokus pada dua dimensi, yaitu esoteris atau jasmaniah dan rohani, maka belum terwujudnya formula pendidikan budi pekerti yang barangkali perlu diperbaiki supaya pendidikan kita bisa seimbang antara rohani dan jasmani, pendidikan ini ternyata menuju kepada Ki Hajar Dewantara, bahkan beliau menomorsatukan batin itu sebagai pendidikan utama, baragkali di dunia pendidikan urusan batin sedikit tersentuh. Seharusnya ini dibangun sebagai pendidikan yang menyeluruh," ungkapnya.
Perlu disadari, pembelajaran di sekolah semakin berkembang. Di mulai dari pembelajaran tradisional, yang memiliki ciri-ciri tradisional konservatif berkembang menuju ke sistem pembelajaran modern, yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan kemajuan zaman. Dalam tahap-tahap perkembangan itu, terdapat perubahan-perubahan dalam sistem pembelajaran dengan semua aspek dan unsure-unsurnya. Jadi, perkembangan pembelajaran itu sejalan dengan perkembangan sekolah. Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan oleh siswa dalam rangka membangun makna atau pemahaman. Karenanya dalam belajar guru perlu member motivasi kepada siswa untuk mengunakan potensi dan otoritas yang dimilikinya untuk membangun suatu gagasan.
Pencapaian keberhasilan belajar tidak hanya menjadi tanggung jawab siswa, tetapi guru ikut bertanggung dalam menciptakan situasi dan dorongan prakarsa, motivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Adapun prinsip pembelajaran menurut Basyiruddin yaitu;
a.Memunculkan Minat dan Perhatian
Minat dan perhatian merupakan suatu gejala jiwa yang selalu bertalian. Seorang peserta didik yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian seseorang kadang kala timbul dan adakalanya hilang samasekali. Suatu saat peserta didik kurang perhatiannya terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru di muka kelas bukan disebabkan dia tidak memiliki minat dalam belajar boleh jadi ada gangguan dalam dirinya atau perhatian lain yang mengusik ketenangannya diruang kelas atau metode yang diterapkan oleh guru tidak pas dengan naluri anak tersebut
b.Memberikan motivasi
Prinsip pembelajaran diharapkan memberikan motivasi atau dorongan yang timbul dalam diri seseorang, di mana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinamakan motivasi instrinsik. Sedangkan dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik.Seorang guru dapat memberikan bermacam-macam prinsip dan metode sebagai motivasi terhadap peserta didik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.
c.Memberikan makna yang besar pada pendidik dan peserta didik
Dalam hal ini seorang guru atau pendidik dapat memilih metode mana yang layak dipakai, mempertimbangkan keunggulan dan kelemahannya, serta kesesuaian metode tersebut dengan karakteristik siswa atau ciri-ciri khas materi yang akan disajikan sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.Metodologi pembelajaran turut memberikan distribusi pengetahuan terhadap peserta didik yang nantinya akan menjadi guru/pendidik yang diharapkan.
Oleh karena itu prinsip dan metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan (setting) di mana pembelajarang berlangsung. Bila ditinjau secara lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain tujuan karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan. Dengan kata lain perbedaan dan pengunaan atau pemilihan suatu metode mengajar disebabkan oleh adanya beberapa faktor harus dipertimbangkan, antara lain; pertama, tujuan; setiap bidang studi mempunyai tujuan bahkan dalam setiap topik pembahasan tujuan pembelajaran ditetapkan lebih terinci dan spesifik sehingga dapat dipilih metode mengajar yang cocok dengan pembahasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kedua, karakteristik siswa; adanya perbedaan karakteristik siswa dipengaruhi oleh latas belakang kehidupan sosial ekonomi, budaya, tingkat kecerdasan, dan watak mereka yang berlainan antara satu dengan yang lainnya, menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode apa yang terbaik digunakan dalam mengkomunikasikan pesan pembelajaran kepada anak.
Ketiga, situasi dan kondisi (setting); di samping adanya perbedaan karakteristik siswa, tujuan yang ingin dicapai, juga tingkat sekolah, geografis, sosiokultural, menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode yang digunakan sesuai dengan setting yang berlangsung,
Keempat, perbedaan pribadi dan kemampuan guru; seorang guru yang terlati bicara desertai dengan gaya dan mimik, gerak, irama, tekanan suara akan lebih berhasil memakai metode ceramah dibanding guru yang kurang mempunyai kemampuan bicaranya.
Kelima, sarana dan prasarana; karena persediaan sarana dan prasarana yang berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, maka perlu menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode mengajarnnya.Sekolah yang memiliki peralatan dan media yang lengkap, gedung yang baik, dan sumber belajar yang memadai akan memudahkan guru dalam memilih metode yang bervariasi.
REFERENSI
Ngalim Purwanto. 2010. lmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2012. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
S. Nasution. 2009. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Siti Meichati. 2014. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:FIP-IKIP.
Munir Yusuf Sutari Imam Barnadi. 2016. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta:FIP-IKIP Yogyakarta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI