Mohon tunggu...
Ais soleha
Ais soleha Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Perkembangan Psikososial menurut Erick Erikson

21 November 2024   16:25 Diperbarui: 21 November 2024   17:52 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori perkembangan psikososial menurut **Erik Erikson** adalah salah satu teori yang paling terkenal dalam psikologi perkembangan. Erikson mengembangkan model yang berfokus pada pengaruh interaksi sosial dan budaya terhadap perkembangan individu sepanjang hidup. Teori ini terdiri dari **delapan tahap perkembangan** yang masing-masing melibatkan konflik psikososial yang harus diselesaikan agar individu dapat berkembang secara sehat.

Setiap tahap mencakup tantangan utama yang berhubungan dengan hubungan sosial dan psikologis yang harus dihadapi individu. Menurut Erikson, pencapaian yang berhasil pada setiap tahap penting untuk perkembangan kepribadian yang sehat dan kesejahteraan psikologis. Berikut adalah **delapan tahap perkembangan psikososial menurut Erikson**:

### 1. **Tahap 1: Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (Trust vs. Mistrust)**
   - **Usia:** 0--1 tahun
   - **Tantangan:** Pada tahap ini, bayi mengembangkan rasa kepercayaan terhadap dunia melalui interaksi dengan pengasuh mereka. Jika pengasuh memberikan perhatian yang konsisten dan penuh kasih, bayi akan mengembangkan rasa percaya terhadap dunia dan orang lain. Jika pengasuh tidak memenuhi kebutuhan bayi, maka bayi akan mengembangkan rasa ketidakpercayaan.
   - **Hasil Positif:** Kepercayaan yang mendalam terhadap orang lain dan dunia.
   - **Hasil Negatif:** Rasa takut dan curiga terhadap orang lain.

### 2. **Tahap 2: Otonomi vs. Rasa Malu dan Keraguan (Autonomy vs. Shame and Doubt)**
   - **Usia:** 1--3 tahun
   - **Tantangan:** Pada tahap ini, anak mulai belajar mandiri dan mengembangkan keterampilan motorik. Mereka ingin melakukan hal-hal sendiri, seperti berpakaian dan makan. Jika mereka diberikan kebebasan untuk mencoba hal-hal baru, mereka akan mengembangkan rasa otonomi. Jika mereka sering dikritik atau dicegah, mereka mungkin merasa malu atau ragu terhadap kemampuan mereka.
   - **Hasil Positif:** Rasa otonomi dan percaya diri.
   - **Hasil Negatif:** Rasa malu, keraguan diri, dan ketergantungan berlebihan.

### 3. **Tahap 3: Inisiatif vs. Rasa Bersalah (Initiative vs. Guilt)**
   - **Usia:** 3--6 tahun
   - **Tantangan:** Anak mulai mengeksplorasi dunia mereka melalui imajinasi dan permainan sosial. Jika mereka didorong untuk berinisiatif dan mencoba hal-hal baru, mereka akan mengembangkan rasa percaya diri dan inisiatif. Namun, jika mereka dihukum atau dilarang untuk bereksperimen, mereka mungkin merasa bersalah dan takut mengambil inisiatif.
   - **Hasil Positif:** Rasa inisiatif, kreativitas, dan keinginan untuk memimpin.
   - **Hasil Negatif:** Perasaan bersalah dan ketakutan untuk mencoba hal baru.

### 4. **Tahap 4: Industri vs. Inferioritas (Industry vs. Inferiority)**
   - **Usia:** 6--12 tahun
   - **Tantangan:** Anak-anak mulai mengembangkan keterampilan dan merasa bangga ketika mereka berhasil dalam tugas-tugas mereka, baik di sekolah maupun dalam kegiatan lain. Jika mereka merasa dihargai dan dihormati, mereka mengembangkan rasa industri dan kemampuan untuk bekerja keras. Jika mereka merasa gagal atau tidak dihargai, mereka mungkin merasa inferior atau tidak mampu.
   - **Hasil Positif:** Rasa percaya diri dan kemampuan untuk bekerja dengan baik.
   - **Hasil Negatif:** Rasa inferioritas, kegagalan, dan ketidakmampuan.

### 5. **Tahap 5: Identitas vs. Kebingungan Peran (Identity vs. Role Confusion)**
   - **Usia:** 12--18 tahun (masa remaja)
   - **Tantangan:** Pada tahap ini, remaja mencari identitas diri mereka, termasuk siapa mereka, apa yang mereka yakini, dan peran mereka dalam masyarakat. Jika mereka berhasil mengeksplorasi berbagai peran dan menemukan identitas yang kuat, mereka akan memiliki rasa identitas yang jelas. Jika mereka bingung dan tidak dapat menemukan peran mereka, mereka akan mengalami kebingungan peran.
   - **Hasil Positif:** Pembentukan identitas diri yang kuat dan rasa kejelasan peran.
   - **Hasil Negatif:** Kebingungan identitas, keraguan diri, dan ketidakpastian tentang masa depan.

### 6. **Tahap 6: Intimasi vs. Isolasi (Intimacy vs. Isolation)**
   - **Usia:** 18--40 tahun (dewasa muda)
   - **Tantangan:** Pada tahap ini, individu mencari hubungan intim yang mendalam, baik dalam pertemanan maupun hubungan romantis. Jika mereka berhasil membangun hubungan yang sehat dan intim, mereka merasa terhubung dengan orang lain. Jika tidak, mereka mungkin merasa kesepian dan terisolasi.
   - **Hasil Positif:** Kemampuan untuk membentuk hubungan yang intim dan sehat.
   - **Hasil Negatif:** Rasa kesepian dan isolasi sosial.

### 7. **Tahap 7: Generativitas vs. Stagnasi (Generativity vs. Stagnation)**
   - **Usia:** 40--65 tahun (dewasa tengah)
   - **Tantangan:** Individu pada tahap ini berfokus pada memberikan kontribusi kepada masyarakat dan generasi berikutnya, baik melalui pekerjaan, keluarga, atau kegiatan sosial. Jika mereka merasa mereka memberikan kontribusi yang positif, mereka merasa puas dan berdaya. Jika mereka merasa tidak berdaya atau tidak berkontribusi, mereka mengalami stagnasi.
   - **Hasil Positif:** Rasa pencapaian, kontribusi, dan kepuasan.
   - **Hasil Negatif:** Kekecewaan, stagnasi, dan perasaan tidak berguna.

### 8. **Tahap 8: Integritas Diri vs. Keputusasaan (Integrity vs. Despair)**
   - **Usia:** 65 tahun ke atas (usia lanjut)
   - **Tantangan:** Pada tahap ini, individu merenungkan hidup mereka dan mengevaluasi apakah mereka merasa puas dengan apa yang telah mereka capai. Jika mereka merasa bahwa hidup mereka telah bermakna, mereka akan merasakan integritas diri. Namun, jika mereka merasa penyesalan dan kekecewaan, mereka mungkin merasa putus asa.
   - **Hasil Positif:** Rasa damai dengan diri sendiri dan kehidupan.
   - **Hasil Negatif:** Penyesalan dan keputusasaan.

### Kesimpulan
Teori Erikson tentang perkembangan psikososial menekankan bahwa konflik yang terjadi pada setiap tahap perkembangan adalah bagian penting dari pertumbuhan individu. Penyelesaian yang positif dari konflik ini membentuk dasar untuk kesejahteraan psikologis dan sosial sepanjang hidup. Erikson percaya bahwa perkembangan adalah proses yang berlanjut sepanjang hidup, dan setiap tahap memiliki dampak yang mendalam pada individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun