Pelupuk mata jendela sambut hangatnya mentari pagi yang membuatnya segera pergi
Debu jalanan, bising, macet, lampu merah, bagai hajat setiap pagi yang mesti dijalani
Bukan apa, tak mengapa, bergelut dengan waktu. Duel pengemudi, salip sana, salip sini, demi finger print
Huaaaaah
Antara hati dan fikiran, antara bumi dan langit
Bergolak tawa dan haru
Mengoyak senyum mata sengit
Siapa yang dapat mengukur dalamnya hati?
Tak ada,
Siapa sangka, diam hiburan bagi jiwa yang sendiri
Huruf-huruf bagai dedaunanÂ
Kata-kata bak lego yang siap disusun jadu bangunan nan kokoh menjulang ke langit
Yaaaa, meski mulut pun sering berkelasi dengan jemari
Senyum simetris memang mesti dilantunkan meski emot meringis
Banjarmasin, 6 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H