Mohon tunggu...
Ai Rosita
Ai Rosita Mohon Tunggu... Relawan - Menjadi seseorang yang memiliki arti dan berguna untuk dirinya sendiri dan lingkungan sekitar

Orang yang merasa kesepian dan tidak memiliki arti, mencoba menyelami sedikit arti dalam dirinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Penghujung Ramadhan

11 April 2024   06:34 Diperbarui: 11 April 2024   06:44 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suka cita menyambut lebaran tak pernah lagi dirasakan olehnya. Ilmy, anak sekecil itu sudah harus menanggung beban setelah kepergian ayahnya. Ibunya sudah 5 tahun menjadi TKI di Timur Tengah tak pernah lagi memberinya kabar sejak kepergiannya hanya 1 kali kabar yang dia terima dari ibunya.

Ilmy yang berusia 10 tahun harus menjaga 2 adiknya. Saat ditinggal ibunya kerja ke luar negeri dia masih berusia 5 tahun, entah nanti kalau ibunya pulang apakah dia masih bisa mengenali ibunya atau tidak, apalagi adiknya yang masih kecil-kecil. Adik pertama dia ditinggal ibunya saat usianya 3 tahun dan adiknya masih berusia 1 tahun.

Para tetangga dan aparat desa sudah mencoba mencarikan ibunya Ilmy ke para TKI dan kepada penyalur yang memberangkatkannya. Namun, kabar ibunya Ilmy tak juga didapatkan.

Untuk menyambung hidup Ilmy menjajakan dagangan tetangganya atau apapun kerjaan yang dapat menghasilkan uang dia lakukan asalkan halal. Aku salut pada dia, meski hidupnya susah dia tetepa bekerja keras untuk bekerja agar mendapatkan uang. Padahal bisa saja dia duduk di jalan-jalan atau di tempat-tempat wisata untuk meminta-minta, tapi itu tidak dilakukannya. Entah bagaimana ayahnya mendidiknya. 

Ramadhan kali ini, merupakan Ramadhan terberat baginya. Ini adalah Ramadhan pertama Ilmy tanpa ayahnya.

"Mbak, aku pengen beli baju baru kayak temen-temenku" kudengar rengekan dari adiknya.

Ilmy hanya mengusap kepala adiknya dan kembali melanjutkan menjajakan gorengan yang dia bawa. Kali ini dia membawa gorengan dari tetangganya untuk dia jajakan. Setiap jam 2 siang dia akab mulai menjajakaan dagangannya selama Ramadhan. Gorengan dan kolak yang dia bawa. Lumayan selain uang dari imbalan yang dia dapatkan juga makanan untum buka dan sahur yang akan dikasih oleh tetangganya itu.

Terkadang adiknya ikut dia berkeliling, terkadang dia jualan sendirian keliling kampung sambil berteriak "gorengan, bakwan, tahu, kolak bu" Wajah kuyu dan lemas terpancar dari wajahnya, namun anak sekecil itu tak pernah mengeluh.

Dia menunjukan kekuatan dan ketabahan dan agar terus berusaha meski kesulitan dia hadapi.

Ilmy, semoga keberuntungan akan menghampirimu di masa depan.

Penghujung Ramadhan akan kembali memancarkan kebahagiaan untukmu.

Cirebon, 11 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun