Kita sudah memasuki hari ke-11 di bulan Ramadhan ini. Dulu, saat aku kecil biasanya dimulai pada minggu kedua orang tuaku sibuk belanja dan memasak lumayan banyak. Pagi-pagi sudah belanja ke pasar membawa tas belanja yang besar.
Yang dibeli biasanya ayam beberapa ekor, bihun atau mie, kentang serta bumbu-bumbu. Jam 2 siang biasanya masakan sudah matang semua. Aku akan diminta untuk menghantarkan makanan pada tetangga dan saudara. Makanan yang diberikan biasanya ada nasi yang di simpan di bakul kalau dalam bahasa sunda "boboko" kecil, lauk (bisa ayam bisa daging), bihun atau mie goreng, sambel goreng kentang disajikan di piring-piring dan di simpan di nampan. Aku membawa nampan berisikan makanan untuk diberikan kepada para tetangga.
Tradisi memberikan makanan untuk para tetangga dan saudara di kampungku namanya "mawakeun" berbagi rezeki untuk berbuka puasa kepada para tetangga dan saudara.Â
Zaman dulu tidak ada kotak box makanan ataupun styrofoam sama sekali. Semua makanan yang kami antarkaan menggunakan piring ditutup dengan daun atau koran.
Bagi keluarga yang jauh, makanan diantarkan pakai rantang. Ada rasa senang ketika mengantarkan makanan kepada tetangga. Biasanya merekapun akan melakukan hal yang sama. Saling membalas memberi makanan. Jika musim mawakeun untuk buka puasa kita akan makan enak. Soalnya biasanya makan enak di bulan puasa hanya di hari pertama, musim mawakeun dan hari terakhir puasa karena besoknya akan lebaran.
Entah mulai kapan, tradisi mawakeun saat ini telah hilang. Sudah tidak tampak lagi nampan yang berisi nasi dan lauk yang saling diantarkan. Tidak ada lagi rantang yang ditenteng untuk dihantarkan.
Ada rasa rindu, ingin kembali ke masa lalu. Agar dapat merasakan kembali tradisi mawakeun yang mempunyai ciri khas menu masakan yang hampir sama. Karena hampir setiap orang memasak menu yang sama untuk mawakeun.
Ada syarat pesan dari tradisi mawakeun. Saling berbagi dengan tetangga dan suadara untuk mendapatkan keberkahan di bulan puasa.
Banyak hal tradisi dari nenek moyang kita yang menunjukkan saling berbagi dan bergotong royong. Mawakeun salah satunya. Semoga tradisi mawakeun akan kembali dihidupkan agar kita semua generasi bangsa dapat pula merasakan membawa makanan memakan nampan dengan piring-piring yang berisikan makanan. Mencium aroma masakan yang menggugah iman tak sabar ingin bisa segera berbuka.
Setelah, selesai mengantarkan makanan kami (anak-anak) akan mulai ngabuburit. Biasanya, ngabuburit kami hanya sekedar berjalan-jalan ke jalanan melihat mobil yang lalu lalang.
Ketika hampir magrib kami pulang, menunggu bedug yang ditabuh dan adzan dikumandangkan. Kami akan menikmati makanan dari mawakeun.
Selesai buka puasa, dilanjut sholat magrib dan bersiap tarawih tak lupa kami membawa kembang api yang akan kami nyalakan ketika dalam perjalanan.Â
Sedikit memori masa kecil ketika bulan Ramadhan di kampungku. Ingin rasanya kembali ke masa itu. Kebahagiaan Ramadhan yang akan selalu kukenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H