Mohon tunggu...
Ai Rosita
Ai Rosita Mohon Tunggu... Relawan - Menjadi seseorang yang memiliki arti dan berguna untuk dirinya sendiri dan lingkungan sekitar

Orang yang merasa kesepian dan tidak memiliki arti, mencoba menyelami sedikit arti dalam dirinya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jangan Mudah Berputus Asa, Pesan dari Ibuku

26 November 2022   21:05 Diperbarui: 26 November 2022   21:27 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ibu menitipkan kue-kue buatannya ke toko-toko besar yang ada di kecamatan dekat pasar. Ibu menitipkan kue-kuenya di toko-toko pada dua kecamatan. Awalnya, yang membantu ibu hanya keluarga saja. Namun, seiring bertambahnya pelanggan, ibu mulai mengajak tetangga untuk membantu membuat kue. Ibu bisa memberdayakan para ibu rumah tangga lainnya untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Tidak terlalu lama, bisnis kue ibu berkembang. Ibu bisa membangun toko di depan rumah. Di tokonya, Ibu tidak hanya menjual kue, Ibu membuat toko serba ada. Dulu, toko serba ada di kampung sangatlah jarang. Jika ingin belanja kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap harus pergi ke pasar terlebih dahulu.

Sosok ibuku yang kutahu dan yang masih terkenang, dia tidak hanya sebagai pekerja keras, namun dia juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Setiap Jum'at, dia memberikan sedekah untuk anak yatim dan dhuafa. Dia yang mengantarkannya langsung kepada mereka. Ibu selalu ringan tangan untuk membantu saudara-saudara dan orang yang membutuhkan.

Selain itu, ibuku yang aku kenal dan aku tahu, dia seorang pemberani. Dia berani mengemukakan pendapatnya. Dalam suatu rapat sekolah yang dia hadiri. Saat aku pertama kali masuk SMP. Pihak sekolah mengadakan rapat untuk membahas sumbangan gedung. 

Meski sekolahku di sekolah negeri, di tahun 90-an setiap masuk SMP atau SMA harus bayar sumbangan gedung di tahun pertama masuk dan membayar SPP tiap bulan. Menurut ibuku, nominal yang dibebankan pihak sekolah terlalu besar dan membebani para orang tua.

Dengan berani ibuku menolak pungutuan itu dan melakukan lobi ke pihak sekolah untuk menurunkan nominal sumbangan biaya Gedung. Orang tua lain sangat berterima kasih kepada ibuku karena merasa aspirasinya tersampaikan.

Ibu, kini memang telah tiada. Tapi sikap berani, pantang putus asa dan kepedulianmu dengan sesama akan selalu menjadi inspirasi bagiku. Aku bangga menjadi anakmu.  Ibu, semoga bahagia di surga-Nya. Tak banyak engkau berucap untuk memberikan contoh yang baik. Engkau berikan contoh dengan tindakanmu. Al Fatihah, untuk Ibu Yayat Rohayat bin H. Ata Juanda.

Bekasi, 26 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun