Mohon tunggu...
Panji Arimurti
Panji Arimurti Mohon Tunggu... Lainnya - Britpop's lover

Britpop's lover

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Drama 5 Gol dan 5 Kartu Merah di Stadion Nacional de Chile 1991

8 Juni 2016   12:18 Diperbarui: 9 Juni 2016   08:01 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PERTANDINGAN antara Argentina dan Brasil akan selalu menjadi laga yang menarik bagi penikmat sepak bola di seluruh dunia. Entah itu di laga resmi ataupun hanya berlabel persahabatan, duel dua raksasa Amerika Latin itu akan selalu menghadirkan drama-drama yang menegangkan dan pastinya menguras emosi.

Laga di Stadion Nacional de Chile, di kota Santiago, Chile, 17 Juli 1991 silam mungkin menjadi salah satu laga yang menarik antara Albiceleste dan Selecao. Bukan hanya memperlihatkan teknik sepakbola yang luar biasa dari masing-masing tim, laga klasik tersebut juga menampilkan ketegangan dan drama sepanjang pertandingan. Bayangkan, lima gol dan lima kartu merah tercipta pada salah satu laga klasik di Copa America 1991 tersebut.  

Argentina dan Brasil sama-sama melaju ke putaran final Copa America 1991 setelah lolos dari babak penyisihan grup. Argentina kala itu lolos sebagai juara grup A, sedangkan Brasil lolos sebagai runner up grup B di bawah Kolombia.

Sekedar diketahui, di gelaran Copa America 1991 yang digelar di Chile ini, turnamen belum memakai sistem gugur. Jadi dari 10 tim yang berlaga, yang dibagi ke dalam dua grup, diambil dua tim dari masing-masing grup untuk melaju ke putaran final.

Keempat tim yang lolos kemudian dikumpulkan lagi di dalam satu grup untuk bertemu kembali. Saat itu, Argentina dan Brasil bergabung dengan Chile dan Kolombia sebagai empat tim yang lolos dari fase grup.

Selain belum memakai sistem gugur, penghitungan poin di Copa America 1991 pun berbeda. Jadi untuk tim yang menang tidak mendapat tiga poin, melainkan mendapat dua poin. Sedangkan tim yang meraih hasil imbang akan mendapat satu poin, dan tim  yang kalah tidak mendapat poin.

Sebagai tim yang lolos ke putaran final, Argentina dan Brasil langsung saling berhadapan di laga pertama. Laga yang digelar di Stadion Nacional de Chile tersebut dipimpin oleh Carlos Maciel, wasit asal Paraguay.

Sama-sama berstatus sebagai favorit juara, Argentina dan Brasil menurunkan pemain-pemain terbaik mereka di laga ini. Argentina menurunkan bomber andalan mereka Gabriel Batistuta di lini depan dengan ditopang Claudio Caniggia dan Diego Simeone di lini tengah. Sementara Brasil menurunkan Branco, Joao Paulo, dan penjaga gawang legendaris Claudio Taffarel.

Laga baru berjalan satu menit, Argentina langsung memimpin melalui Dario Franco. Memanfaatkan umpan pojok, gelandang Tim Tango tersebut berhasil melepaskan diri dari kawalan sebelum kemudian melepaskan sundulan terarah ke pojok kiri gawang Brasil yang tidak bisa dihalau Taffarel. 1-0 Argentina pun memimpin.

Tersentak dengan gol cepat Argentina, Brasil yang kala itu dilatih oleh Paulo Roberto Falcao langsung tampil menekan. Tidak butuh waktu lama, mereka kemudian berhasil menyamakan kedudukan empat menit kemudian, tepatnya di menit kelima lewat Branco.

Gol penyeimbang yang dicetak Branco ini tergolong indah. Pemain yang berposisi sebagai bek tersebut mencetak gol lewat tendangan bebas dari jarak 32 meter. Tendangan keras kaki kirinya menghujam keras ke gawang Argentina yang tidak bisa dihalau kiper Sergio Goycochea. Kedudukan pun menjadi imbang 1-1. 

Layaknya pertemuan dua musuh bebuyutan, duel Argentina dan Brasil juga berlangsung keras. Berulang kali wasit Maciel harus membunyikan peluit akibat pelanggaran yang dilakukan masing-masing pemain dari kedua tim. Dan puncaknya adalah kartu merah yang dikeluarkan Maciel di menit ke-31 yang juga menjadi awal dari drama kartu merah di laga ini.

Mendapat umpan jauh dari tengah lapangan, pemain sayap Argentina Caniggia berhasil mengusai bola di sisi kanan pertahanan Brasil. Caniggia yang sedang menguasai bola kemudian dilanggar dengan tekel keras dari belakang oleh bek Mazinho.

Tidak terima, Caniggia langsung bereaksi dan melempar bola ke arah Mazinho. Sebelumnya, pemain yang terkenal bad boy  tersebut juga sempat sedikit menyikut Mazinho. Emosi memuncak, Mazinho yang tidak terima kemudian perang mulut dengan Caniggia. Keduanya bahkan harus dilerai sebelum Wasit akhirnya mengeluarkan dua kartu merah kepada mereka.

Sama-sama bermain dengan 10 orang, kedua tim tidak mengendurkan serangan. Berusaha untuk memetik kemenangan di laga pertama membuat kedua tim tampil ngotot.

Di menit ke-39, Argentina kembali unggul atas Brasil lewat gol Franco yang lagi-lagi dicetaknya melalui sundulan. Memanfaatkan umpan silang Leonardo Rodriguez dari sayap kiri, Franco sambil berlari langsung menyambarnya yang kembali tidak bisa dihalau oleh Taffarel. Skor pun berubah 2-1 untuk keunggulan Argentina yang bertahan hingga turun minum.

Di babak kedua, Argentina bermain sama seperti di babak pertama. Hasilnya, mereka kembali berhasil mencetak gol cepat, kali ini lewat Batistuta di menit ke-46 atau satu menit peluit babak kedua berbunyi. 

Leonardo kembali menjadi aktor utama gol tersebut. Berawal dari pergerakannya di sayap kanan yang berhasil lolos dari hadangan lawan,  pemain sayap Argentina tersebut melepaskan umpan lambung ke muka gawang yang kemudian langsung disambar dengan sundulan terukur oleh Batistuta yang saat itu baru berusia 22 tahun. Skor pun berubah menjadi 3-1 untuk Argentina.

Tertinggal, Brasil meningkatkan serangan untuk menyamakan kedudukan. Di menit ke-52, berawal dari serangan dari sisi kiri, pemain sayap Brasil mengirimkan umpan ke depan gawang Argentina. Bola umpan tersebut memang masih bisa dihalau bek Argentina, namun sayang bola sepakan tersebut jatuh tepat ke arah Joao Paulo yang langsung menyambarnya dengan tendangan keras yang tidak bisa dihalau kiper Sergio. Skor berubah menjadi 3-2, masih untuk keunggulan Argentina.

Berhasil memperkecil ketertinggalan, Brasil pun semakin mengurung pertahanan Argentina. Namun sejumlah peluang yang tercipta masih bisa digagalkan pemain-pemain Argentina. Pertandingan pun semakin keras. Wasit Maciel kembali mengeluarkan dua kartu merah di menit ke-61, masing-masing untuk Carlos Enrique dari Argentina dan Marcio Roberto dari Brasil.

Brasil yang panik untuk mencari gol penyeimbang mendapat petaka di menit ke-78. Carlos Alberto Bianchezi yang masuk menggantikan Joao Paulo untuk menambah daya gedor justru terkena kartu merah, setelah baru tiga menit memasuki lapangan. Hingga peluit akhir berbunyi, skor pun tidak berubah 3-2 tetap untuk keunggulan Argentina.

Laga melawan Brasil tersebut ternyata menjadi laga penentu Argentina untuk menjadi juara di Copa America 1991. Di akhir klasemen, mereka berhasil menjadi juara dengan lima poin, hasil dari dua kali menang (3-2 melawan Brasil dan 2-1 melawan Kolombia) dan sekali imbang (0-0 melawan Chile).

Mereka hanya terpaut satu angka dengan Brasil yang harus puas di posisi runner up dengan empat poin, hasil dari dua kali menang (2-0 melawan Kolombia dan 2-0 melawan Chile) serta satu kekalahan dari Argentina.

Keberhasilan di Chile ini pun menjadi gelar ke-13 Argentina di ajang Copa America. Di akhir turnamen, Batistuta keluar sebagai top skorer dengan enam gol, disusul bomber Chile Ivan Zamorano dengan lima gol.

Susunan Pemain

Argentina : Goychochea - F. Basualdo, Vazquez, Ruggerie, *Enrique, Astrada, Franco, Simeone, L. Rodriguez (79' Giunta), Batistuta, *Caniggia

Brasil : Taffarel - *Mazinho I, Marcio, Ricardo Rocha, Branco, Mauro Silva, *Marcio Santos, Neto, Silvio Cesar (46' Renato), Luiz Henrique, Joao Paulo (75' *Carlos Alberto Bianchezi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun