Mohon tunggu...
Panji Arimurti
Panji Arimurti Mohon Tunggu... Lainnya - Britpop's lover

Britpop's lover

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Mengenang 20 Tahun Rekor 72-10 Chicago Bulls

27 Oktober 2015   10:41 Diperbarui: 27 Oktober 2015   10:53 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PARA penggila basket NBA di seluruh dunia menyebut mereka sebagai tim  terbaik yang pernah ada dalam sejarah. Rekor yang mereka torehkan,  diyakini sulit untuk dipecahkan kembali.

Tahun ini, 2015, tepat 20 tahun sejak Chicago Bulls merajai kompetisi bakset di daratan Amerika. Rekor menang-kalan 72-10 menjadi saksi  kehebatan banteng-banteng merah di musim 1995/1996. Rekor yang  diyakini tidak akan pernah bisa dipecahkan lagi.

Berbicara kehebatan Bulls di musim 1995/1996 memang seperti menjadi pintu pembuka bagi kejayaan klub berlogo banteng tersebut di era 90-an. Setelah sukses dengan three peat (tiga kali juara berturut-turut) pertamanya di awal 90 an, musim 1995/1996 menjadi suatu penanda bahwa skill dan kejeniusan menjadi suatu kesatuan yang dapat membuat sebuah tim mampu mendominasi dan sukses.

Final 1996 menjadi contoh bagaimana skill dan kejeniusan menjadi senjata kehebatan Bulls di musim tersebut. Bagi yang ingat final tersebut, pasti akan tersenyum kala Michael Jordan, bintang Bulls, menasehati Garry Payton, point guard Seatlle Supersonic.

Terus diprovokasi Payton sejak dari game pertama hingga game keenam, Jordan hanya membalasnya dengan kalimat yang sangat menohok. "Kamu kan baru pertama kali main di final. Jadi lebih baik nikmati saja pertandingan ini," demikian balas Jordan atas provokasi Payton.

Hasilnya, Bulls dengan mudah menghancurkan Sonics dengan skor 4-2 dalam seri best of seven, sekaligus merebut gelar juara keempat mereka setelah musim 91, 92, dan 93.

Memang, sosok Jordan menjadi faktor penting bagi kedigjayaan Bulls di era tersebut. Comeback-nya dia setelah sempat mundur pada 1994 karena masalah keluarga (ayahnya tewas tertembak), membuat Bulls kembali menemukan mesin utama dalam tim mereka.

Ya, selain adanya sosok Scottie Pippen dan si bengal Dennis Rodman, kehadiran Jordan kembali membuat Bulls berjalan di jalur yang semestinya. Arahan-arahan dari sang maestro Phil Jackson mampu diterjemahkan dengan Jordan untuk kemudian disebarkan ke banteng-banteng Bulls lainnya.

Sumber foto: history.bulls.com

Lihat saja formasi triangle offense racikan Jackson yang menjadi formasi menakutkan bagi lawan-lawan Bulls kala itu. Dengan Jordan sebagai poros, serangan Bulls menjadi tersusun rapih, enak dilihat, dan pastinya sangat mematikan.

Kuncinya dasarnya, jika pergerakan Jordan dimatikan lawan, Pippen bisa menerobos masuk ke pertahanan lawan, atau penembak-penembak jitu mereka seperti, Steve Kerr, Jod Buechler, dan Tony Kukoc sudah siap mengeksekusi. Sementara tugas Rodman hanya sebagai pengganggu lawan saat berebut bola rebound.

Selain mampu menerjemahkan arahan-arahan Jackson, kehadiran kembali Jordan juga menjadikan dirinya sebagai nahkoda yang disegani kawan maupun lawan. Lihat bagimana lucunya melihat Rodman menjadi kalem dan menurut saat diperintah dan diberi nasihat oleh Jordan. Padahal kita tahu, saat masih berseragam Detroit Pistons ataupun San Antonio Spurs, Rodman selalu meledak-ledak, kasar, menjengkelkan, dan sosok yang sangat dibenci semua pemain.

Atau, lihat juga bagaimana pemain-pemain lapis kedua macam Randy Brown (point guard), Jason Caffey (power porward), Bill Wennington (center) dan Jod Buechler (small forward) menjadi lebih percaya diri di musim tersebut kala dipimpin oleh seorang Jordan.

Lihat juga bagaimana lawan-lawan Jordan kala itu, macam Reggie Miller (Indiana Pacers), Clyde Drexler (Houston Rockets), hingga center New York Knicks Patrick Ewing hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat pertahanan tim mereka diporak-porandakan oleh Jordan lewat fade away jumper-nya. Bahkan center spesialis block yang baru saja masuk dalam  daftar NBA Hall of Fame, Dikembe Mutombo  tertunduk lesu kala ring yang dijaganya habis dihujani dunk oleh Jordan.

Sehingga sangat bisa dikatakan, sosok Jordan memang menjadi kunci kedigjayaan Bulls di musim tersebut. Jordan ibarat nyawa utama dari klub yang bermarkas di United Center tersebut
 

Tim Pertama dalam Sejarah

Bulls menutup musim reguler 1995/1996 dengan rekor menang-kalah 72-10. Di mana mereka mencatatkan rekor 39-2 untuk laga kandang dan 33-8 untuk laga tandang. Rekor 72-10 ini membuat Bulls menjadi tim pertama di NBA yang bisa menembus kemenangan 70 kali dalam satu musim. Untuk rekor kandang, mereka menjadi tim terbaik kedua dalam sejarah.

Sementara 10 kekalahan Bulls di musim tersebut diderita dari Orlando Magic, Seattle Supersonic, Indiana Pacers (dua kali), Denver Nuggets, Phoenix Suns, Miami Heat, New York Knicks, Toronto Raptor, dan Charlotte Hornets. Dan di tiga kekalah terakhir mereka, Bulls hanya kalah dengan selisih setengah bola.

Di babak playoff, rekor Bulls semakin luar biasa. Setelah menang mudah 3-0 atas Heat di putaran pertama wilayah timur, Jordan dan kawan-kawan melibas Knicks 4-1 di semifinal dan dan Pacers 4-0 final wilayah Timur, sebelum akhirnya memberi pelajaran kepada Sonic di babak final.

Selain catatan rekor menang-kalah yang luar biasa, Bulls juga mencatatkan para pemainnya dalam raihkan rekor individual di musim tersebut.  Jordan misalnya, yang MVP di musim reguler, All Star dan final.

1. Phil Jackson: Pelatih Terbaik
2. Michael Jordan:
    - All-NBA First Team
    - All-Star Game MVP
    - NBA MVP
    - NBA Finals MVP
    - NBA All-Defensive First Team
    - Regular season leader, Field Goals (916)
    - Regular season leader, Field Goal Attempts (1850)
    - Regular season leader, Total Points (2491)
    - Regular season leader, Scoring Average (30.4 points per game)
    
3. Scottie Pippen:
    - All-NBA First Team
    - NBA All-Defensive First Team
    
4. Dennis Rodman:
    - NBA All-Defensive First Team
    - Regular season leader, Rebounds Per Game (14.9)
    - Regular season leader, Offensive Rebounds (356)
    - Regular season leader, Rebound Rate (26.6)

5.  Toni Kukoc: NBA Sixth Man of the Year

Bahkan duet Jordan dan Pippen mencatat rekor terbaik dalam sejarah yakni menjadi duet yang mencetak paling sedikit 40 poin dalam setiap game di musim tersebut.  Sementara Steve Kerr berada di urutan dua dalam tembakan tiga angka. Semua pencapaian tim dan pribadi tersebut membuat Bulls menjadi tim yang paling mendominasi di musim 1995-1996.

"(Tahun) Itu adalah salah satu tahun di mana semuanya berjalan dengan benar. Ada motivasi yang luar biasa, motivasi seperti yang selalu diperlihatkan oleh Michael (Jordan)," kenang Kerr, yang sekarang menjadi pelatih Golden State Warriors.

"Saya ingat pertandingan melawan Houston (Rockets) dan mereka memiliki (Charles) Barkley, Hakeem (Olajuwon) dan (Clyde) Drexler, meraka juga merupakan juara bertahan. Mereka akan menjadi lawan yang setara dengan kami di Wilayah Barat. Tapi kami pergi ke Houston dengan kemenangan dua digit," tutur Kerr.

Sumber foto: history.bulls.com

Dari sekian momen-momen yang tercipat di musim 1995/1996, momen kala Bulls memastikan diri menjadi juara NBA di game keenam final mungkin menjadi momen yang paling dramatis. Sesaat setelah tanda pertandingan berakhir, Jordan yang duduk di bench, karena Bulls sudah unggul jauh dari Sonics masuk ke lapangan dan merebut bola dari tangan Kukoc.

Randy Brown yang berusaha memeluk Jordan pun tak kuasa. Sambil memgang bola, Jordan menangis di tengah lapangan, sementara rekan-rekannya berusaha memeluknya. Jordan menangis, karena kembalinya ia ke NBA lagi berhasil mempersembahkan gelar keempat bagi Bulls dan menjadi pembuka bagi three peat kedua mereka (96, 97, dan 98).

Sulit Dipecahkan
Setelah sebagian skuat Bulls resmi 'bubar' pada akhir musim 1998, di mana Jordan kembali pensiun untuk yan g kedua kalinya, Pippen pindah ke Portland Trail Blazers, Steve Kerr ke San Antonio Spurs, Rodman ke Los Angeles Lakers, dan Phil Jackson melatih Lakers, prestasi Bulls pun menukik. Setelah era 90 an menjadi tahun kejayaan mereka, Bulls menjadi tim papan bawah NBA dan belum meraih gelar juara lagi hingga saat ini

Namun meski begitu, kenangan bagaimanahebatnya tim ini di musim 1995/1996 akan tetatp tercatat dalam sejarah. Ada satu pernyataan menarik dari Jackson saat dirinya mulai menukangi Lakers dan meraih kesuksesan di klub tersebut dengan juga mencetak three peat.  

"Tim saya di Lakers setiap tahun selalu mengatakan, 'Kami ingin memecahkan rekor itu'. Saya menjawabnya, 'semoga berhasil'," kenang Jackson.

Referensi:

http://history.bulls.com/72-10/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun