Mohon tunggu...
Airlanda Umaranti
Airlanda Umaranti Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Penulis Buku: Kaya Dengan Menghabiskan Gaji Perencana Keuangan Independen dari Sukabumi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mempersiapkan Dana Pensiun

26 Juli 2013   11:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:00 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa pensiun bagi sebagian orang sangat menyenangkan, tapi bagi sebagian lainnya bisa sangat menyedihkan. Terutama bagi kalangan yang tidak mendapat fasilitas dana pensiun dari instansi tempatnya bekerja. Menyadari akan pentingnya dana pensiun ini, saya sebagai ibu rumah tangga yang suami saya bekerja di instansi swasta, berusaha mempersiapkan dana pensiun secara mandiri.

Semula saya hanya berfikir bahwa saya harus memiliki usaha sampingan agar pada saat suami pensiun kami masih bisa memiliki penghasilan. Namun ternyata membuka usaha tidaklah mudah. Berbagai usaha telah saya coba. Mulai dari MLM, patungan usaha dengan teman, hingga buka usaha kantin sekolah. Namun semua tidak memberikan hasil yang signifikan.

Akhirnya pada suatu saat saya membaca resensi buku di harian kompas, bahwa uang yang kita simpan di tabungan atau deposito bukannya bertambah tetapi berkurang. Pada saat itu saya baru sadar bahwa inflasi telah menurunkan nilai simpanan kita. Betapa tidak, dengan return deposito kurang dari 5% sementara inflasi sudah di atas 6%. Nominal memang bertambah tetapi daya beli uang kita semakin menurun.

Dari resensi buku tersebut, saya tahu ada produk investasi lain yang bisa mengalahkan inflasi dan sangat cocok dipergunakan untuk mempersiapkan dana pensiun. Produk ini namanya reksadana. Reksadana lebih menjanjikan dibandingkan dengan deposito atau DPLK sekalipun, karena memiliki potensi return hingga 25% bahkan lebih, khususnya reksadana saham. Reksadana adalah produk yang teregulasi oleh pemerintah, dikelola oleh lembaga professional yang tersertifikasi. Akhirnya saya mulai belajar. Saya beli buku-buku tentang reksadana, saya ikuti beberapa seminar, training, dan follower aktif para pakar reksadana. Hingga akhirnya saya putuskan menyiapkan pensiun mandiri melalui reksadana saham.

Dalam kesempatan kali ini saya akan mencoba membandingkan penyiapan dana pensiun dengan cara menabung di deposito dan berinvestasi di reksadana saham. Sebuah ilustrasi,seorang pegawai saat ini berumur 30 tahun dan akan pensiun pada usia 55 tahun. Berarti waktu produktif untuk mempersiapkan pensiun 25 tahun.

Diperkirakan biaya hidup yang di butuhkan saat pensiun dengan perhitungan nilai uang sekarang adalah Rp 3.000.000 per bulan. Dengan inflasi 10% pertahun, 25 tahun yang akan datang uang sebesar Rp3.000.000saat ini nilainya akan setara dengan Rp 32.504.117

Asumsi harapan hidup sampai usia 75 tahun atau harapan hidup setelah pension selama 75 – 55 = 20 tahun. Berarti harus mempersiapkan uang pensiun selama20 tahun X 12 bulan = 240 bulan. Setelah pensiun berarti harus mempunyai uang senilai Rp 32.504.117 X 240 bulan = Rp 7.800.988.279 (Sekitar Rp 7,8 Milyard). Besar sekali !

Karena besar sekali itulah dana pensiun yang harus dipersiapkan. Di bawah ini saya perlihatkan tabel perbandingan bagaimana dana 12,5 Milyard tersebut dapat dipenuhi.

Produk Investasi

Potensi Return

Rata-Rata Per tahun

Investasi

Bulanan (Rp)

Deposito

6%

11.256.935

Reksadana Saham

25%

335.235

Tabel di atas memperlihatkan bagaimana cara memperoleh Rp 17,8 milyard. Bila melalui deposito, maka setiap bulan harus menabung Rp 11.256.935 Jika melalui reksadana saham, cukup menginvestasikan Rp335.235 per bulan.

Reksadana saham menjadi pilihan yang menarik. Namun masih banyak orang ragu. Banyak rumor di masyarakat tentang meruginya investasi, apalagi ada kata-kata saham. Lemahnya sosialisasi pemerintah mengenai produk investasi telah banyak membuat orang rugi dalam berinvestasi. Oleh karena itu jangan ikut-ikutan, jangan asal-asalan, dan jangan tergesa-gesa. Saya sarankan Anda belajar berinvestasi secara benar terlebih dahulu. Keluarkan sedikit dana untuk membeli buku-buku, ikut seminar-seminar, menjadi follower twitter para pakar, atau training tentang berinvestasi reksadana. Sehingga Anda faham dan bisa memilih reksadana mana yang tepat untuk membantu Anda menyiapkan dana pensiun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun