"Be at peace then and *put aside* all anxious thoughts and imaginings." (Francis de Sales)
Pagi tadi ketika sedang menunggu lift, perhatian saya tertuju di papan petunjuk pembuangan sampah dan terfokus ke kata "meletakkan", lalu pikiran saya langsung berkelana ke emosi-emosi negative yang biasa menyertai diri saya, antara lain kekhawatiran kecemasan ketakutan akan hari esok dan selama pandemic ini tentu kekhawatiran ketakutan akan Covid-19, yang secara langsung atau tidak langsung, sedikit atau banyak tentu mempengaruhi kenyamanan kedamaian hidup saya.
Emosi-emosi kurang mendukung kesehatan mental itu terus melekat di pikiran saya, begitu mata melek bangun tidur sampai akhirnya tertidur lagi, atau mungkin ketika tidurpun tetap melekat, apakah perlu saya letakkan?
Maka begitu saya melihat kata "meletakkan" itu muncul permainan kata yang saya bandingkan dengan kata "melekat"
Aha menarik ini pikir saya tadi, LEKAT vs LETAK jumlah huruf sama-sama ada 5, terdiri dari huruf yang sama juga secara urutan alfabetikal adalah A,E,K,L,T tapi bila susunanya diganti sedikit, tukar antara urutan huruf K & T maka artinya bisa berbeda sekali, satunya tetap membuat beban berat di pikiran, satunya bisa membuat kenyamanan & kedamaian hati.
Dan ini tadi iseng melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari kedua kata tersebut
Letak artinya  letak/le*tak/ n 1 tempat beradanya sesuatu, meletak /me*le*tak/ Mk v menaruh; menempatkan; meletakkan /me*le*tak*kan/ v 1 menempatkan; menaruh 2 melepaskan ; tidak melaksanakan lagi_
Lekat artinya /le*kat/ a sangat erat menempel jika diraba; melekat /me*le*kat/ 1 v menempel benar-benar (sehingga tidak mudah lepas); melekatkan /me*le*kat*kan/ v 1 menempelkan supaya melekat
Dari arti di KBBI di atas jelas makna kedua kata yang mirip tersebut cukup berlawanan, letak : melepas vs lekat : menempel
Dari situ saya mendapatkan sedikit titik terang sebenarnya untuk lepas dari beban pikiran kecemasan, kegelisahan, kekhawatiran ini sebenarnya mudah, mengubah mindset dari 'lekat' ke 'letak' , saya harus mau mengubah pola pikir dan membuat aksi nyata untuk bisa meletakkan beban pikiran yang tidak sehat oleh kesehatan mental, karena hal hal yang dipikirkan itu juga belum terjadi, bukan di saat ini dan bukan di sini, tetap nanti, yang akan datang dan dari luar diri.
Memang banyak hal yang menggangu kedamaian bathin kita disebabkan oleh pikiran kita sendiri. Banyak memikiran hal di luar diri saat ini dan di sini, terlalu melekat memikirkan masa lalu tanpa rasa syukur terima kasih sehingga timbulkan kekecewaan, kesedihan, kemarahan dst. Bila terlalu melekat memikirkan masa depan secara terlalu negative tanpa pengharapan bisa menyebabkan kekhawatiran, kecemasan, ketakutan, pesimis putus asa dst.