Mohon tunggu...
ai rida himatul aliah
ai rida himatul aliah Mohon Tunggu... Lainnya - --

Ai Rida seoarang mahasiswa jurusan sosiologi, yang lahir di garut.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gerakan Transformasi Pendidikan Ki Hajar Dewantara Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan

9 Februari 2024   18:04 Diperbarui: 9 Februari 2024   18:12 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Ki Hajar Dewantara merupakan salah seorang yang telah memberikan kontribusi dalam pengembangan teori dan praktik pendidikan. Pemikiran dan karyanya memberikan pijakan penting dalam diskursus pendidikan nasional pada masa pergerakan dan kemerdekaan yang dapat dirangkum dalam semboyan : ing ngarso sung tulado (pendidik didepan memberi teladan); in madyo mangun karso (pendidik selalu ditengah dan terus menerus memperkasai/memotivasi), dan tut wuri handayani (pendidik selalu mendukung dan mendorong peserta didik untuk maju (musana, 2017).

Pendidikan yang dimaksud oleh oleh Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan yang memandang hanya sebagai proses transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge). Hal ini sesuai dengan kondisi  yang dihadapi oleh beliau pada saat pendidikan kolonial belanda yang penuh dengan semangat materialism, intelektualism dan individualism (Taman Siswa, 1977).

''Dalam hal ini Sebelum kemerdekaan Indonesia, pendidikan hanya diperuntukan untuk kaum bangsawan, sementara rakyat hanya diberi pendidikan menulis, membaca dan menghitung. Kaum bangsawan yang mendapatkan pendidikan nantinya akan mengajarkan kembali kepada rakyat Hindia belanda. Pemerintahan belanda hanya menyediakan sekolah profesi untuk memudahkan kebutuhan yang pada saat itu diperlukan seperti guru dan dokter

            Tujuan dari pendidikan ki Hajar dewantara adalah membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air serta manusia pada umumnya (Suparlan,1984). Dalam hal ini ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan proses kebudayaan yaitu sebuah usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi untuk mengembangkan kebudayaan.

            Dalam menghadapi tantangan pendidikan pasca kemerdekaan bangsa Indonesia membutuhkan lima karakter untuk dapat menampilkan jati dirinya dalam bersaing dengan bangsa yang lain 1). Karakter bangsa yang bermoral (religious); 2). Karakter bangsa yang beradab; 3). Karakter bangsa yang bersatu; 4). Karakter bangssa yang berdaya; 5). Karakter bangsaa yang berpartisifasi (Ismadi. 2014:29).

Menurut survei UNESCO pada tahun 2016 minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, yakni 0,001 %. Hal ini disebabkan karena tidak ada kesadaran dalam masayarakatnya untuk menumbuhkan minat baca. Seharusnya bangsa Indonesia belajar dari buku ''Sekolah Taman Siswa'' karangan Ki Hajar Dewantara. Buku yang telah dijadikan referensi di Finlandia, tetapi diindonesia buku tersebut tidak dibaca. Pemerintah finlandia telah mengikuti pandangan Ki Hajar Dewantara dengan mengubah system belajar situasi disekolah menjadi nyaman dan menggembirakan. Berbeda dengan sekolah dan intansi pendidikan di Indonesia yang peserta didiknya lebih banyak merasa stress saat belajar (Belarminus, 2014).

Kementrian pendidikan dan kebudayaan sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia memandang penting pendidikan karakter dalam diri agar menjadi kelak belak dimasa depan dalam menggapai cita-cita anak bangsa. Ki hajar dewantara membedakan lingkungan pendidikan menjadi 3 yang dikenal dengan tri pusat pendidikan yaitu keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 

Dalam hal ini lingkungan sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan sebab pengaruhnya sangat besar pada jiwa anak. Jadi, disamping keluarga sebagai pusat pendidikan sekolahpun menjadi fungsi sebagai pusat pendidikan untuk kebutuhan pribadi anak. Sekolah adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Lingkungan masyaeakat adalah lingkungan tempat tinggal anak, juga meliputi teman-teman anak disekolah, Kondisi orang-orang dilingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya (Yuwono. 2015).

Referensi

Musana, Al. 2017. Indigenisasi pendidikan rasionalitas revitalisasi praktis pendidikan Ki Hajar Dewantara. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

Teks Pidato Sambutan Ki Hadjar Dewantara. Dewan Senat Universitas Gadjah Mada, 7 November 1956

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun