Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kasus KDRT Makin Marak, Ketahui Dampaknya bagi Anak

25 Agustus 2024   07:44 Diperbarui: 25 Agustus 2024   09:02 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelaku KDRT terbanyak dilakukan oleh pacar, dan suami atau istri. Tindak kekerasan bisa terjadi pada siapapun, termasuk pada laki-laki. Dari data yang saya dapatkan, dapat disimpulkan bahwa masih banyak kasus KDRT di Indonesia. Bahkan dari yang saya tahu, kebanyakan korban masih belum berani membicarakan secara terbuka tindak kekerasan yang dialami.

Untuk melapor saja, masih takut. Kebanyakan masih berusaha mempertahankan hubungan demi anak. Menutup masalah keluarga rapat-rapat, padahal KDRT sudah bukan masalah keluarga biasa.

KDRT menjadi masalah yang berhubungan dengan hukum apabila sampai terjadi kekerasan yang melukai seseorang.

Anak Melihat Pertengkaran Orangtua, Ini Dampaknya

Pada Kompas.com (14/08/2024), dokter anak dari Mayapada Hospital Kuningan, Jakarta Selatan menjelaskan, bahwa seorang bayi sudah bisa merasakan stres, juga mendengar, dan melihat orangtuanya bertengkar. Dari hasil penelitian, bayi yang orangtuanya sering bertengkar, kemungkinan tinggi memiliki gangguan stres dan masalah emosional.

Saat kecil, saya pernah melihat pertengkaran orangtua. Yang menurut saya, pertengkaran itu masih dalam batas normal. Tidak ada tindak kekerasan fisik atau semacamnya. Namun, bagi saya, sebagai seorang anak, sangat sedih ketika melihat dan mendengar orangtua bertengkar.

Pengalaman saya di masa lalu, membuat saya sangat selektif memilih pasangan sebelum menikah saat dewasa. Alasan pertengkaran yang sempat dialami orangtua di masa lalu, menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam mencari pasangan.

Pertengkaran itu, masih terus terekam dalam ingatan saya secara detail. Walaupun kejadian itu sudah puluhan tahun lalu, tetapi kondisi saya sudah duduk di bangku sekolah pada saat itu.

Sejalan dengan penjelasan dr. Denta dalam Kompas.com (14/08/2024), jika tidak dilakukan pencegahan lebih lanjut, efeknya akan terjadi hingga bayi dewasa nanti. Menurutnya, orang dewasa yang masa kecilnya sering terpapar pertengkaran atau emosi negatif orangtua, maka akan lebih sulit mengelola emosi dengan baik. Kemungkinan, bisa sering mengalami masalah kesehatan mental.

Kita sangat mengetahui, orangtua contoh pertama bagi anak. Ketika anak melihat tindakan orangtua yang seharusnya tidak untuk ditiru, tetapi terlanjur setiap hari dilihat. Anak bisa saja menganggap hal itu biasa untuk dilakukan, anak bisa menganggap tindak kekerasan itu wajar. Saat dewasa nanti, bisa saja anak melakukan hal yang sama.

Ada beberapa anak yang setelah melihat pertengkaran orangtua, menjadi sedih, trauma, dan takut berkepanjangan. Sehingga, membuat anak tumbuh menjadi sosok yang mengalami trauma, sering mengalami ketakutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun