Saya tak mendapatkan kabar sama sekali. Tak lama kemudian, tempat sudah kosong, dan saya tidak mengetahui keberadaannya lagi. Kecewa pasti, uang sewa yang seharusnya dipakai untuk memenuhi kebutuhan selama beberapa bulan, menghilang.
Kami hanya punya beberapa ruangan kecil yang disewakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga, ketika kehilangan satu sumber, itu sangat berarti untuk kami. Untungnya, kala itu saya masih bekerja.
Sedihnya, saat sudah percaya, sudah memberikan kebaikan. Orang yang dipercaya pergi begitu saja tanpa kabar. Ia tak meminta maaf, kembali pun tidak. Namun, saya dan suami sudah memaafkan.
Bersyukur, setelah kami mengikhlaskan, kebaikan datang pada kami. Penyewa baru datang, dan masih terus menggunakan tempat yang kami sewakan lebih dari tiga tahun. Kami bertemu dengan orang baik, dan saling bertetangga dengan rukun sampai sekarang.
Adakah langkah yang bisa dilakukan untuk memaafkan dan melupakan? Tentu ada, kamu bisa mencoba hal ini!
Pertama, memberi maaf bukan hanya sebuah kata. Memberikan maaf itu tidak hanya sekadar ucapan, tetapi tulus memaafkan dari hati. Ikhlaslah, apabila kamu memang telah memaafkannya. Jika belum, maka tidak betul kamu bilang sudah memaafkan, lebih baik jujur.
Kedua, jangan menyimpan luka terlalu lama. Tak perlu terus mengingat kesalahan orang di masa lalu. Semua itu akan membuatmu hidup suram. Menyimpan luka atau rasa sakit hati yang berkelanjutan, justru membuat perasaan tidak karuan.
Punya rasa dendam itu tidak enak. Apa sih gunanya mengingat dan terus mengungkit kesalahan orang di masa lalu? Hanya akan membuat hati terasa sesak, dan kepala sakit.
Ketiga, menyadari tidak ada manusia sempurna. Semua orang punya kekurangan, semua orang pasti pernah membuat kesalahan. Tidak ada yang sempurna, kamu harus sadar, kamu pun pasti pernah melakukan kesalahan.
Jika kamu pantas diberi maaf oleh orang lain, mengapa kamu tidak bisa memberikan maaf pada mereka yang melukaimu? Sulit memang, tetapi cobalah memaafkan secara bertahap.