Pernahkah kamu merasa cemas atau sedih berlarut-larut setelah melahirkan? Bagaimana perasaanmu waktu itu? Apa yang membuatmu bersedih? Ingatlah, dan coba renungkan sejenak.
Kehadiran seorang anak dalam keluarga menjadi kebahagiaan yang dinanti hampir semua orang. Namun, tidak semua perempuan bisa menikmati masa awal lahirnya sang buah hati dengan sukacita.
Ada yang masih merasa seperti mimpi, tidak menyangka sekarang sudah menjadi seorang ibu. Ada yang merasa takut dan bingung karena belum memiliki pengalaman mengurus bayi. Ada pula yang justru stres dan sedih dengan kehadiran bayi. Kok bisa? Itulah yang dinamakan baby blues.
Bagaimana fakta mengenai baby blues di Indonesia? Dan apa yang harus dilakukan ketika terjadi pada diri sendiri atau keluarga terdekat?
Fakta Mengenai Baby Blues di Indonesia
Pernyataan mengejutkan disampaikan oleh Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Nopian Andusti pada diskusi Kelas Orang Tua Hebat (Kerabat) sesi pertama tahun 2024 di Jakarta dalam berita Antara News (29/01/2024). Faktanya, 57 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Indonesia menjadi negara dengan peringkat tertinggi risiko baby blues di Asia.
Artinya, hampir setengah masyarakat yang berstatus sebagai ibu di Indonesia pernah mengalami baby blues syndrome. Ini cukup memprihatinkan, sehingga pihak BKKBN memberikan edukasi lewat Kelas Orang Tua Hebat (Kerabat) untuk mengurangi kemungkinan ibu yang mengalami baby blues di Indonesia.
Baby blues syndrome menurut Halodoc (27/11/2023), merupakan kondisi mental berupa munculnya perasaan cemas dan sedih berlebihan pada perempuan pasca melahirkan. Umumnya, hanya berlangsung dua minggu. Baby blues yang terjadi lebih dari dua minggu, perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental yang lebih parah pada penderitanya.
Penyebabnya bisa bermacam-macam, seperti perubahan hormon yang terjadi pada perempuan setelah melahirkan, adaptasi menjadi seorang ibu, kelelahan, atau memiliki riwayat masalah mental. Bisa berasal dari luar atau dari dalam diri ibu itu sendiri.
Permasalahan utama di Indonesia yang menyebabkan baby blues masih banyak terjadi, yaitu kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya dukungan pada perempuan saat hamil dan pasca melahirkan. Apalagi, dengan anggapan jadi ibu itu mudah. Ini yang harus diubah!
Kelahiran Anak Kedua Terasa Lebih Berat
Saya merasakan sendiri, betapa beratnya masa kehamilan dan kelahiran kedua anak saya. Namun, kelahiran anak kedua terasa lebih berat untuk saya. Pada kelahiran anak kedua, saya sudah dianggap mandiri, sehingga tak banyak bantuan dari kakak ipar.
Sangat berbeda saat kelahiran anak pertama, hampir semua pekerjaan dibantu kakak. Ditambah lagi, saat itu masih ada ibu mertua yang sangat menyayangi saya. Untuk melakukan sesuatu yang ringan saja, sangat dilarang pasca melahirkan.
Kelahiran anak pertama, memandikan bayi dibantu tukang mandi dan urut selama 40 hari lamanya. Menjemur bayi, mengurus bayi, semuanya dibantu kakak.
Sedangkan, kelahiran anak kedua, menggunakan jasa tukang mandi dan urut bayi hanya beberapa hari, memandikan bayi, menjemur bayi, mengurus bayi, semua saya kerjakan sendiri. Sampai pekerjaan rumah, setelah seminggu pasca melahirkan, saya sudah lakukan sendiri.
Saya pernah merasa lelah, bosan, ingin marah, bahkan sedih saat masa kehamilan dan pasca melahirkan. Untungnya, saya masih bisa mengendalikan diri untuk lebih sabar, sadar bahwa kita sebagai ibu harus sehat mental dan sehat badan. Sehingga, bisa terhindar dari baby blues syndrome.
Keyakinan saya tentang apa yang ibu rasakan akan bayi rasakan juga, membuat saya harus bahagia. Oleh karena itu, saya dibantu suami, terus berusaha menjaga kesehatan demi anak.
Saya pernah melihat beberapa teman yang bersedih cukup lama setelah melahirkan, untuk memegang bayi sendiri saja mereka masih takut. Pikiran negatif banyak masuk, membuat mereka mengkhawatirkan banyak hal yang belum tentu terjadi tentang bayi dan diri mereka sendiri.
Lalu, bagaimana cara untuk mengatasi apabila terkena baby blues? Peduli pada diri sendiri, itu kuncinya. Berpikir positif, cukup istirahat, lakukan hal yang kamu sukai, makan yang teratur.
Kalau ditanya, apa yang bisa dilakukan suami saat istri terkena baby blues? Sangat banyak, berikan dukungan fisik dan psikis. Berikan semangat, bantu pekerjaan rumah tangga yang bisa kamu lakukan. Jadilah pendengar yang baik, perempuan juga butuh bercerita dan orang yang mau dengan setia mendengarkan. Jangan menghakimi, pahamilah kondisi istri saat itu.
Pengetahuan tentang masa kehamilan pada ibu dan kelahiran bayi juga sangat diperlukan. Tanpa persiapan, semua akan terasa lebih sulit. Keluarga pun harus turut serta membantu, memberikan kondisi yang baik pada lingkungan sekitar ibu saat masa kehamilan dan pasca melahirkan.
Nah, sekarang pertanyaannya, sudahkah kamu peduli pada diri sendiri? Apa yang sudah kamu lakukan untuk mendukung istrimu? Jangan tunggu besok, lakukan hari ini! Yuk, sama-sama jaga kesehatan mental seorang ibu, demi kebahagiaan keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H