Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Cara Sederhana Pemanfaatan Energi, Rumah Terang Banjir Cepatlah Surut!

14 Januari 2024   12:44 Diperbarui: 14 Januari 2024   12:49 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanam pohon buah di halaman belakang rumah I sumber: dokumentasi pribadi

Isu lingkungan kini menjadi salah satu fokus utama pemerintah Indonesia. Pada siaran pers Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (19/10/2023), Indonesia menyerukan tiga isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan yang dibahas dalam pertemuan AALCO (Asian-African Legal Consultative Organization) ke-61 di Nusa Dua, Bali. Isu tersebut yaitu kerjasama perubahan iklim Asia Afrika, penanganan polusi plastik, dan perdagangan ilegal satwa liar.

Ya, memang benar, polusi, plastik, dan masih banyaknya perdagangan ilegal satwa liar, mengancam kehidupan di bumi. Semakin habis bumi karena manusia lebih mudah merusak daripada menjaga kelestarian lingkungan. Namun, masalah itu terlalu besar apabila ditangani seorang diri. Butuh kerjasama antarnegara, pemerintah, seluruh masyarakat dunia, dan inovasi yang terbarukan untuk mewujudkannya.

Lalu, bagaimana cara kita menjaga kelestarian lingkungan sebagai individu dari bahaya yang mengancam? Mulai saja dulu dari diri sendiri, dari rumah, dari lingkungan sekitar yang paling dekat. Salah satunya adalah melakukan pemanfaatan energi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan di rumah sendiri.

Pentingnya memaksimalkan bukaan dalam rumah

Memaksimalkan bukaan dalam rumah sederhana I sumber: dokumentasi pribadi
Memaksimalkan bukaan dalam rumah sederhana I sumber: dokumentasi pribadi
Setiap orang pasti butuh rumah untuk tinggal dan berteduh. Baik itu masih mengontrak, dan sangat bersyukur jika bisa segera memiliki rumah sendiri. Seperti yang saya katakan, untuk menjaga kelestarian lingkungan semua harus dimulai dari rumah.

Sedikit bercerita mengenai pengalaman yang menjadi pelajaran untuk saya sendiri. Sebelum saya menikah, saya tinggal di rumah bersama orangtua. Rumah sederhana yang dihuni oleh total enam orang, termasuk saya, adik-adik, dan orangtua. Sayangnya, bagian lantai satu rumah dulu, kurang mendapatkan sinar matahari.

Dinding rumah memiliki tinggi yang kurang ideal untuk daerah beriklim tropis seperti Indonesia, sehingga cahaya tidak bisa masuk dengan sempurna ke dalam rumah. Kalau tidak salah, tinggi dinding di rumah dulu tidak mencapai tiga meter. Posisi kamar yang kurang tepat tanpa jendela, juga membuat kamar lebih lembab dan pengap.

Belajar dari kondisi rumah sebelumnya, saya menjadi paham pentingnya memaksimalkan bukaan dalam rumah tinggal. Saya melakukan sesuatu yang berbeda di rumah saya sekarang. Dengan sengaja membuat tinggi dinding rumah menjadi empat meter, dan memperbanyak bukaan dalam rumah untuk memanfaatkan energi matahari secara maksimal.

Teras depan dibuat plong, tanpa dinding pembatas. Lubang ventilasi sengaja dibuat lebar, tanpa kaca atau jaring nyamuk yang menutupi untuk ruang tamu. Bagian belakang rumah menggunakan jendela yang ukurannya cukup besar, tanpa pintu belakang. Ketika jendela dibuka, banyak cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah.

Dapur dan kamar mandi terbuka, berada di halaman belakang rumah. Saya meminta kompor ditaruh di halaman belakang pada suami, agar asap saat memasak tidak memenuhi ruangan dalam rumah. Apalagi, rumah kami hanya memiliki satu kamar tidur, dengan ruang tamu dan ruang bersantai tanpa sekat. Jadi, khawatir kalau memasak di dalam rumah, asapnya akan mengganggu.

Rumah ini mungkin agak unik, suami tidak suka terlalu banyak ruangan dalam rumah, ruangan terlihat begitu luas tanpa sekat. Memang keluarga sering berkumpul di sini, sehingga lebih nyaman rumah dengan ruang kosong yang lebar.

Padahal, rumah kami tidak besar, itu pun dipangkas halaman depan dan belakang rumah. Yang jelas, dengan ruangan tanpa sekat, dan pencahayaan yang maksimal, membuat rumah lebih terang. Kami berusaha memanfaatkan energi matahari sebanyak mungkin, agar tidak perlu menyalakan lampu pada siang hari.

Menanam pohon buah, manfaat berkali lipat

Menanam pohon buah di halaman belakang rumah I sumber: dokumentasi pribadi
Menanam pohon buah di halaman belakang rumah I sumber: dokumentasi pribadi

Siapa yang pernah tinggal di daerah Jakarta Utara? Orang lama yang tinggal di Jakarta Utara, pasti sudah terbiasa dengan banjir tahunan. Khususnya daerah Kelapa Gading yang dulunya merupakan rawa. Saya sendiri tinggal di Jakarta Utara sejak menikah tahun 2019.

Saya ingat betul, 1 Februari 2020, kami mengadakan acara tujuh bulanan sebelum kelahiran anak pertama. Waktu itu saya masih tinggal bersama mertua dan kakak. Pagi saat bangun tidur, saya terkejut karena camilan yang saya simpan untuk disantap pagi hari, sudah basah terendam air.

Camilan itu hanyut terbawa air, banjir masuk ke dalam rumah dengan tinggi mencapai 30 cm. Sejak itu, saya dan suami merencanakan apabila rumah dibangun nanti, jarak lantai harus lebih tinggi dari jalan.

Tadinya rumah kami merupakan tanah kosong yang ditanami banyak pohon buah seperti jambu, mangga, juga beberapa tanaman hias. Selain itu, menjadi tempat yang membantu penyerapan air lebih cepat saat banjir datang. Oleh karena itu, ketika kami memutuskan membangun rumah, kami sengaja menyisakan sedikit ruang untuk halaman depan dan belakang rumah.

Kami cukup bersedih, pohon mangga yang lama tidak berbuah, bahkan daunnya berguguran seperti sedang sakit. Sejak dulu suami suka menanam pohon, di rumah sekitar satu tahun ini, suami mulai kembali menanam pohon buah mangga, alpukat, dan durian.

Mengapa memilih menanam pohon buah? Bukannya lebih indah kalau rumah dengan banyak tanaman hias? Jangan salah, pohon buah memiliki manfaat berkali lipat, lho!

Saya sudah menikmati manisnya buah mangga yang masih kami pertahankan sekarang di halaman depan rumah. Semakin besar pohon, rumah juga makin adem dan indah kok. Hal yang paling utama, pohon mampu menyerap air, sehingga mengurangi kemungkinan banjir di jalanan sekitar rumah.

Kita mengetahui, sudah jarang ada rumah yang memiliki halaman tanah di Jakarta. Hampir sebagian besar lahan dimanfaatkan sebagai tempat bisnis, garasi, atau memaksimalkan bangunan dalam rumah.

Harga tanah di Jakarta memang mahal, jadi sangat maklum kalau banyak yang memaksimalkan untuk bangunan tempat tinggal atau bisnis. Kondisi kota dengan penduduk yang padat, tentu membuat rumah semakin padat, bahkan nyaris berimpitan.

Saya berusaha memanfaatkan pohon untuk menghemat energi, dan penanggulangan banjir. Menggunakan energi matahari yang jelas berasal dari alam, sehingga tidak membuat polusi udara. Pemanfaatan energi berkelanjutan ini sebenarnya sangat sederhana, bisa diterapkan oleh semua orang tanpa keahlian khusus.

Cara sederhana pemanfaatan energi, tetapi manfaatnya kamu akan rasakan di masa kini dan masa depan. Kalau kamu punya ide lain untuk memanfaatkan energi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, segera tulis, rencanakan, dan laksanakan. Jangan cuma dipikirkan saja!

Tunggu apalagi? Segera wujudkan rumah ramah lingkungan, banjir cepatlah surut!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun