Menikah menjadi sangat menyenangkan, ketika memiliki pasangan berbeda suku dan budaya. Lho, bukannya malah ribet?Â
Harus belajar budaya baru, beradaptasi di lingkungan yang baru dikenal. Pasangan juga pasti punya kebiasaan yang berbeda, sehingga agak sulit untuk menyesuaikan.
Nah, kalau kamu melihatnya dari sisi itu, pasti akan terlihat sulit. Apalagi, lebih sering memikirkan hal buruk, ketimbang yang baik-baik. Sekarang coba dibalik, kalau menikah dengan orang yang berbeda suku dan budaya, bukankah kita akan ikut kaya budaya?
Saya sama sekali tidak menduga, akan mendapatkan pasangan dari Betawi. Kalau orang bilang, orang Jawa dan Betawi itu punya kebiasaan yang berbeda, sehingga menjadi pertimbangan calon mertua.Â
Namun, siapa sangka? Menikah dengan orang Betawi, membuat saya tergila-gila dengan tape uli, kudapan khas Betawi yang rasanya maknyus banget.
Perkenalan dengan tape uli enak buatan emak
Saya bukan orang yang mudah suka dengan camilan atau kudapan khas daerah. Dari sekian banyak camilan khas yang paling saya suka klanting dan binggel khas Jawa Tengah.Â
Ini sebelum saya mengenal tape uli. Setelah saya mengenal tape uli, kudapan favorit pertama jatuh kepada tape uli, lanjut favorit kedua binggel dan klanting.
Kebetulan yang sangat memanjakan lidah saya, mendapatkan ibu mertua dan kakak ipar yang senang membuat kudapan khas tradisional. Awal tinggal di rumah bersama mertua, saya mulai mengenal banyak jenis kudapan khas tradisional yang enaknya bukan main.
Dari mulai kue pisang, kue bugis, kue pepe, pesor, sampai mengenal tape uli. Tidak hanya kudapan, nasi uduk, nasi kuning, nasi liwet pun tak terlewat untuk saya cicipi. Semua makanan-makanan daerah yang tadinya jarang saya cicipi, lama-lama mulai terbiasa saya nikmati.