Guru menjadi bagian paling penting dalam kehidupan seseorang. Tanpa sosok guru, orang seakan belajar tanpa arah dan tujuan. Bagi saya, guru bukan hanya orang yang mengajar di sekolah, tetapi semua orang yang mengajarkan anak tentang kehidupan.
Guru adalah semua orang yang mengajarkan anak tentang pendidikan, baik itu ilmu yang bersifat ilmiah, agama, budi pekerti, dan segala ilmu yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup seseorang. Guru di sekolah, guru keagamaan, teman dan orang terdekat kita, orangtua, khususnya ibu. Mereka merupakan guru dalam hidup saya.
Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional 2023, saya ingin bercerita tentang seorang guru yang ada dalam keluarga. Cerita tentang seorang guru, yang juga merangkap seorang ibu rumah tangga.
Guru terbaik dalam keluarga
Saya terlahir menjadi seorang anak guru, orang di sekitar lebih sering menyebut ibu saya dengan Bu Guru. Sudah puluhan tahun beliau mengabdi menjadi guru matematika di Jakarta, kalau tidak salah sejak tahun 80an. Kini beliau telah pensiun, menjadi nenek dari tiga cucu lelaki yang paling imut dan ganteng.
Saya sangat sering mendengar cerita perjuangan beliau, yang harus mengajar di Kota Tua ketika sedang hamil besar mengandung saya. Mengendarai KRL dengan kondisi yang sangat padat, bahkan tak jarang banyak penumpang menggantung di atas KRL zaman dulu. Berjalan kaki menuju stasiun, dengan kondisi jalan menanjak yang pastinya sangat melelahkan untuk ibu hamil.
Kamu pasti sangat mengenal Jembatan Gantung Pasar Minggu, bukan? Dulu jembatan tersebut masih terbuat dari kayu. Saya dulu paling takut kalau ke Pasar Minggu harus melewati jembatan tersebut karena sangat tinggi dan masih terbuat dari kayu. Ini salah satu jalur yang harus dilalui ibu untuk berangkat ke sekolah.
Selain menjadi guru mata pelajaran matematika, beliau juga seorang wali kelas. Faktanya, menjadi seorang guru lebih dari sekadar mengajar mata pelajaran. Namun, mendidik moral dan etika seorang anak agar berperilaku baik. Seperti filosofi Jawa, seorang guru harus 'digugu lan ditiru', mempertanggungjawabkan perkataan dan perilaku sebagai contoh yang baik bagi seorang anak.
Saya seorang sarjana pendidikan, tetapi saya merasa belum siap mendidik ribuan anak bangsa. Saat ini saja, saya masih belajar menjadi guru yang baik bagi anak sendiri. Tanggung jawab yang begitu besar diamanahkan pada seorang guru, rasanya pantas menjadikan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Ilmu yang berhubungan dengan mata pelajaran boleh saja mungkin sebagian dilupakan anak didik. Kita mengetahui, tidak semua mata pelajaran terus digunakan dalam keseharian.
Namun, pendidikan moral dan etika dari seorang guru, akan selalu digunakan dalam kehidupan. Walaupun guru telah pensiun, ilmu yang telah diberikan olehnya akan sangat bermanfaat bagi seluruh anak didiknya di masa depan.
Saya punya guru terbaik dalam keluarga, seorang guru di sekolah, dan guru di rumah. Seorang guru yang rela berjuang demi anak didik, juga berjuang demi anak kandungnya.
Guru yang merangkap ibu rumah tangga, dengan ikhlas mendidik tanpa meminta imbalan. Bahkan apa yang sudah saya berikan, tak pernah cukup untuk membalas jasanya sebagai ibu, guru terbaik dalam keluarga.
Jika gurumu masih ada, jangan lupa kunjungi dan ucapkan terima kasih pada mereka. Kedatanganmu akan sangat berarti sebagai penyemangat mereka untuk terus membagikan ilmu yang bermanfaat. Mereka sangat berharga, pahlawan yang namanya harus selalu diingat kita, anak didik mereka.
Selamat Hari Guru Nasional 2023!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H