Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

TikTok Shop Tidak Dilarang Kemendag, Pelatihan UMKM Sudah Ada

24 September 2023   06:56 Diperbarui: 24 September 2023   06:57 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pedagang yang berjualan online  I sumber : pexels.com/Amina Filkins

Berita baru mengenai TikTok Shop kembali mencuat. Pada berita CNN Indonesia (23/09/2023), Kemendag menginformasikan bahwa TikTok Shop tidak akan dilarang. Menurut Dirjen PDN Kemendag Bapak Isy Karim, sudah ada Permendag 50 Tahun 2020 yang mengatur mengenai e-commerce dan social commerce. Usut punya usut, ternyata TikTok belum mendapatkan izin perdagangan melalui Sistem Elektronik (PMSE) dari Kemendag.

Pada Permendag 50 Tahun 2020 sudah dijabarkan jelas mengenai ketentuan pelarangan penjualan barang impor dibawah harga US$100 di marketplace, mengatur perbedaan e-commerce dan social commerce, barang-barang yang diperbolehkan dijual dan dilarang di marketplace, serta ketentuan marketplace selaku produsen.

Dari informasi Isy, saat ini sedang dirumuskan pembaruan pada Permendag 50 Tahun 2023 yang kemungkinan akan selesai pekan depan. Pembaruan tersebut akan ditandatangani oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dan dilanjutkan proses perundangannya oleh Kementerian Hukum dan HAM.

Dalam pembaruan mengenai kebijakan baru nanti akan dijelaskan lebih detail mengenai pemisahan e-commerce dan social commerce, sehingga bisa mengatur lebih ketat lagi.

Mendengar berita tersebut, menurut saya pemerintah sudah menjalankan langkah yang tepat. Saya sendiri cukup mengkhawatirkan apabila TikTok Shop dilarang karena ada UMKM yang laris berdagang di TikTok.

UMKM ketar-ketir, akankah pedagang tutup toko?

Di sisi lain, berita baru tersebut pasti menuai kontroversi kembali dari UMKM dan pedagang pasar yang merasa omset turun drastis karena pelanggan lebih memilih membeli barang di TikTok Shop. Dari berita yang viral sebulan belakangan ini, ada hal yang terlupakan oleh banyak orang.

Sejak pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, terjadi pembatasan mobilitas masyarakat yang membuat pergeseran perilaku konsumen. Mal tutup beberapa bulan, bekerja dan bersekolah dari rumah. Kebijakan terus diperbaharui, hingga pandemi berganti status menjadi endemi pada 21 Juni 2023.

Pergeseran perilaku konsumen tersebut, mengharuskan para pedagang belajar berjualan online untuk mempertahankan usahanya. Banyak PHK massal, toko buku tutup, mal beralih fungsi menjadi gudang produk, juga kebiasaan berbelanja online semakin masif.

Masyarakat mulai merasa nyaman berbelanja online karena lebih cepat, murah, dan tidak perlu pergi ke luar rumah. Walaupun pandemi telah berakhir, tetapi kebiasaan saat pandemi akan terus terbawa di masa depan. Apalagi, kamu tidak perlu repot menawar barang karena harga di marketplace sudah murah.

Ya, online shop tidak harus pusing memikirkan biaya sewa tempat, tidak butuh banyak karyawan, ada program kerjasama yang ditawarkan dari marketplace, sehingga online shop masih bisa memberikan diskon yang cukup banyak pada pembeli. Namun, TikTok Shop bahkan menawarkan harga yang lebih murah daripada e-commerce lain.

Saya yakin, akan banyak pedagang dan UMKM yang ketar-ketir dengan kebijakan baru nanti. TikTok Shop masih ada, artinya pembeli akan tetap berbelanja menggunakan TikTok Shop. Pasti ada kekhawatiran bagaimana apabila pedagang tutup toko karena terus merugi akibat tidak bisa bersaing dengan TikTok Shop?

Menurut saya, mungkin akan tetap ada pedagang dan UMKM yang tidak bisa bertahan, tetapi pasti ada juga yang sukses setelah melewati masa krisis. Bukan hanya UMKM yang pernah merasakan persaingan harga ketat, sesama online shop pun juga terus bersaing harga.

Saya sudah pernah merasakan online shop sepi pembeli, laku barang hanya sedikit sehari. Membuat saya harus berpikir solusi memajukan online shop agar bisa bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat. Jujur saja, masalah harga sudah tidak bisa ditawar lagi. Kalah dengan harga di online shop sebelah.

Kalau boleh mengambil pandangan dari pembeli, pembeli tidak melulu mementingkan harga. Memang sebagian besar ingin yang murah, tetapi banyak juga yang lebih nyaman berbelanja di tempat yang pelayanannya baik, barangnya bagus, kalau ada kendala setelah pembelian tetap diperhatikan. Inilah yang membuat pembeli menjadi pelanggan setia.

Barang dengan harga murah tidak menjamin kualitas bagus, walaupun harga sedikit lebih mahal kalau pelayanan bagus orang juga akan tetap membeli. Yang bertahan pasti karena melakukan perubahan, dan membawa dampak peningkatan penjualan.

Pelatihan TikTok Shop untuk UMKM sudah berlangsung lama

Saking kisruhnya masalah pedagang dan UMKM yang turun omset dan hampir bangkrut, membuat Kominfo berbicara. Pada berita CNN Indonesia (20/09/2023), Menkominfo Budi Arie Setiadi memanggil TikTok untuk menyuruhnya melakukan pelatihan agar pedagang bisa berjualan di media sosial.

Menurutnya, perubahan yang terjadi akibat kemajuan teknologi tidak akan bisa terhindarkan. Pedagang dan UMKM harus belajar teknologi agar mampu bersaing dan bertahan.

Nah, mungkin ada yang kurang mengetahui. TikTok sudah mengadakan pelatihan untuk UMKM beberapa tahun terakhir, seingat saya sudah ada pelatihan gratis sejak 2021. Dalam berita kompas.com (22/08/2022), TikTok kembali mengadakan pelatihan bisnis digital yang kesekian kali untuk UMKM melalui program Maju Bareng TikTok.

Head of Small Medium Business TikTok Indonesia Pandu Truhandito mengatakan pada April 2022, ada 19 juta pelaku UMKM yang sudah masuk ke platform e-commerce. Dengan target Kemenparekraf yaitu 30 juta pelaku UMKM masuk ke lokapasar pada 2023 ini. Wah, jumlah yang cukup banyak. Hal ini menguatkan fakta, sudah banyak UMKM yang menggunakan media sosial untuk berjualan.

Pada program Maju Bareng TikTok, terdapat kelas online yang bisa diikuti UMKM berisi pelatihan mengenai digital marketing, tips membuat konten yang menarik, pengenalan media sosial dan platform digital, dan pengenalan iklan yang bisa digunakan UMKM untuk promosi. Tak hanya kelas online, terdapat pula tulisan di blog yang bisa membantu UMKM mengetahui cara bersaing di pasar daring.

Sayangnya, belum semua pedagang dan UMKM mau membuka diri untuk mengikuti pelatihan. Kalau pun sudah mengikuti pelatihan, belum tentu diterapkan dengan berbagai macam alasan. Ada pula yang mungkin merasa lelah karena sudah menerapkan cara untuk bersaing, tetapi belum ada perubahan peningkatan penjualan.

Saya mengetahui, sudah banyak organisasi yang membantu UMKM untuk mendapatkan pelatihan bisnis digital. Sebelum ada TikTok, juga ada pelatihan di e-commerce lain. Nyatanya, hanya beberapa UMKM yang benar-benar menerapkan pelatihan bisnis digital yang sudah diadakan.

Ada UMKM yang terus mengikuti pelatihan gratis dengan tujuan untuk mendapatkan fasilitas dan pengetahuan. Namun, pelatihan diikuti berulang kali, tanpa membawa perubahan. Ini kenyataan yang harus diketahui banyak orang.

Perubahan tidak bisa terjadi dengan instan, semua butuh proses. Jatuh berkali-kali tidak apa, hingga kamu mengetahui permasalahan yang sebenarnya membuat tokomu sepi. Yakin, peningkatan penjualan pasti akan kamu dapatkan ketika kamu mampu membawa perubahan. Ingatlah, usaha tidak akan mengkhianati hasil!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun