Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Pekan ASI Sedunia, Dilema Menyusui Ibu yang Bekerja

4 Agustus 2023   20:32 Diperbarui: 15 Agustus 2023   12:09 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah, Ibu, apakah ada yang tahu? Hari ini sudah memasuki hari keempat pada Pekan ASI Sedunia 2023, lho! Pekan ASI Sedunia (World Breastfeeding Week/WBW) diperingati setiap tahunnya pada tanggal 1-7 Agustus.

Menurut informasi laman WABA, Pekan ASI Sedunia diperingati pertama kali pada 1992, tahun ini adalah peringatan ke-32. Wah, ternyata sudah sangat lama, lebih dari usia saya.

Setiap tahun, Pekan ASI Sedunia selalu mengusung tema yang berbeda. Pada tahun ini, tema yang diangkat yaitu "Enabling Breastfeeding: Making a difference for working parents" yang artinya, "Mengaktifkan Menyusui: Membuat perbedaan bagi orangtua yang bekerja".

Ada empat tujuan yang diinginkan dalam kampanye Pekan ASI Sedunia 2023. Pertama, memberitahukan masyarakat umum mengenai perspektif orangtua yang bekerja tentang menyusui, dan mengasuh anak. Kedua, memastikan adanya kebijakan, dan alat yang mendukung saat bekerja untuk pemberian ASI eksklusif pada bayi.

Ketiga, melibatkan semua pihak untuk mewujudkan peningkatan dukungan pemberian ASI di tempat kerja. Terakhir, menggembleng tindakan untuk peningkatan kualitas kerja tanpa mengganggu proses pemberian ASI eksklusif. Dengan harapan terciptanya lingkungan ramah menyusui untuk ibu bekerja.

Saya jadi teringat, pengalaman beberapa tahun lalu, saat melakukan pemberian ASI eksklusif pertama kali pada anak sulung selama masih bekerja. Ada dilema yang terjadi ketika pemberian ASI pada anak sulung saya.

Keluarnya ASI pada hari ketiga

Banyak sekali suka duka yang dihadapi pada masa pemberian ASI eksklusif saat itu. Dari mulai rasa cemas, sedih, stres, sampai sempat kebingungan karena ASI tak kunjung keluar pada hari kedua pasca melahirkan normal.

Anak yang sering menangis, membuat stres makin menjadi. Padahal, segala upaya sudah dilakukan agar ASI bisa keluar sesuai arahan bidan. Ada yang menawarkan mengoleskan madu di bibir bayi untuk menenangkan bayi yang rewel, dan saya langsung menolaknya. Meyakinkan keluarga bahwa ASI akan segera keluar, dan anak saya bisa segera meminum ASI.

Pada malamnya, di hari ketiga, saya sangat bersyukur karena ASI keluar perlahan, kolostrum langsung saya berikan pada bayi. Kemudian selang beberapa jam, ASI mulai perlahan menjadi deras.

Oh ternyata, benar pernyataan bidan yang mengatakan bahwa ASI akan keluar maksimal pada hari ketiga setelah bayi dilahirkan. Jadi, tidak perlu khawatir karena bayi bisa bertahan tanpa ASI selama maksimal tiga hari. Sementara itu, bayi masih mendapatkan asupan makanan dari tali pusat bayi sebelum pupus.

Namun, masih banyak PR untuk saya saat itu. Mengenai pelekatan yang tepat agar ASI bisa dikonsumsi bayi dengan baik. Lalu, bagaimana cara agar ASI cukup minimal sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi?

E-Ping (Exclusive Pumping), solusi pemberian ASI pada ibu bekerja

Saat anak saya berusia dua bulan, aktivitas kantor perlahan kembali normal. Berangkat kerja sejak jam delapan pagi, dan pulang ke rumah menjelang waktu maghrib. Inilah yang membuat saya harus kembali berpikir, bagaimana saya bisa tetap memberikan ASI pada anak saat bekerja?

Sebenarnya, saya sudah mencari informasi mengenai E-Ping (Exclusive Pumping) sebelum melahirkan, tetapi belum sama sekali dipersiapkan, karena masih berharap anak mendapatkan ASI eksklusif secara langsung.

E-Ping merupakan proses memompa ASI secara eksklusif dengan jadwal yang teratur tanpa kehadiran bayi yang menyusui secara langsung. Biasanya, ibu bisa memompa ASI sekitar 8-10 kali selama 24 jam, dengan jarak waktu 2-3 jam.

Ya, benar saja, karena tuntutan pekerjaan, E-Ping (Exclusive Pumping) menjadi solusi pemberian ASI yang saya gunakan selama bekerja. 

Sebelum kembali bekerja, saya menyiapkan semua perlengkapan untuk melakukan E-Ping yaitu botol susu bayi, botol ASIP atau kantong ASIP, cooler bag, ice gel, freezer khusus ASIP, pompa ASI, dan paling penting kesiapan mental, serta kesehatan diri.

Yang tidak disangka, atasan saya dengan ramah mengizinkan saya untuk melakukan E-Ping di kantor, dan menggunakan ruangan tertutup sementara saat proses E-Ping berlangsung. Tentu, dengan konsekuensi pekerjaan kantor harus terselesaikan dengan baik.

Namun, ada kekeliruan yang saya lakukan. Terlalu banyak penggunaan botol susu, dengan keterbatasan pemberian ASI eksklusif secara langsung pada anak. Sehingga, membuat anak terlalu nyaman menggunakan botol susu, dan tidak ingin menyusui secara langsung ketika usia menginjak empat bulan.

Kurangnya intensitas menyusui secara langsung, membuat ASI yang keluar semakin berkurang. Walaupun sudah dibantu dengan exclusive pumping, tetap tidak bisa menggantikan isapan bayi langsung pada ibu. Akhirnya, pada usia anak satu tahun, ASI yang keluar menjadi sedikit.

Keputusan penting pemberian ASI eksklusif atau susu formula

ilustrasi ibu memberi ASI dalam botol susu I sumber: pexels.com/Sarah Chai
ilustrasi ibu memberi ASI dalam botol susu I sumber: pexels.com/Sarah Chai

Saya bersyukur, bisa melewati 6 bulan pertama anak dengan ASI eksklusif. Namun, ada rasa sedih, karena tidak bisa memberikan ASI eksklusif penuh sampai usia anak dua tahun. ASI yang semakin sedikit, membuat saya berkonsultasi pada dokter kandungan, dan mengambil keputusan untuk menggunakan susu formula sebagai asupan tambahan selain ASIP, dan MPASI.

Mana yang terbaik antara ASI dan susu formula? Pasti jawabannya ASI, karena ASI memiliki karbohidrat, protein, dan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu formula. Kandungan ASI selalu menyesuaikan kebutuhan bayi pada usia pertumbuhan.

Sayangnya, tidak semua perempuan bisa melakukan pemberian ASI eksklusif. Alasannya bisa karena berbagai faktor. Seperti kurangnya dukungan dari lingkungan, atau kondisi kesehatan ibu yang memang tidak memungkinkan untuk melakukan pemberian ASI eksklusif.

Setidaknya, ibu bisa mengusahakan untuk melakukan pemberian ASI pada usia 0-6 bulan. Baik itu secara langsung, atau melalui exclusive pumping. Jika memang pemberian ASI tidak bisa dilakukan, maka susu formula menjadi pilihan yang harus diambil oleh orangtua.

Apapun keputusan akhir yang diambil dalam pemberian ASI atau susu formula, tidak lepas dari pertimbangan untuk memberikan yang terbaik pada ibu, dan bayi. Menghormati keputusan sesama orangtua merupakan hal terbaik.

Memberikan air putih, madu, atau minuman dan makanan selain ASI atau sufor sebelum usia bayi 6 bulan, sangat tidak disarankan. Perjuangan perempuan tidak akan berhenti setelah melahirkan, masih ada proses mengASIhi, pemberian MPASI, dan mendidik anak.

Dukungan pada ibu bekerja agar bisa memberikan ASI eksklusif pada bayi menjadi bagian penting yang harus kita bantu wujudkan bersama. 

Selamat merayakan Pekan ASI Sedunia 2023!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun