Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ibu Bergosip Saat MPLS di Sekolah, Apa Dampaknya?

13 Juli 2023   17:04 Diperbarui: 18 Juli 2023   01:00 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bergosip | Sumber: pexels.com/ELEVATE

Tahun ajaran baru sudah dimulai. Sekolah yang tadinya tampak sepi, sekarang sudah mulai ramai dengan anak-anak berseragam. Kegiatan selalu dimulai dengan daftar ulang siswa baru. 

Kegiatan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) juga tidak pernah luput dilakukan. Dulu kita mengenalnya dengan MOS (Masa Orientasi Sekolah).

Tentu, kalau ramai siswa baru di SD, pasti juga ada ibu yang mendampingi. Ada cerita unik yang saya dengar dari seorang Kompasianer, saat sedang menemani anak masuk sekolah di tahun ajaran baru.

Pada awalnya, ibu-ibu yang menunggu anaknya di sekolah, hanya mengobrol biasa saja. Bercerita ringan tentang bekal anak, tahu bacem, sampai makanan favorit suami. 

Lalu, mulai membicarakan suami yang jarang membantu istri di rumah, sifat suami yang tidak disukai. Akhirnya, membahas masalah perceraian, masalah keluarga, dan sebagainya.

Lho, kok secara tidak sadar bahasan jadi semakin melebar? Yang tadinya semangat mengobrol dengan ibu lain, jadi tidak enak hati karena mulai membahas hal yang sensitif. Padahal, baru saja ibu-ibu itu saling mengenal. Ya, jadilah gosip ibu rumah tangga.

Bergosip memang sangat menyenangkan, mengobrol sembari bercerita dengan sesama ibu saat MPLS. Pada tulisan mediaindonesia.com (4/3/2023), dilansir dari Psychology Today. Dijelaskan tentang hasil penelitian Natascia Brondino dan rekan-rekannya di University of Pavia, Italia. Hasilnya menyatakan bahwa gosip ternyata menyebabkan peningkatan drastis hormon oksitosin yang berkaitan dengan perasaan bahagia.

Wah, pantas saja bergosip selalu terasa menyenangkan. Namun, apakah kamu mengetahui? Bergosip lebih banyak dampak negatifnya. Apa saja dampak negatif bergosip?

Menyakiti hati orang yang digosipkan

ilustrasi menyakiti hati orang | Sumber: pexels.com/Yan Krukau
ilustrasi menyakiti hati orang | Sumber: pexels.com/Yan Krukau

Gosip memang sangat mengasyikkan, membicarakan banyak hal dengan orang satu frekuensi. Sebenarnya, gosip tidak melulu hal yang negatif. Ada juga gosip baik yang bisa menyalurkan energi positif. Contohnya, Putri Ariani yang mendapatkan golden ticket kemarin.

Hanya saja, kebanyakan gosip lebih ke arah negatif. Membicarakan orang lain yang tidak ada keberadaannya di tengah perbincangan. Seperti kejadian ibu-ibu pada MPLS di sekolah. Padahal, tidak sadar pembicaraan mereka menyakiti hati orang yang digosipkan.

Depresi pada orang yang digosipkan

ilustrasi depresi | Sumber: pexels.com/cottonbro studio
ilustrasi depresi | Sumber: pexels.com/cottonbro studio

Orang yang jadi bahan gosip, biasanya lebih sering dikucilkan dari pergaulan. Awalnya mungkin hanya kesal digosipkan. Saking terlalu sering dijadikan bahan gosip, mereka pun bisa mengalami depresi.

Bayangkan saja, apabila setiap melewati rumah tetangga, atau sedang hadir di acara sekolah, selalu saja menjadi bahan pembicaraan. Kalau pembicaraan itu baik sih, tidak masalah, tetapi gosip yang buruk akan selalu terngiang-ngiang di telinga. Membuat mereka menjadi malu, dan tidak percaya diri untuk bersosialisasi.

Masalah rumah tangga tersebar keluar

ilustrasi pertengkaran rumah tangga | Sumber: pexels.com/Ketut Subiyanto
ilustrasi pertengkaran rumah tangga | Sumber: pexels.com/Ketut Subiyanto

Saya sempat melakukan pencarian berita, dan ternyata ada kasus mengenai gosip beberapa tahun lalu. Pada pemberitaan kompas.com tanggal 17 Juni 2020, seorang perempuan di Bekasi ditampar suami karena tidak memedulikan suami setelah pulang kerja. Sudah ditegur suami, malah membicarakan suaminya pada tetangga, sehingga membuat suami semakin kesal.

Pertengkaran rumah tangga pun tidak bisa terelakkan. Bersyukurnya, mereka akhirnya berdamai, dan berjanji untuk introspeksi diri masing-masing. Ini hanya satu dari banyaknya kasus gosip yang tidak terliput media.

Dengan bergosip, secara tidak sadar kamu menyebarkan masalah rumah tangga keluar. Padahal, dalam rumah tangga, seharusnya seorang perempuan pandai menjaga ucapan, dan tindakan.

Seorang perempuan, seharusnya bisa menjaga suaminya agar tak menjadi bahan perbincangan negatif. Kecuali, jika suami melakukan kekerasan dalam rumah tangga, atau melakukan hal negatif yang harus mendapatkan tindakan tegas.

Tak sadar merendahkan diri sendiri

ilustrasi bergosip | Sumber: pexels.com/Sam Lion
ilustrasi bergosip | Sumber: pexels.com/Sam Lion

Apakah kamu tidak menyadari, bahwa dengan melanggengkan gosip, sama saja merendahkan diri sendiri? Beberapa pembicaraan yang sedang kamu jadikan bahan gosip, mungkin saja justru memberitahukan kelemahanmu, atau sesuatu yang memalukan dari dirimu.

Bergosip, atau membicarakan hal negatif tentang orang lain, apakah pantas dilakukan? Bukankah sangat tidak etis, dan merugikan semua orang, termasuk diri sendiri. Jadi, jangan pernah melanggengkan gosip.

Batasi setiap ucapan, dan tindakan kita sebagai ibu, sebagai istri, dan orangtua. Berbincang sesuatu yang positif boleh banget, tetapi tidak dengan hal negatif.

Cerita mengenai ibu bergosip selama MPLS, menjadi teguran untuk kita agar menutup telinga, dan mulut dari pembicaraan negatif. Yuk, perbanyak menyebarkan berita positif!

____________________________

Tulisan ini terinspirasi dari obrolan dengan Kompasianer Mbak Ika Ayra, terima kasih Mbak. 😊🙏

Referensi : mediaindonesia.com I kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun