Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Pembakaran di Temanggung, Bullying yang Membawa Petaka

1 Juli 2023   04:26 Diperbarui: 2 Juli 2023   11:45 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan FGD dengan siswa di Kalimilk, Solo pada 2015 I Sumber: Dokumentasi pribadi/Airani Listia

Kabar mengejutkan datang dari Temanggung, Jawa Tengah. Dalam kompas.com pada 29 Juni 2023, diberitakan seorang siswa SMP di Pringsurat, Temanggung, melakukan aksi pembakaran beberapa ruang kelas di sekolahnya pada 27 Juni 2023 dini hari.

Bersyukurnya, api berhasil dipadamkan oleh penjaga sekolah, dan warga sekitar yang ikut membantu. Kemudian, ada warga yang melihat seorang anak di sekitar sekolah. Pada saat ditanya, ternyata siswa itu justru mengakui bahwa dirinya yang melakukan pembakaran beberapa ruang kelas di sekolahnya sendiri.

Yang paling tidak saya sangka, dalam pemberitaan tersebut, pelaku bersikap tenang saat ditanya media alasannya melakukan pembakaran. Belum lagi, siswa itu sendiri yang meracik bahan, bahkan melakukan uji coba sebelum bahan tersebut digunakan untuk membakar sekolah.

Wah, jujur sih, saya agak takut, ketika ada seorang anak yang bisa bersikap tenang setelah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Walaupun ia sebenarnya sudah mengaku menyesali perbuatannya.

Apakah kamu ingin mengetahui sebab siswa tersebut melakukan pembakaran? Siswa SMP itu mengaku sering menjadi korban bullying oleh teman-temannya. Dan merasa guru di sekolah kurang memperhatikan dirinya.

Apalagi, ia sempat gagal menjadi ketua PMR. Semua akumulasi dari peristiwa buruk yang ia alami, menjadi alasan baginya berani membakar sekolah. Sesuai pernyataan tersangka di pers release Mapolres Temanggung pada 28 Juni 2023.

Keterangan yang berbeda dikemukakan oleh Kepala Sekolah SMP yang dibakar oleh tersangka. Menurutnya, siswa tersebut merupakan orang yang sering mencari perhatian para guru. Sering berbohong agar tidak dihukum ketika melakukan kesalahan.

Anak tersebut sekarang telah berstatus sebagai wajib lapor dan tidak ditahan karena usianya masih di bawah umur. Ia sedang menunggu jadwal persidangan, dan keputusan hukuman yang akan diterima olehnya. Dengan ancaman hukuman separuh dari hukuman orang dewasa.

Kenyataan tentang bullying

Pertemuan FGD dengan siswa di Kalimilk, Solo pada 2015 I Sumber: Dokumentasi pribadi/Airani Listia
Pertemuan FGD dengan siswa di Kalimilk, Solo pada 2015 I Sumber: Dokumentasi pribadi/Airani Listia

Membaca berita itu, saya merasa kaget. Dan masih bertanya-tanya, apakah benar pernyataannya bahwa pembakaran yang dilakukan karena bullying?

Hal ini perlu diusut tuntas dalam persidangan. Jika memang terbukti benar karena bullying, maka siswa SMP itu juga merupakan korban. Terlepas dari kesalahan yang saat ini ia lakukan.

Kita sangat mengetahui, bahwa persoalan bullying sudah sangat lama terjadi di dunia. Bahkan sudah menjadi bagian dari hidup manusia. Baik di sekolah, di rumah, atau pun di kantor. Pasti walaupun sedikit, kita pernah menemukan bullying dalam bentuk fisik, verbal, maupun cyber bullying.

Saya jadi teringat, skripsi saya yang begitu mengesankan untuk saya pribadi. Pada 2015, saya membuat skripsi yang membahas mengenai bullying fisik yang dilakukan oleh siswa SMA. Kala itu, saya menyebarkan 70 kuesioner pada siswa SMA, dan melakukan FGD (Focus Group Discussion) dengan 14 siswa.

Hasil penelitian yang saya lakukan membuat saya sedih. Apakah kamu penasaran seperti apa hasilnya?

Terjawab sudah, sekitar 19% dari total 70 siswa pernah menjadi pelaku bullying di sekolah. Menurut mereka perlakuan seperti mendorong, mengunci teman di ruangan, atau berkelahi adalah hal yang biasa dilakukan di sekolah.

Rata-rata yang menjadi korban bullying adalah anak yang memiliki kekurangan, keterbatasan, atau anak yang dirasa berbeda dengan teman-temannya. Pelaku bullying menganggap tindak kekerasan fisik ringan yang mereka lakukan, hanyalah sebuah keisengan yang masih bisa dimaklumi.

Yang terparah, hasil survei kuesioner membuktikan 62% anak memilih diam saat melihat atau menjadi korban bullying. Tidak menghentikan atau melaporkan kejadian tersebut pada guru. Sehingga, pihak sekolah hanya mengetahui sebagian kecil bullying yang terjadi di sekolah. Ini kenyataan tentang bullying yang harus diketahui masyarakat.

Akibat bullying pada anak

ilustrasi anak murung I Sumber: pexels.com/Pixabay
ilustrasi anak murung I Sumber: pexels.com/Pixabay

Banyak yang tidak sadar, bullying menyebabkan banyak kerugian untuk anak. Dari mulai luka fisik, gangguan kecemasan, depresi, ketakutan yang amat sangat mengkhawatirkan mental anak, sampai pada tindakan agresif atau irasional yang tidak akan pernah disangka semua orang.

Peristiwa pembakaran sekolah di Temanggung, hanya satu dari sekian banyak akibat fatal yang terjadi karena bullying. Seorang anak korban bullying bisa saja merasa sangat depresi, sehingga membuat logika tak lagi dihiraukan.

Tidak jarang juga, korban mengakhiri dengan percobaan bunuh diri yang mengakibatkan kematian. Kehilangan yang mendalam juga akan dirasakan keluarga korban bullying yang ditinggalkan. Trauma tak hanya terjadi pada anak, tetapi juga pada orangtua.

Bagaimana pencegahan sederhana bullying?

ilustrasi permintaan stop bullying dari anak I Sumber: pexels.com/RDNE Stock project
ilustrasi permintaan stop bullying dari anak I Sumber: pexels.com/RDNE Stock project

Walaupun bullying sampai kini masih ada, tetapi ada cara untuk mencegah perilaku ini. Namun, perlu dukungan dan kerja sama kamu sebagai orangtua, lingkungan masyarakat, juga sekolah untuk keberhasilan pencegahan bullying.

Bagaimana pencegahan sederhana yang bisa kamu lakukan untuk menghindari bullying? Pertama, ajarkan anakmu menghargai perbedaan. Berikan pengertian, bahwa perbedaan ada bukan untuk dijadikan bahan candaan. Perbedaan ada untuk keseimbangan dunia, menghargai perbedaan adalah cara untuk hidup harmonis.

Kedua, berikan anak bekal menghadapi bullying di sekolah. Berikan pengertian agar anak tak hanya diam, jika melihat atau merasakan sendiri bullying. Ajarkan agar anak tak takut untuk menolak permintaan temannya yang tidak wajar.

Ketiga, tanamkan sikap peduli sesama pada anak. Anak yang paham kepedulian pada sesama manusia, tidak akan melakukan tindak kekerasan.

Keempat, bimbing anak agar penuh kerendahan hati. Menghindari sifat iri, sombong, dan mudah marah. Ajarkan anak mengenai cara mengendalikan marah.

Jadikan anakmu sosok yang pemberani, tegas, tetapi tetap menghargai sesama manusia. Ajarkan anak menebarkan kasih sayang, dan kebaikan pada semua orang.

Bullying, keisengan yang mampu membawa petaka pada anak, keluarga, dan masyarakat. Kamu tidak bisa memutar roda kembali ke masa lalu, tetapi kamu bisa mengubah dunia anak agar jauh dari bullying. Stop bullying!

Referensi : kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun