Belakangan ini saya sering sekali mendengar, dan membaca mengenai sebuah isu yang menyebut Indonesia sebagai urutan ketiga fatherless country di dunia. Membicarakan tentang hilangnya peran ayah dalam pengasuhan, dan mendidik selama masa tumbuh kembang anak.
Hal ini bukan sesuatu yang membanggakan. Kita sebagai masyarakat Indonesia harus berpikir cara untuk mengubah reputasi buruk itu. Di tengah santernya isu tersebut, hal unik terjadi di rumah saya sendiri.
Kedekatan yang terjalin erat antara anak dan ayah, justru membuat saya iri, sekaligus kagum. Bagaimana tidak? Biasanya seorang anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya, tetapi di rumah semua terbalik.
Ketika ayahnya pergi, anak saya menangis kencang saking tidak mau ditinggalkan ayahnya. Sering kali di rumah, ia disebut sebagai anak bapak.
Ada kondisi yang memang mendukung, dimana suami saya memiliki usaha di rumah. Sedangkan saya lebih sibuk bekerja di luar rumah, sebelum memilih berhenti kerja. Sehingga, anak begitu dekat dengan ayahnya.
Beberapa hal saya pelajari dari kedekatan ayah anak dalam keluarga. Apa saja yang bisa dilakukan agar ayah bisa menjalin kedekatan dengan anak sebagai orangtua?
Ajak anak bermain peran dengan antusias
Seorang anak paling suka bermain peran. Meniru tokoh yang ia idolakan, seperti spiderman, iron man, menjadi polisi, atau misalnya barbie untuk anak perempuan. Juga bermain peran memasak, berperang, bermain rumah-rumahan, dan sebagainya.
Anak akan semakin tertarik jika ayah bisa memerankannya dengan antusias, dan benar-benar seperti nyata. Semakin nyata dan mendalami perannya, anak juga akan semakin semangat. Secara tidak langsung, hal ini bisa menguatkan kedekatan anak dan ayah.