Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Disabilitas Berprestasi, Bukan Hanya Mimpi

8 Juni 2023   09:19 Diperbarui: 8 Juni 2023   09:24 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kali saya bertemu dengan penyandang disabilitas di tempat umum atau pada saat sedang berjalan-jalan bersama keluarga. Kalau melihat sekilas, mereka memang terlihat sedikit berbeda dengan kita.

Saat saya masih bersekolah, saya memiliki teman penyandang disabilitas fisik. Padahal, saya bersekolah di sekolah umum. Teman difabel saya itu, begitu kesulitan untuk bergaul.

Tidak semua orang bisa menerimanya dengan baik, dengan keterbatasan yang ia miliki. Namun, beberapa orang tak mempedulikan kekurangannya. Saya dan beberapa teman lain tetap mengajaknya bergabung setiap sedang istirahat atau ada tugas kelompok.

Penyandang disabilitas selalu dianggap berbeda

ilustrasi berteman dengan difabel I sumber : pexels.com/Kampus Production
ilustrasi berteman dengan difabel I sumber : pexels.com/Kampus Production

Penyandang disabilitas selalu dianggap berbeda. Keterbatasan mereka, dianggap sesuatu yang tidak biasa. Banyak tanggapan berbeda dari masyarakat mengenai disabilitas.

Ada yang menganggap penyandang disabilitas sebagai orang lemah yang selalu membutuhkan bantuan. Ada juga yang menganggap mereka merepotkan. Tak jarang banyak yang merasa risih dengan kehadiran mereka.

Namun, ada pula orang yang menganggap penyandang disabilitas sebagai manusia biasa. Tak sungkan berteman dengan mereka, dan senang berbicara dengan mereka. Salah satunya termasuk saya.

Memang selama ini, difabel lebih sering bersekolah di tempat berbeda. Namun, mereka tetap memiliki hak yang sama seperti kita.

Mereka tak ingin terlalu diistimewakan atau diolok-olok karena keterbatasan yang dimiliki. Memperlakukan penyandang disabilitas seperti teman biasa, bergaul, dan mengobrol dengan mereka selayaknya orang biasa. Hal itu akan membuat mereka lebih nyaman dan bahagia.

Dukungan disabilitas berkarir di Indonesia

ilustrasi disabilitas berkarir I sumber : pexels.com/Ivan Samkov
ilustrasi disabilitas berkarir I sumber : pexels.com/Ivan Samkov

Sebenarnya, di Indonesia sudah banyak perusahaan yang mau menerima penyandang disabilitas sebagai karyawan. Pemerintah pun juga membuka banyak lowongan pekerjaan yang bisa dilamar oleh seorang disabilitas, menyesuaikan dengan keterbatasan mereka.

Di tempat kerja saya dulu, kami sangat menghargai para difabel. Beberapa teman kami merupakan difabel, tetapi kami tak pernah menganggap mereka terlalu istimewa. Mereka bekerja dengan profesional, sama seperti karyawan lain.

Yang paling menarik, para difabel kadang justru semangat kerjanya lebih dari karyawan biasa. Tak jarang dari mereka, menjadi karyawan teladan atau mendapatkan penghargaan karena hasil pekerjaan mereka yang berkualitas.

Disabilitas juga bisa berprestasi

tangkapan layar Putri Ariani di AGT I sumber : youtube.com/America's Got Talent
tangkapan layar Putri Ariani di AGT I sumber : youtube.com/America's Got Talent

Baru saja kita digemparkan dengan momen haru Putri Ariani yang mendapatkan golden buzzer di acara AGT (America's Got Talent) dari Simon Cowell. Putri Ariani merupakan penyanyi disabilitas netra asal Indonesia yang pernah memenangkan Indonesia's Got Talent (IGT) pada 2014 silam.

Tentu, pemberian golden buzzer pada Putri Ariani menuai pro dan kontra oleh seluruh netizen Indonesia. Apalagi, setelah diketahui bahwa kontestan yang mendapatkan golden buzzer bisa langsung tampil di AGT Live Shows.

Lalu, ingatkah kamu dengan Surya Sahetapy? Anak Dewi Yull dan Ray Sahetapy yang dikenal sebagai disabilitas rungu dan aktivis tuli di Indonesia.

Surya Sahetapy baru saja lulus S2 di RIT (Rochester Institute of Technology) yang berada di Rochester, New York. Ia berhasil memborong tiga penghargaan sekaligus pada hari kelulusannya, Mei 2023 lalu. Wah, sangat menakjubkan, bukan?

Ada juga Angkie Yudistia, seorang Staf Presiden RI. Kemudian, M. Ade Irawan, pianis yang berhasil tampil pada Java Jazz Festival 2010.

Mereka hanya contoh dari sebagian disabilitas yang berhasil meraih prestasi gemilang. Banyak dari difabel lain yang berprestasi, tetapi tidak terekspos publik.

Disabilitas berprestasi kini bukan hanya mimpi, tetapi bisa menjadi nyata. Untuk kamu para difabel, jangan takut meraih mimpi! Kejar impianmu, dan tunjukkan bahwa seorang yang memiliki keterbatasan bisa berprestasi di dunia.

Memang tidak mudah untuk diterima di masyarakat, tetapi bukan berarti tidak mungkin selama kamu berusaha. Dan bagi kita sebagai masyarakat, jangan menganggap rendah atau memperlakukan seorang difabel terlalu istimewa.

Penyandang disabilitas juga seorang manusia biasa, yang ingin bermasyarakat seperti orang biasa. Ingin memiliki teman, pekerjaan, dan memiliki keluarga seperti orang pada umumnya. Yuk, berteman dengan mereka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun