Sudah lama ingin menceritakan sebuah kenangan yang sangat berarti ini. Namun, baru hari ini saya memberanikan diri menceritakannya dalam sebuah tulisan. Kenangan yang membuat saya tertegun dan mengubah pola pikir tentang kehidupan.
Apakah kalian pernah mendengar tentang Kota Solo atau Surakarta? Kota yang dikenal ramah melestarikan budaya daerah. Di sana peristiwa itu terjadi, pertemuan dengan seorang pemulung tua yang berhasil mengubah saya.
Kala itu, saya masih berstatus sebagai mahasiswa salah satu universitas di Kota Solo. Saya tinggal satu kos dengan adik yang kebetulan hanya berbeda usia satu tahun saja. Tepatnya pada 2012, sudah sangat lama peristiwa itu terjadi, bukan? Namun, begitu melekat dan tidak bisa dilupakan sampai hari ini.
Ketika saya dan adik sedang mencari makan sore, kami tak sengaja bertemu dengan seorang pemulung botol yang usianya mungkin lebih tua dari orangtua saya. Mungkin usianya kisaran enam puluh tahun, ia berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Memikul sekarung botol bekas di punggung, sembari terus mengais tempat sampah.
1. Respon yang tak disangka!
Kami sepakat memberikan sedikit uang pada pemulung itu, walau tak seberapa yang bisa kami berikan. Maklum, kami masih berkuliah dan belum memiliki penghasilan sendiri. Lalu, begitu kaget kami dengan responnya.
Apakah kalian bisa menebak seperti apa ia saat kami menyodorkan uang? Bapak itu menolaknya, kemudian berkata pada kami bahwa ia bukan seorang pengemis. Bapak itu berkata, ia masih bisa menafkahi keluarganya dengan memulung botol bekas.
Wah, mendengar perkataan itu, kami langsung terkejut dan saling memandang sejenak satu sama lain. Lalu, kami meminta maaf pada bapak pemulung tua itu. Kemudian, bapak pemulung itu pergi meninggalkan kami berdua. Kami pun melanjutkan makan di warung nasi pinggir jalan.
2. Pertemuan singkat yang mengubah pola pikir
Sejak saat itu, terjadi perubahan pola pikir yang membuat saya lebih banyak bersyukur. Pertemuan singkat dengan pemulung tua hampir sebelas tahun lalu, membuat saya tak pernah menyerah menghadapi dunia. Menyadarkan saya tentang pentingnya berusaha.
Banyak pelajaran berharga yang tak terhingga saya dapatkan dari seorang pemulung tua yang bukan siapa-siapa. Sekarang saya mengerti bahwa belajar tak hanya dari seorang tokoh atau orang yang berpendidikan tinggi. Belajar bisa berasal dari semua orang, tanpa mengenal status dan pendidikan.
Setiap saya berada di posisi paling bawah, saya selalu teringat masih banyak yang lebih susah. Sehingga saya selalu akan bersyukur dengan segala yang saya miliki. Setiap saya lelah berusaha, saya akan teringat pada bapak pemulung itu. Bagaimana saya bisa kalah dari seorang pemulung tua? Maka, saya akan bangkit kembali dan berusaha tanpa kata tapi.
Begitu singkat pertemuan kami, tetapi sangat berarti bagi hidup saya. Membuat lebih menghargai diri sendiri, tak lupa terus bersyukur. Dan mengingatkan untuk terus berbakti pada orangtua. Ini kisah nyata, bukan sebuah rekayasa. Jangan pernah malu dengan pekerjaanmu, jangan pernah malu untuk belajar pada orang lain!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H