3. Di dalam tim, pasti ada yang mendukung dan menentang gagasan dan perubahan. Pemimpin koalisi harus mengembangkan peta keterlibatan pemangku kepentingan, di dalam peta ini terdapat empat bagian. Yang pertama, terdapat sekitar 10% orang yang dapat diklasifikasikan sebagai pendukung, lalu yang kedua terdapat sekitar 10% yang diklasifikasikan sebagai mitra. Yang ketiga, sekitar 20% orang yang menentang perubahan, dan yang terakhir 60% orang yang tergolong hanya menjadi seorang pengamat karena bersikap netral terhadap gagasan dan perubahan yang ada.
4. Pemimpin harus melawan hambatan-hambatan yang terjadi dan meningkatkan kerja sama serta meningkatkan kolaborasi yang baik. Kolaborasi dapat dilakukan antar departemen, antar divisi, maupun antar tingkat dalam perusahaan.
Ketika seorang pemimpin gagal dalam membangun koalisi dalam tim, hal tersebut malah dapat berujung blunder dan dapat menimbulkan konflik dalam tim.
Beberapa hal tersebut merupakan hal-hal yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin jika ingin membuat suatu koalisi tim yang efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H