Mohon tunggu...
Aira Raniah
Aira Raniah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hanya seorang remaja yang suka menulis dan ingin tulisannya dapat perhatian :0

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Manusia

4 Mei 2024   21:07 Diperbarui: 4 Mei 2024   21:11 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Hanya sebuah percakapan santai antara dua manusia.

"Kau lebih seperti setan daripada manusia."
Aku bergeser lebih jauh ke tepi sofa. Ada benci yang begitu jelas dari nada bicara ku.

"Lucu sekali, sekarang biarkan aku bertanya padamu, apa yang membuat manusia seorang manusia?"
Dia duduk di tepi yang berlawanan, dengan santainya menyalakan rokoknya sambil mengangkat salah satu kaki keatas sofa.
"Apakah itu struktur biologis mereka?"
Dia mengeluarkan asap dari mulutnya.

"Ya."
Aku tidak melihat kearah lain selain televisi didepan kita yang mati. Pantulannya memperlihatkan momen ini dengan warna yang berbeda
Jujur saja, aku kesal. Itu pertanyaan bodoh.

"Lalu mengapa orang terus mengatakan seseorang tidak seperti manusia ketika mereka masih makhluk yang sama?"
Dia menatap pantulan di televisi. Lebih tepatnya, pantulan diriku.

Aku menyadari tatapan tidak langsung darinya. Cepat-cepat aku menoleh ke arah lain.
"Perbedaan dalam perilaku."
Jawabku singkat, begitu singkat hampir tidak pantas.

"Apakah begitu? Maka katakanlah kepadaku bagaimana seharusnya manusia berperilaku."
Dia menyeringai sambil melirik ke arahku. Aku sadar namun tidak mau balas melirik.

Pertanyaan itu mengejutkan bagiku. Aku jatuh diam, pura pura tidak menyadari orang yang tidak sabar menunggu jawabanku.

"Lamban. Baiklah, katakan padaku satu hal yang aku lakukan, yang menurutmu bukan seperti 'manusia'. Aku yakin kau tidak bodoh itu."

Dia sengaja meniupkan asap kearahku.
Akhirnya aku terpaksa berpura-pura berdeham.
"Ketika kau membunuh mereka."
Aku sadar bagaimana suaraku yang sedari tadi berusaha tetap datar, mulai goyah. Ini tidak baik.

"Oh itu? Bukankah dendam itu hal normal bagi manusia?"
Hingga hari ini dan sampai kapanpun aku tidak akan memaafkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun