Matahari Telah Tenggelam, Solis: Bagian 6
“Nanti kau juga akan faham, sudah larut, lebih baik kau tidur, tidak apa, duluan saja.” Ujar Solis lembut.
Aku mengangguk sambil mengucek mataku, lalu aku masuk kedalam tandu kecil yang dibuat ku dan Solis. Aku berbaring di atas permukaan berumput tersebut, kepalaku aku letakkan diatas tas ku. Bukan tempat tidur terbaik tapi, aku cukup terbiasa, dan tidak seburuk yang dipikir.
“Selamat malam Solis, terimakasih untuk hari ini.” Aku mengeraskan suaraku supaya terdengar hingga luar tandu. Baru saja aku menutup mataku, lalu aku menyadari, kenapa Solis tidak menjawab? Karena penasaran aku merangkak lalu menjulurkan kepala ku keluar.
“SOLIS!!” Memang benar katanya, aku akan harus menempuh perjalanan sendiri, aku tidak akan selamanya harus menemaninya. Tapi, kenapa harus secepat ini? Bukankah baru saja dia bilang begitu?
“Lari…” Suara lirih dan darah keluar dari mulutnya, aku diam ditempat.
Aku tidak ingat apa apa lagi, ketika aku kembali sadar, aku sudah berlari sambil menggendong tas ku, mata ku berair, salah satu tanganku memegang pedangku yang bersimbah darah. Aku tidak tau berlari kearah mana, atau kenapa, yang ku tau hanyalah, aku sendiri dan dunia ini begitu gelap, mungkin karena tidak ada lagi matahari?
The end
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H