Mohon tunggu...
Aira Raniah
Aira Raniah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hanya seorang remaja yang suka menulis dan ingin tulisannya dapat perhatian :0

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Pertama Menjadi Penulis

26 September 2023   21:55 Diperbarui: 26 September 2023   22:04 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa menit penuh keheningan di ruang BK berlalu, kakak kelas disampingku, sebut saja kak Arin, dia sudah sibuk dengan tulisannya sendiri. Bahkan tulisannya sudah mencapai satu paragraf lebih, sedangkan kertasku masih kosong. Nampaknya Dira sudah mendapat ide, sayangnya ketika aku berusaha mengintip isi kertasnya dia akan menutupi dengan tangannya sambil menatapku tajam. Aku beralih mengamati sekitaran ruang BK, bu guru tersenyum ke arah ku dengan ramah, dari ekspresinya, sepertinya beliau sadar aku tidak ada ide. Ada sih, tapi.. aku ragu.

"Tulis saja apapun yang ada dipikiranmu nak." Seolah membaca pikiranku, bu guru BK berusaha menghilangkan keraguanku.

Akhirnya aku mengangkat pensilku lalu mulai menulis, tulisanku itu mengenai pacaran. Aku tau bahwa pacaran itu dilarang dalam islam juga sekolah ini, lagipula ini adalah sekolah madrasah. Namun aku biasanya acuh tak acuh dengan teman-temanku yang pacaran, bagiku, selama aku tidak ikut-ikutan bukan masalahku. Tapi di eskul ini aku diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan tidak suka atas perilaku seperti itu yang selama ini aku pendam, jadi lebih baik jujur saja kan?

Akhirnya kita bertiga, lebih tepatnya setelah aku selesai menulis karena yang lain selesai terlebih dahulu. Setelah menjelaskan pentingnya publikasi ketika menjadi seorang penulis atau cendekiawan, pak Setya menyuruh kita untuk memposting tulisan kita di media sosial.

"Hah?!" Ucap ku dan Dira bersamaan. Setelah pak Setya membaca tulisanku, beliau bilang bahwa topik yang kupilih sudah relevan. Jujur saja, aku agak ragu untuk memposting, aku tidak terbayang bagaimana reaksi anak-anak lain ketika melihat tulisanku.

"Saya harap dengan menulis mengenai masalah disekitar kalian, dapat meningkatkan kesadaran dan menyampaikan pendapat kalian mengenai masalah-masalah yang kalian bahas di tulisan hari ini. Dengan memposting di sosial media, kalian juga akan menyebarkan kesadaran ini ke orang-orang disekitar kalian." Pesan pak Setya. Aku masih skeptikal untuk memposting, tak terbayang reaksi murid-murid Matsadibon lain ketika melihat tulisanku. Tapi berkat perkataan pak Setya dan bujukan Dira akhirnya aku memposting tulisanku. Anehnya setelah memposting bukannya merasa gelisah, aku merasa lega. Aku berharap tulisanku akan punya pengaruh, sekecil apapun, pada yang pembaca.

"Hei bagaimana menurutmu eskul penulisan kreatif ini?" Tanya Dira padaku siang itu ketika kita pulang sekolah bersama, Dira aku bonceng di atas sepedaku.

"Ehm.. lumayan seru? Entahlah, yang penting aku akan menetap." Balasku santai.

"Sungguh? Yey! Sudah ku bilang kan, pasti kau akan suka!" Walaupun tidak melihat wajah Dira secara langsung, tapi aku dapat merasakan dia tersenyum lebar dengan bangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun