Mohon tunggu...
Ai QurotulAin
Ai QurotulAin Mohon Tunggu... Penulis - IRT, Olshop, Penulis

An Ordinary Mama dari 2R

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sudah Siapkah Kita Ketika Anak-anak Kembali Bersekolah?

23 Mei 2020   19:48 Diperbarui: 25 Mei 2020   19:04 1698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kembali sekolah. (Sumber: Unsplash.com)

Sebagaimana yang kita ketahui, kehadiran virus covid 19 telah mengubah segalanya. Virus yang  menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia ini tak hanya menghilangkan banyak nyawa, namun juga mematikan perekonomian dunia. Indonesia, salah satu negara yang kena imbasnya. 

Work From Home, School From Home, dan ibadah dari rumah, adalah beberapa hal yang dipilih untuk memutus mata rantai virus ini.Tiga bulan berjalan, belum juga ada tanda-tanda bahwa virus ini akan pergi dan membuat kehidupan manusia kembali berjalan normal. 

Lalu, muncullah isu mengenai strategi hidup normal, bersahabat dengan si virus, dengan menjalankan semua aktivitas seperti sedia kala, masyarakat mengenalnya dengan teori "Herd Immunity".

Dengan adanya wacana kembali dibukanya sekolah menjelang tahun ajaran baru nanti, berbagai opini pun bermunculan seiring naiknya angka kematian akibat virus ini. Paris, dan beberapa negara lain telah melakukan strategi hidup normal dengan dilonggarkannya lockdown, juga dibukanya kembali sekolah. 

Setelah beberapa waktu dijalani, apa yang terjadi? Puluhan siswa terpapar virus corona. Tentu, kita tak ingin kenyataan pahit ini menimpa anak-anak kita nanti, ketika wacana kembali bersekolah menjadi nyata.

Tak dipungkiri, ada rasa senang bukan kepalang, saat anak-anak akan kembali bersosialisasi normal dengan teman dan gurunya. 

Sebagai orang tua pun, kita akan bebas tugas menjalankan tugas sebagai guru, yang selama tiga bulan sukses membuat darah naik karena belum terbiasa dengan sistem belajar online, juga berpengaruh terhadap tingkat kewarasan kita sebagai ibu rumah tangga dengan segudang aktivitas lainnya.

Namun, apakah kita sudah siap melepas mereka ke medan perang kasat mata? Berteman dengan virus tanpa persiapan matang sebelumnya. Pada akhirnya, ada yang memutuskan untuk tetap bersekolah dari rumah sampai pemerintah benar-benar menetapkan Indonesia bebas virus corona. 

Tetapi sebagian yang lain mungkin akan merasa aman saja, ketika anak-anaknya kembali bersekolah, tentu dengan dibekali edukasi yang cukup, juga dengan menaruh kepercayaan penuh pada pihak sekolah yang akan menjalankan protokoler pencegahan covid-19 dengan benar.

Terlepas dari kedua pilihan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing orang tua dan sekolah, ada baiknya untuk kita bisa mengenal lebih jauh mengenai virus ini, bagaimana ia bisa tinggal lama dalam tubuh seseorang, tempat seperti apa yang tidak ia sukai dan hal lainnya terkait virus ini.

Agar kita bisa mengenal siapa musuh kita, bagainana kita berstrategi untuk menghadapinya, seandainya sekolah benar-benar dibuka nantinya.

Dengan demikian, sisa waktu libur lebaran dan tahun ajaran baru ini, bisa kita persiapkan untuk membekali anak-anak, para guru, juga lingkungan sekolah yang jauh lebih kondusif dan siap dengan  mengupayakan tindakan preventif terlebih dahulu.

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. (Sumber Artikel)

tangkapan layar tengtang covid-19
tangkapan layar tengtang covid-19
Bagaimana Penyebaran Virus Corona
Cara penyebaran virus corona COVID-19 adalah melalui tetesan air liur (droplets) atau muntah (fomites), dalam kontak dekat tanpa pelindung. 

Transmisi virus corona atau COVID-19 terjadi antara yang telah terinfeksi dengan orang tanpa patogen penyakit. Setidaknya itulah yang paling rentan menyebabkan virus ini menular. Ada pula media lain yang bisa menularkannya. (Selengkapnya bisa Mommies baca pada link berikut: Informasi Mengenai Penyebaran Virus)

Indonesia, sebagai salah satu negara beriklim tropis, sebenarnya memiliki keuntungan tersendiri menyangkut keberlangsungan hidup virus ini. Menurut penelitian, negara dengan iklim tropis adalah negara yang paling sedikit terpapar. 

Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu dan kelembapan, semakin rendah kemampuan virus tersebut untuk bertahan hidup. Sebaliknya, wilayah dengan iklim dingin dan sejuk, adalah wilayah yang paling rentan terpapar virus ini, setelahnya wilayah kering. 

Seharusnya, keuntungan ini bisa kita jadikan peluang untuk bisa terlepas dari virus ini secepatnya. Sayang, faktor utama lainnya yang tak kalah penting selain suhu adalah kesadaran manusianya dalam mendisiplinkan diri. (Sumber Info Tentang Iklim Tropis)

Bagaimana tetap bisa menjaga jarak, menghindari kerumunan, memakai masker ketika bepergian, menjaga kebersihan dan senantiasa mencuci tangan, adalah hal lainnya yang juga sangat berpengaruh terhadap cepat lambatnya penyebaran corona.

Lalu, apa saja hal yang harus kita persiapkan jika sekolah benar dibuka dalam jangka waktu dekat? Setidaknya ada dua komponen yang benar-benar harus terlibat dan saling bekerjasama. Kesiapan orang tua dan sekolah.

1. Sekolah
Bagaimanapun, tindakan preventif diperlukan jauh hari sebelum sekolah benar-benar kembali dibuka. Persiapan dalam hal design ruangan kelas, metode pengajaran yang ramah anak juga ramah lingkungan diperlukan dalam hal ini.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :

A. Tata Ruang Kelas

Bagaimana ruang kelas dibuat dengan ventilasi udara yang lebar. Corona sangat senang dengan tempat tertutup yang dingin dengan banyak orang di dalamnya. 

Untuk kelas yang memakai mesin pendingin, alangkah baiknya untuk tidak menggunakannya terlebih dahulu. Buka pintu dan jendela lebar-lebar untuk sirkulasi udara masuk dengan leluasa. Pastikan cahaya matahari bisa masuk ke ruangan dengan seksama. Jangan lupa, buat jarak aman antar siswanya.

Hal berikutnya yang harus diperhatikan adalah buat selang seling antar kelas dalam satu koridor. Pastikan tidak setiap kelas terisi, harus ada yang diselingi. Misal, terdapat empat kelas dalam satu koridor ruangan mulai kelas satu sampai kelas empat. 

Jika kelas satu sedang berada di dalam kelas, maka usahakan kelas dua dikosongkan dengan melakukan pengajaran di luar ruangan. Kelas tiga di dalam, kelas empat dikosongkan, begitu seterusnya.

B. Pembelajaran di Luar Kelas
Pembelajaran di luar kelas diperlukan selain untuk menyiasati padatnya koridor ruangan, juga dapat mengurangi rasa jenuh siswa dalam belajar. Dengan begitu, diharapkan imunitas mereka jauh lebih meningkat dibanding sebelumnya. Selain itu, paparan sinar matahari sebagai vitamin D akan lebih mudah diperoleh melalui aktivitas di luar ruangan.

Tantangannya adalah fokus anak-anak akan lebih terganggu dengan belajar di luar ruangan. Untuk itu diperlukan metode pembelajaran yang interaktif agar mereka paham dengan apa yang disampaikan.
 
C. Perbanyak Asupan Oksigen dengan Ditanamnya Banyak Tanaman
Masih ada sisa waktu sampai keputusan sekolah benar-benar dibuka. Taruh banyak tanaman di sekitar kelas dan halaman sebanyak mungkin. Hal ini akan membuat asupan oksigen lebih banyak dan membuat lingkungan jauh lebih asri.

D. Perbanyak Aktivitas Bergerak
Jika sebelumnya aktivitas duduk dengan banyak menulis atau belajar di depan laptop mendominasi, maka mulai design pembelajaran yang mengharuskan anak banyak bergerak. 

Mungkin selingi setiap pergantian pelajaran dengan senam ringan, atau hanya dengan menggerak-gerakkan kaki dan tangan di sela pemberian materi.

E. Metode Belajar
Bahagia adalah kunci dalam setiap pembelajaran. Di masa kini, alangkah baiknya untuk tidak membebani anak dengan banyak memberikan pelajaran yang padat akan materi, atau menitikberatkan mereka dengan konten. Semakin mereka bahagia dalam belajar, semakin bagus imunitas yang terbentuk.

Era digital membutuhkan sistem pembelajaran kolaborasi. Bukan lagi kompetisi dengan menunjukan siapa yang paling. Namun, bagaimana siswa bisa bekerjasama satu sama lain untuk menghasilkan sesuatu yang berdayaguna.

F. Pengurangan Jam Pelajaran
Jika biasanya beberapa sekolah menerapkan full day, dalam kondisi pandemi yang belum berakhir, ada baiknya pihak sekolah kembali mengkaji untuk mengurangi jam belajar siswanya. 

Dengan berkurangnya jam belajar, membuat tingkat stres dan keletihan pada mereka berkurang. Hal ini akan memperkuat imunitas mereka dalam menangkal virus yang masih berkeliaran bebas.

Kalaupun tidak memungkinkan untuk mengurangi jam pengajaran secara keseluruhan, maka perbanyak jeda istirahat. Buat anak senyaman mungkin dengan sistem pembelajaran yang ada. Jangan batasi geraknya dengan memberikan banyak tugas.

G. Perlindungan Mandiri

Cuci tangan tidak hanya sebelum atau sesudah makan dengan memakai sabun, tetapi setiap sudah memegang sesuatu yang membuat mereka harus membersihkan tangannya. 

Memakai masker atau pelindung wajah, jaga jarak aman antar teman, adalah beberapa hal yang harus terus ditanamkan, juga diingatkan oleh pihak sekolah pada semua siswanya.

Dengan demikian, mereka akan terbiasa dan tidak merasa terbebani dengan aturan tersebut. Mungkin pihak sekolah bisa mensosialisasikan secara berkala melalui nyanyian edukasi pencegahan virus yang diputar setiap jam istirahat, atau dengan memakai media lain yang lebih disukai anak-anak.

Ingatkan mereka juga untuk banyak mengonsumsi air putih untuk menghindari dehidrasi saat beraktivitas.

H. Bermain Tanpa Bersinggungan

Ajarkan anak-anak untuk memilih perminan yang tidak bersinggungan dengan teman-temannya. Anak laki-laki yang mungkin biasa bermain perang-perangan, atau bercanda dengan melibatkan banyak kontak fisik, bisa dialihkan untuk bermain hal lain yang minim kontak. 

Main engklek, lompat tali atau permainan lainnya bisa jadi alternatif. Jadi, anak-anak tetap gembira karena masih bisa main bersama, namun mereka tetap harus memerhatikan jenis permainan yang meminimalisir terpaparnya virus dengan banyaknya aktivitas yang bersinggungan.

I. Re-layout Ruang Guru

Jika memungkinkan, buat ruangan guru tidak seperti biasanya. Selain mengutamakan jarak aman, asupan oksigen dan sinar matahari pun berhak para pengajar dapatkan. 

Menaruh meja kerja para guru di selasar depan masing-masing kelas, bisa menjadi alternatif. Selain ikut mematuhi protokoler pencegahan covid-19, menata ulang meja kerja para staf pengajar ini juga membuat hubungan guru dan murid lebih akrab, karena tak berjarak, koordinasi pun akan lebih mudah karena anak-anak terawasi langsung.

2. Orang Tua
Selain tindakan preventif yang harus dipersiapkan sekolah, maka pihak lainnya yang tak kalah penting saat waktunya sekolah tiba adalah dengan peran orang tua.

Bagaimana secara mental orang tua siap melepas anak mereka ke sekolah, tentu kesiapan yang disertai optimis ini akan menular pada anak-anaknya. 

Walaupun kita khawatir karena virus ini belum 100% hilang di negeri ini, namun menyikapinya secara berlebihan pun tak baik untuk imunitas tubuh. 

Yakinlah dengan keputusan yang sudah diambil, tetap berikhtiar yang terbaik dan berdoa agar anak kita selalu diberikan perlindungan. Terus edukasi mereka tentang virus ini dan bagaimana proses mencegahnya agar tubuh mereka tidak terpapar.

Selain itu, bekali mereka dengan pendidikan adab dari rumah. Karena ilmu dan adab, akan saling melengkapi satu sama lain. Bagaimana anak berperilaku terhadap teman dan gurunya.

Bagaimana mereka mengatasi masalah dengan solusinya, juga pendidikan budi pekerti yang lebih mengena dibandingkan pelajaran budi pekerti dari bangku sekolah. Dengan dibekali adab pula, anak-anak akan lebih siap dalam menghadapi bermacam situasi dari lingkungan berbeda.

Jangan lupa, asupan gizi dan nutrisi juga sangat penting untuk membentuk imunitas anak. Bekali anak dengan makanan sehat yang dimasak sendiri. Terus jaga kebersihan di rumah dan tularkan pada anak untuk menjaga kebersihan diri serta makanannya di sekolah. Berikan vitamin bila perlu. Pastikan mereka beristirahat dengan cukup.

Hal terakhir yang harus orang tua perhatikan adalah mengenai kesiapan pembelajaran mandiri. Hal ini terkait dengan wacana SFH yang akan diperpanjang sampai akhir tahun, atau pun bagi orang tua yang memutuskan anaknya untuk SFH mandiri meski sekolah telah dibuka. 

Maka, dengan kesiapan yang mumpuni dari orang tua dan anak, akan lebih baik untuk proses pembelajaran mandiri secara online. Anak tidak akan serta merta minta diajari oleh orang tuanya secara terus menerus, karena sedikit banyak sudah terbiasa belajar mandiri.

Dengan demikian, para orang tua pun tidak terlalu terganggu dalam beraktivitas seperti biasanya. Dengan adab yang tertanam pula, anak akan lebih bijak dalam menggunakan gadget yang dipakai sebagai media pembelajarannya. Mereka tidak akan menyalahgunakan dengan mencari hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran sekolah.

Mommies, itulah hal yang harus kita persiapkan seandainya wacana kembali ke sekolah benar-benar menjadi nyata. Mari kita bergandengan tangan dengan pihak sekolah, untuk terus melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan, untuk mencegah penularan virus ini, bersama kita bisa.

Sumber : Obrolan Ngeteh "Dapur Ibu" edisi 22 Mei, oleh Bu Septi Peni dan Pak Dodik, founder Ibu Profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun