Kondisi ekonomi saat ini menjadi tantangan berat bagi banyak Masyarakat, terutama bagi mereka yang berada dalam golongan dengan penghasilan menengah kebawah. Ketika harga kebutuhan pokok terus melonjak, sementara gaji tidak mengalami kenaikan yang signifikan, kehidupan sehari-hari terasa semakin sulit. Tantangan ini tidak hanya memengaruhi daya beli, tetapi juga menggerus kualitas hidup. Artikel ini akan membahas bagaimana kita, sebagai individu dan masyarakat, bisa bertahan dalam kondisi ini dengan mengelola keuangan, mencari solusi kreatif, hingga mendorong perubahan kebijakan.
Mengapa harga melonjak?
Kenaikan harga bukanlah fenomena baru, tetapi situasi ini di persulit oleh berbagai faktor seperti inflasi global, gangguan rantai pasokan, kenaikan harga bahan bakar, dan evaluasi mata uang. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada barang impor, tetapi juga merambat pada kebutuhan pokok lokal seperti pangan dan energi.
Disisi lain, upah pekerja di banyak sektor stagnan. Meskipun ada kebijakan seperti kenaikan upah minimum, hal ini sering kali tidak cukup untuk mengimbangi kenaikan biaya hidup yang terus melesat. Akibatnya, masyarakat berada dalam kondisi serba sulit: penghasilan tetap, tetapi pengeluaran meningkat tajam.
Tantangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah Â
Bagi kelompok dengan gaji pas-pasan, kebutuhan sehari-hari seperti makanan, tempat tinggal, transportasi, dan Pendidikan menjadi prioritas utama. Sayangnya, kenaikan harga sering kali memaksa mereka untuk mengorbankan kebutuhan sekunder atau bahkan kebutuhan primer, seperti mengurangi konsumsi makanan bergizi demi menghemat pengeluaran.
Lebih buruk lagi, tidak semua masyarakat memiliki akses ke sumber daya atau literasi keuangan yang cukup  untuk bertahan. Banyak yang terjebak dalam utang, terutama melalui pinjaman online atau kartu kredit, yang justru mempersulit situasi mereka.
Strategi bertahan untuk individu dan keluarga
 Mengelola keuangan lebih ketat: Membuat anggaran adalah Langkah awal yang penting. Catat semua pemasukan dan pengeluaran buanan untuk mengetahui ke mana uang anda pergi. Dengan memahami pola pengeluaran, anda dapat menentukan pos mana yang bisa dikurangi. Misalnya: Beralih ke merek gerenik untuk kebutuhan rumah tangga, mengurangi frekuensi makan diluar, memanfaatkan promo dan diskon.
Selain itu, usahakan untuk menyisihkan sebagian kecil penghasilan sebagai dana darurat, meskipun jumlahnya tidak besar. Dana ini sangat berguna untuk mengantisipasi kebutuhan mendadak, seperti biaya kesehatan.
Mencari sumber pendapatan tambahan: Di era digital, banyak peluang untuk menambah penghasilan. Misalnya:Â Menjadi reseller atau dropshipper melalui e-commerce, Menawarkan jasa seperti les privat desain grafis atau penulisan konten, Mengelola bisnis kecil-kecilan seperti menjual makanan atau produk kerajinan, Bergabung dengan platform kerja lepas (freelance) yang memungkinkan anda bekerja sesuai waktu luang.
Meski memulai pekerjaan tambahan membutuhkan usaha, ini bisa menjadi penyelamat keuangan di tengah kondisi sulit.
Mengurangi gaya hidup konsumtif: Hidup sederhana menjadi kunci bertahan di masa sulit. Evaluasi kembali gaya hidup dan kebiasaan konsumtif yang tidak esensial. Kurangi pengeluaran untuk hiburan mewah, gawai terbatu, atau produk yang sebenarnya tidak mendesak. Fokuskan pengeluaran pada kebutuhan prioritas.
Memanfaatkan program dan subsidi pemerintah: Banyak program pemerintah yang di rancang untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah, seperti subsidi listrik, bantuan pangan, atau program kartu pelajar. Pastikan anda memanfaatkan program-program ini jika memenuhi syarat.
Peran komunitas dalam bertahan  Â
Selain langkah individu, kekuatan komunitas juga dapat membantu masyarakat bertahan. Contohnya: Koperasi:bergabung dalam koperasi memungkinkan akses ke barang atau jasa dengan harga yang lebih terjangkau, Arisan atau kelompok simpan pinjam:sistem  ini dapat membantu anggota komunitas saling mendukung secara finansial, Program berbagi:komunitas dapat menyelenggarakan kegiatan berbagi seperti bagi makanan atau pakaian untuk membantu anggota yang membutuhkan.
Solidaritas dan kolaborasi di tingkat lokal dapat menjadi penyangga yang signifikan dalam menghadapi tekanan ekonomi.
Mendorong perubahan kebijakan
Langkah individu dan komunitas saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah structural ini. Perubahan sistem ini diperlukan untuk menciptakan kondisi ekonomi yang lebih adil. Beberapa Langkah yang bisa didorong antara lain:
Penyesuaian upah minimum: Pemerintah perlu menetapkan upah minimum yang lebih realistis, sesuai dengan kenaikan biaya hidup.
Pengendalian inflasi: Kebijakan yang bertujuan menstabilkan harga pokok barang, seperti subsidi bahan bakar atau kontrol harga pangan, harus diperkuat.
Peningkatan akses pendidikan dan pelatihan: Dengan meningkatkan keterampilan tenaga kerja, Masyarakat memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang lebih baik.
Dukungan untuk usaha mikro, kecil,dan menengah (UMKM): Pemerintah dapat memberikan insentif, pelatihan, atau akses pembiayaan untuk mendorong masyarakat menjadi wirausahawan.
Optimisme di tengah kritis
Meskipun tantangan ini berat, masyarakat Indonesia di kenal tangguh dan kreatif dalam menghadapi krisis. Dari warung kecil hingga usaha online, banyak yang mampu bertahan bahkan berkembang di tengah situasi sulit. Kuncinya adalah kolaborasi antara individu, komunitas, dan pemerintah untuk menciptakan solusi Bersama.
Jadi, Bertahan di tengah gaji pas-pasan dan harga yang terus melonjak bukanlah tugas yang mudah. Namun, dengan strategi yang tepat, solidaritas komunitas, dan dukungan kebijakan yang memadai, kitab isa melalui masa-masa sulit ini. Ini adalah momen untuk beradaptasi, memperkuat daya juang, dan mendorong perubahan menuju kehidupan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H