Di era pendidikan modern, sekolah-sekolah tidak lagi hanya mengandalkan pendekatan teacher-centered di mana guru menjadi satu-satunya sumber pengetahuan.Â
Kini, lebih banyak institusi pendidikan yang beralih ke metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Kolaborasi antarsiswa menjadi semakin penting agar mereka bisa saling bertukar pikiran, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan melatih keterampilan sosial. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari satu sama lain, menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan inklusif.
Upaya guru dalam mengajar siswa adalah kunci penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Karenanya, penting untuk memilih beragam metode, strategi, pendekatan, dan teknik pembelajaran. Pembelajaran yang hanya berfokus pada guru dapat membuat siswa kurang aktif, sehingga perlu dialihkan untuk lebih memusatkan perhatian pada siswa.Â
Begitu juga, menganggap bahwa semua siswa memiliki karakteristik yang sama akan berdampak pada perlakuan pembelajaran yang seragam bagi semua, yang dapat mengurangi kesempatan siswa untuk berkembang sesuai dengan keunikan mereka (Stit Al-Hilal Sigli, 2022).
Metode jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) yang mengatur aktivitas kelas ke dalam pengalaman belajar akademik dan sosial, berbeda dari kerja kelompok biasa karena menerapkan "ketergantungan positif secara terstruktur" (Khoirul Anwar, 2017). Metode ini awalnya dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya dari Universitas Texas, kemudian disesuaikan oleh Slavin dan koleganya.Â
Strategi ini menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan tidak memerlukan urutan tertentu dalam penyampaian. Keunggulan dari strategi ini adalah kemampuannya untuk melibatkan seluruh peserta didik dalam pembelajaran sambil memungkinkan mereka untuk mengajarkan materi kepada orang lain.
Langkah-langkah pembelajaran metode Jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Pembagian Kelompok: Siswa dibagi menjadi kelompok kecil, biasanya sekitar 4-6 anggota, tergantung pada ukuran kelas dan materi pelajaran yang akan dipelajari.
2. Pemberian Materi: Guru membagi materi pembelajaran menjadi bagian-bagian yang sesuai dengan jumlah kelompok yang ada. Setiap kelompok akan bertanggung jawab untuk mempelajari satu bagian materi.
3. Pembelajaran dalam Kelompok: Anggota kelompok bekerja sama untuk memahami dan menguasai bagian materi yang telah diberikan kepada mereka. Mereka dapat menggunakan berbagai strategi pembelajaran, seperti membaca, mendiskusikan, atau membuat rangkuman.
4. Ekspert Kelompok: Setelah memahami materi, setiap anggota kelompok menjadi "ekspert" dalam bagian yang telah mereka pelajari. Mereka dapat membahas dan mempersiapkan diri untuk menyampaikan informasi kepada anggota kelompok lainnya.
5. Gabungan Kelompok: Anggota kelompok yang merupakan "ekspert" dalam bagian tertentu bergabung dengan anggota kelompok lain yang merupakan "ekspert" dalam bagian lain. Mereka berbagi informasi dan saling mengajarkan materi yang telah dipelajari.
6. Evaluasi: Guru memantau proses pembelajaran, baik dari segi pemahaman materi maupun kerja sama antar siswa. Siswa juga dapat melakukan evaluasi diri dan memberi umpan balik satu sama lain.
7. Rekapitulasi: Guru menyimpulkan pembelajaran dengan merangkum materi yang telah dipelajari oleh seluruh kelas. Siswa juga dapat diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman dan pemahaman mereka selama proses pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H