Mohon tunggu...
Muhammad Ainur Rafiq
Muhammad Ainur Rafiq Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa kopi dan senja

Monggo kunjungi blog penulis : https://www.mahasiswakopidansenja.online/?m=1

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senjanya Kang Mas dan Malamnya Nimas

24 Juni 2020   08:04 Diperbarui: 24 Juni 2020   07:58 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Oleh : Raf Soemitro)

Nimas
Kala senja menjamuku sore tadi
Aku ingat jarak antara aku dan engkau
Jarak beratus-ratus mill tak dapat membendung rinduku

Ku tatap dari timur
Melihat senja di ujung barat
Ku tatap indah ciptaan-Nya
Bagaikan indahnya senyum mu, yang ku lukis dalam anganku

Senyummu terus menggelora dalam sanubariku
Terus tersemat dalam hatiku
Ku tak dapat melupakan kala itu
Menikmati secangkir kopi bersamu
Di temani canda tawamu
Itulah kenangan terakhir kita

Nimas
Senja mulai meredup
Senja mulai  memudar di gantikan malam
Senyum yang ku lukis dalam anganku
Juga tampak semakin memudar
Mengikuti arus perpindahan waktu

Kang mas
Yang pernah memanah hatiku
Pernah merawat senyumku
Pernah mengihiasi hari-hari ku
Hingga aku terlelap dalam dekapan mu

Kala aku dirundung duka
Engkau adalah penenangku
Di kala aku jauh dari orangtuaku
Tutur kata lembutmu lah gantinya

Kang mas
Kala senja adalah daya pengikat anganmu
Aku adalah perempuan yang gemar menikmati malam
Itulah waktu dimana aku digerogoti rindu
Rindu dengan tutur katamu
Rindu dengan dekapan mu
Rindu dengan puisi-puisi mu
Selalu kau kirim sebagai penghantar tidurku

Meskipun
Hari kemarin, hari ini, hari esok
Tak dapat kujumpai lagi perjamuanmu
Dengan segala perhatianmu
Dengan segala bait-bait puisimu
Dalam hati ku, kang mas selalu ada
Tak bisa kuhapus meskipun kita tak bisa bersatu

Kang mas
Engakaulah rembulanku
Cahayaku, kala hati sedang gundah
Terimakasih pernah singgah dalam hatiku

Perpisahan bukanlah akhir segalanya
Mungkin sampai detik ini kita masih saling harap
Namun, aku selalu ingat kata-katamu
"Waktu bukanlah milik kita"
"Waktu adalah milikNya"
Dan mungkin inilah jawaban dari-Nya

Terimakasih
Tulungagung, 16 Juni 2020

tayang juga di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun