"Bangsat." umpat Jarwi seketika, setelah selesai membaca surat itu. Ia bergegas keluar dari kamar busuk itu, lantas mencari temannya yang belajar bisu itu untuk diolok-olok.
Ia lihat laki-laki itu sedang sedang mencari kerang di pinggir pantai. Langkah kaki Jarwi cepat menghampiri kawannya itu. Dan laki-laki itu hanya diam, seakan seluruh fokus matanya hanya untuk melihat kerang di laut.
"Ehem, ehem, kau ternyata pandai menulis surat cinta yang cengeng! ya?" Tanya Jarwi membuka percakapan atau pernyataan. Terik matahari menyengat kulit tanpa halangan.
"Dari mana kau tahu?" laki-laki itu bertanya balik. Ia telah lupa kalau sedang puasa bisu.
"Tenang!" jawab Jarwi singkat.
"Setan! kau mengambilnya dari kamarku?" tanya laki-laki itu dengan raut wajah cemas.
"Aku sengaja mengambilnya untuk aku kirimkan ke pertautan jiwamu itu, lagipula untuk apa kau tulis surat tapi tak pernah kau kirimkan. Kau malah belajar bisu, cah koq, malah tambah goblok!" serangan pertanyaan dan pernyataan dari Jarwi membuat bungkam laki-laki itu. Dan tangan laki-laki itu sengaja dibuat sibuk mencari-cari kerang di sela-sela batu karang.
"Kenapa tak segera kau kirimkan surat itu?" tanya Jarwi sekali lagi. Memancing jawaban temannya itu yang sudah lupa benar dengan puasa bisunya.
"Cremet! Aku tak berniat mengirimkan surat itu!" ungkap laki-laki itu ketus.
"Kenapa?" kejar Jarwi mengharap jawaban yang pasti.