Upacara Syukuran Memperingati Lahirnya Sapi
Tradisi upacara syukuran memperingati lahirnya sapi merupakan suatu tradisi yang sudah ada sejak jaman dulu dan masih ada sampai saat ini. Di kabupaten Trenggalek, kecamatan Bendungan, desa Dompyong, dusun Garon tradisi ini merupakan suatu ucapan terimakasih atau rasa syukur atas keberhakan dan rezeki yang diberikan Allah SWT yang maha kuasa atas rezeki dari lahirnya sapi tersebut.
Gambar 1. Sapi Baru lahir
Adapun bahan-bahan yang akan digunakan untuk acara syukuran memperingati lahirnya sapi yaitu :
- Sekul Brok
- Jenang Abang 4
- Jenang Lemu1
- Buceng Kuat
- Gulo Gimbal
- Rasulan
Gambar 2. Asahan Yang Digunakan Untuk Slametan
Di dusun Garon upacara syukuran lahirnya sapi biasa disebut brokohan. Brokohan tersebut dilakukan setiap lahirnya sapi dengan adat atau bahan-bahan seperti diatas. Dengan tujuan atau rasa syukur kepada Allah SWT dan untuk berbagi kepada warga sekitar agar ikut merasakan bahagia.
Gambar 3. Syukuran/Slametan Lahirnya Sapi
Upacara Syukuran Memperingati Kelahiran Sapi/Weton sapi
Tradisi Uyen Sapi dilakukan pada hari Jumat Wage Wuku Wuye karena pada hari tersebut dianggap sebagai hari kelahiran sapi (Wawancara dengan Mbah Jadi 20 Mei 2023). Adapun tahap-tahap prosesnya sebagai berikut :
Kegiatan awal adalah persiapan bahan-bahan. Bahan-bahan tersebut berupa memasak makanan yang dikerjakan secara gotong royong terutama oleh kaum perempuan. Bahan-bahan untuk acara selamatan diantaranya sebagai berikut.
- Sego Gurih dan Ingkung. Sego gurih adalah nasi yang dibumbui dengan santan dan garam atau lebih dikenal dengan nasi uduk. Sedangkan ingkung yaitu ayam kampung yang diberi bumbu-bumbu dan dikukus. Keduanya diletakkan dalam satu wadah dengan urutan sego gurih berada di bawah kemudian ingkung di atasnya.
- Sego Golong. Sego golong adalah nasi putih yang dibentuk golong-golong (bulat-bulat), dibentuk dengan beberapa jumlah berdasarkan tujuannya. Golong 2 simbol siang dan malam, golong 5 simbol Pasaran Jawa, golong 7 simbol hari Jawa, golong 9 simbol wali songo.
- Buceng Kuat. Buceng kuat adalah nasi putih yang dibentuk layaknya gunung (meruncing ke atas).
- Jenang abang/sengkolo. Jenang abang/sengkolo adalah tepung beras dimasak dan diberi gula merah.
- Brokohan. Brokohan adalah nasi putih dengan sayur dan lauk pauk di atasnya. Disebut brokohan agar mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.
- Sayur Kluwih. Sayur kluwih adalah sayuran kluwih atau cempedak yang diberi bumbu dan santan kelapa.
- Dawet. Dawet adalah jenis minuman yang memiliki butiran-butiran di dalamnya, dengan bahan-bahan alami, rasanya manis dan menyegarkan.
Seluruh persiapan tersebut disiapkan oleh warga yang melakukan tradisi Uyen Sapi dengan dibantu oleh para tetangga, terutama kaum perempuan. Setelah Magrib diundang warga sekitar/tetangga Setelah tamu undangan berkumpul dan duduk lesehan di tikar agar lebih nyaman karena berbagai makanan yang bermacam-macam sehingga memakan banyak tempat. Selanjutnya dikeluarkan seluruh perangkat selamatan yang disebut dengan asahan yaitu seluruh makanan yang diperlukan dalam slametan.
Di desa dompyong itu pernah ada mitos bahwa ketika ada seseorang yang lahir pada jum'at wage uye itu memiliki kemampuan atau keahlian dalam memelihara sapi yang akan sukses kedepannya. Namun ketika kami mencari informasi atau mencari sumber belum menemuka
Manfaatnya yaitu untuk menjadikan pengetahuan kearifan lokal Jum'at Wage Uye ini sebagai bagian dari budaya da memperkenalkan dari generasi sekarang ke generasi selanjutnya. Bahwasannya kearifan lokal jumat Wage Uye ini masih sangat terjaga sebagai kebiasaan warga desa dompyong terutama nya yaitu dusun garon.
Sumber Referensi
Astrid S. Susanto. 1979. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung: Bina Cipta.
Budiono Herusatoto. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak.
Geertz, Clifford. 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius.
Lucas Sasongko Triyoga. 1991. Manusia Jawa dan Gunung Merapi, Persepsi dan Sistem Kepercayaanya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Koentjaraningrat. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : PT Dian Rakyat.
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : PT Bumi Aksara
Nyoman Kutha Ratna. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Purwadi. 2007. Pranata Sosial Jawa. Yogyakarta : Cipta Karya
Siagian, Seno Harbangan. 1986. Agama-agama di Indonesia. Semarang: Satya Wacana.
Sidi Gazalba. 1974. Antropologi Budaya. Jakarta : Bulan Bintang.
Sihombing, O.D.P. 1962. India Sedjarah dan Kebudayaannja. Bandung : Sumur Bandung.
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kwalitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam penelitian. Surakarta: Universita Sebelas Maret
Sztompka,Piort. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada.
Team Penyusun Penelitian dan Kebudayaan Daerah Pusat penelitian Sejarah dan Budaya depdikbud. 1977. Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta.
Hartono, Y, dan Setiana D. 2012. Kearifan Lokal Tradisi Uyen Sapi Perajut Integritasi Sosial (Studi Kasus di Desa Jonggol Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo). Agastya. 02(01). 52-65.
Zoetmulder. 2006. Kamus Jawa Kuno Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utam
Rachman, H.H. 2016. "Kondisi Umum dan Profil Peternak Desa Dompyong" (https://docplayer.info/139929826-Bab-iv-kondisi-umum-dan-profil-peternak-desa-dompyong-kecamatan-bendungan-kabupaten-trenggalek-menuju-ke-desa-dompyong.html)
Wawancara dengan Mbah Mudin Jadi, pada 20 Mei 2023, pukul 11.00 WIB.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H