"Nggak apa-apa, namanya juga baru belajar."
"Nggak, Yang! Ayo kita perbaiki masakan ini biar lebih enak dimakan."
Dia tak berkata apa-apa lagi, hanya beranjak dari kursi untuk membantuku memperbaiki masakan yang keasinan itu. Karena sebenarnya dia lebih jago masak dari pada aku. Tak sampai lama, telah jadi nasi goreng dengan rasa yang baru. Tentu lebih layak dimakan dari pada buatanku. Sejak hari itu, dia selalu membantu untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam diriku. Bukan hanya soal masakan, tapi juga dalam hal pekerjaan yang lainnya. Karena aku tidak mau dia mencintaiku apa adanya.
Tak akan ada yang menjadi lebih baik jika kesalahanku selalu dimaafkan. Harus selalu ada perbaikan. Hingga kini aku sudah mulai terbiasa melakukan pekerjaan-pekerjaan. Karena cintanya harus memperbaiki kekurangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H