Menurut UNESCO, Indonesia berada di peringkat kedua terbawah dalam literasi, dengan hanya 0,001% masyarakat yang memiliki minat baca.
Artinya, dari 1000 orang, hanya ada 1 yang memiliki minat membaca. Rendahnya literasi di Indonesia ini erat kaitannya dengan kecanduan gadged yang melanda masyarakat, terutama anak-anak.
Mengenalkan literasi pada anak dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang menstimulasi interaksi verbal, memperkaya kosa-kata, dan menambah wawasan baru.
Mengajarkan literasi pada anak tidak hanya melalui buku cerita atau pun buku dengan gambar menarik yang sesuai dengan usia dan minat mereka.
Namun banyak cara kreatif dan unik untuk mendorong literasi pada anak. Literasi adalah keterampilan atau kemampuan yang mencakup membaca, menulis, dan berbicara.
Keterampilan tersebut sangat penting dimiliki setiap anak, kemampuan literasi yang baik dapat bermanfaat untuk memahami informasi dan dapat menyaring informasi.
Dilansir dari CNBC Indonesia, kecanduan gadget masyarakat Indonesia berada di posisi puncak dunia dengan durasi paling lama mencapai 5,7 jam per hari dan hampir setengah dari anak usia dini di Indonesia sudah menggunakan gadget.
Berdasarkan data tersebut, mahasiswa PPG Prajabatan Bahasa Indonesia Gelombang 1 Tahun 2024 dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang tergabung dalam kelompok Projek Kepemimpinan menciptakan suatu projek perubahan untuk meningkatkan literasi pada anak.
Sumber Pribadi
Para mahasiswa memperkenalkan dongeng religi kepada santri di Pondok Pesantren Darul Ibadah Al-Baiad, Jalan Pandungo gang 1 nomor 17, Rungkut, Surabaya.
Para mahasiswa tersebut memperkenalkan dongeng religi dengan cara yang menarik melalui proyek perubahan bernama DORA (Dongeng Religi Anak).
Sebanyak 25 santri dari kelas 4-6 SD turut serta dalam kegiatan ini. Projek perubahan DORA (Dongeng Religi Anak) tersebut didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang menarik yaitu alat peraga yang memiliki warna-warna beraneka ragam dan tokoh-tokoh yang berkarakter.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 pertemuan. Pertemuan pertama, mahasiswa memperkenalkan macam-macam dan pengertian mendongeng.
Pertemuan kedua, mahasiswa mendongeng di depan santri-santri Pondok Pesantren Darul Ibadah Al-Baiad. Pertemuan ketiga, santri-santri Pondok Pesantren Darul Ibadah Al-Baiad didampingi mahasiswa untuk menceritakan kembali kisah dongeng yang sudah mereka dengar di hari sebelumnya dengan praktik menggunakan alat peraga yang sudah disediakan oleh mahasiswa.
Melalui projek DORA, mahasiswa PPG Prajabatan Bahasa Indonesia berharap agar para santri mampu mendongeng dan memetik pesan moral melalui dongeng.
Judul dongeng religi yang disampaikan yaitu ‘Doa Semut Minta Hujan dan Nabi Sulaiman’ serta ‘Kisah Nabi Ismail yang akan Disembelih’.
Dongeng-dongeng tersebut tidak hanya menghibur, tetapi juga mengandung pesan moral yang relevan dengan kehidupan bermasyarakat, seperti nilai-nilai saling menghargai, bersabar, dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah Swt.
Anhar Filardhi, ketua pelaksana proyek, menjelaskan bahwa “Tujuan dari DORA yaitu untuk meningkatkan literasi anak, mengembangkan keterampilan membaca dan menyimak, menyampaikan pesan moral dan religius melalui dongeng, serta mengenalkan dan mempraktikkan mendongeng”
"Projek DORA ini kami kemas dengan berbagai alat peraga yang beraneka ragam warna dan karakter tokoh yang menarik, agar dapat menarik minat dan antusiasme para santri dalam mengikuti kegiatan ini," ujar Anhar.
Ustadzah Anita selaku pengurus pondok menyambut baik kegiatan ini dan berharap agar proyek serupa dapat diadakan lagi di lain kesempatan.
"Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk melatih literasi para santri. Saya melihat anak-anak sangat senang dan antusias mengikuti kegiatan ini," ujar pengurus pondok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H