Mohon tunggu...
Ainun Azizah dan Adla Azizah
Ainun Azizah dan Adla Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Mahasiswi jurusan kesehatan lingkungan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

PM2.5 si Kecil Mematikan: Ancaman Tersembunyi di Udara yang Kita Hirup di Ibukota

30 November 2023   23:04 Diperbarui: 6 Desember 2023   22:28 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by diana.grytsku on Freepik

Dengan kata lain, individu yang terpapar polusi setiap hari berisiko tinggi mengalami dampak kesehatan jangka panjang. Agus menyampaikan hasil penelitian beberapa tahun terakhir yang menunjukkan adanya hubungan langsung antara penurunan kualitas udara dan peningkatan jumlah pasien asma yang harus mendapatkan perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). 

Contohnya, penelitian yang dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Rumah Sakit Persahabatan pada tahun 2019 menunjukkan korelasi antara peningkatan kadar polutan PM2.5 dan PM10 di Jakarta dengan peningkatan jumlah pasien penyakit paru kronis. 

Agus juga mengingatkan bahwa terpapar polusi setiap hari dapat memiliki dampak jangka panjang yang serius, seperti penurunan fungsi paru. Secara normal, fungsi paru-paru mengalami penurunan sekitar 28 mililiter per tahun, tetapi jika terpapar polutan, penurunan ini dapat mencapai 50-60 mililiter per tahun.

Di Indonesia, 4 dari 10 penyakit dengan kasus kematian tertinggi adalah penyakit yang terkait dengan masalah pernapasan, seperti PPOK, pneumonia, asma, dan kanker paru. 

Risiko penyakit-penyakit pernapasan ini cukup signifikan, dengan PPOK memiliki risiko 36,6%, pneumonia 32%, asma 27,95%, kanker paru 12,5%, dan tuberkulosis 12,2%. Data ini menegaskan pentingnya mengendalikan polusi udara dan memperhatikan faktor risiko lain dalam pencegahan penyakit pernapasan di Indonesia.

Salah satu masyarakat Jakarta, yaitu Kirana mengalami dampak buruk dari polusi udara pada bulan Mei lalu. Dua anaknya, yang berusia 11 dan 5 tahun, mengalami infeksi saluran pernapasan dengan gejala batuk kering, pilek, demam, dan kesulitan bernapas. Anak-anaknya akhirnya harus dirawat di rumah sakit karena terpapar debu dan asap yang merusak saluran pernapasan dan membuat mereka rentan terhadap infeksi. 

Kirana mencatat bahwa kualitas udara yang buruk, disebabkan oleh polusi udara di Jakarta, menjadi faktor utama dalam menurunkan kekebalan tubuh anak-anaknya. Sebagai respons, Kirana sekarang membatasi kegiatan luar ruangan keluarganya karena kondisi udara di sekitar rumahnya diketahui tidak baik.

Saran

Pemerintah dan lembaga kesehatan perlu meningkatkan pemantauan kualitas udara untuk memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat. Mendorong penggunaan transportasi ramah lingkungan, seperti bersepeda atau kendaraan listrik, dapat membantu mengurangi emisi polutan udara. 

Langkah-langkah untuk mengurangi emisi dari sumber-sumber utama polusi udara, seperti transportasi dan industri, sangat diperlukan untuk melindungi kesehatan masyarakat. 

Untuk bidang industri dapat memanfaatkan teknologi produksi yang ramah lingkungan serta program terjadwal pemantauan emisi. Penggunaan masker yang efektif dapat membantu melindungi individu dari paparan langsung terhadap PM2.5, terutama di daerah-daerah dengan tingkat polusi udara tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun